32: Nyesek sendiri

62 7 20
                                    

Aku selalu kalah satu langkah dalam hal mendapatkan hatimu.

▪️▪️▪️

Athan terbatuk-batuk saat mendengar kabar yang kurang baik bagi kesehatan hatinya.

"Serius lo?!"

"Iya serius!"

"Beberapa hari yang lalu gue mau cerita soal ini ke lo, tapi lo gak pernah mau dengerin gue ngomong!" Kata Billy memukul Athan dengan botol.

Athan tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Billy dan Dhani, kenapa? Kenapa dia harus tertikung lagi untuk kedua kalinya?

"Kalo dulu lo udah ungkapin perasaan lo mungkin gak bakal kayak gini, Than." Ucap Dhani mengelus-elus punggung Athan berusaha menyemangati.

"Tapi ini semua bukan salah Athan juga sih, takdir gak ada yang tau kan? Ya mungkin Athan sama Nadia cuma ditakdirkan jadi temen doang." Perkataan Dirga membuat Athan menoleh lalu tersenyum miris.

Benar, disini tidak ada yang salah mungkin takdir yang tidak bisa menyatukan keduanya sebagai kekasih.

"Sekarang yang harus lo lakuin cuma satu, Than." Ujar Iqbaal menatap Athan dengan wajah serius.

Athan menoleh lalu mengernyit bingung, "apaan?"

"Jaga Nadia, karena suatu saat lo bakal jadi pahlawan buat dia." Jawab Iqbaal tersenyum manis mengusap lengan Athan berusaha menyemangati sahabatnya itu.

"Kan udah ada dia kenapa harus gue yang jaga?" Tanya Athan bingung.

Angga yang sejak tadi diam saja kini menjawab. "Gue tau lo punya perasaan lebih banyak daripada dia, emang lo rela kalo dia jadi pahlawan Nadia?"

"Meskipun lo ketikung lagi, jangan pernah jauhin Nadia lagi." Kata Iqbaal membuat Athan tersenyum.

"Tapi apa Nadia masih mau nerima gue sebagai temennya?" Tanya Athan menatap satu persatu temannya.

Billy tertawa lalu memukul pelan bahu Athan. "Masih lah, dari dulu lo kan temennya."

Athan tersenyum, miris sekali saat mendengar kata TEMAN.

"Udah lo jangan sedih dulu, mending kita ke ruangan musik nyanyi-nyanyi disana." Ajak Angga yang langsung di anggukki semuanya.

▫️▫️▫️

Lembaran kertas itu berserakan dimana-mana membuat Nadia kewalahan mengambilnya.

"Duh pakek jatoh segala lagi!" Gerutu Nadia sambil memunguti satu persatu kertasnya.

Hampir sepuluh menit akhirnya Nadia bisa mengumpulkan kembali kertasnya yang tadi berserakan di lantai.

Nadia berjalan dengan setumpuk kertasnya menuju ruangan Mading.

"Bisa bantuin gue gak?" Tanya Nadia di ambang pintu membuat orang-orang yang berada di kelas menoleh lalu membantunya.

"Lo kenapa gak bilang kalo ngambil naskah sebanyak ini? Kalo gini kan gue bantuin lo tadi." Kata Salfa sambil memeriksa naskah-naskah tersebut.

[HLS 1] TEMAN CURHAT [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang