35. [TenRan] Sebuah Rencana

161 2 7
                                    

Deran mengunyah keripik jagungnya dengan mata yang fokus pada layar TV dihadapannya. Cahaya yang temaram di ruang keluarga membuatnya semakin nyaman dengan selimut hangat yang membungkus tubuhnya.

Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di meja. Senyumnya mengembang melihat pesan masuk. Nama Jaehyun tertera disana, dia menyuruh gadis itu untuk segera tidur.

Deran tak membalasnya, sengaja supaya Jaehyun mengira dirinya sudah tidur. Gadis itu terkekeh sambil menyimpan ponselnya kembali.

"Dia masih menonton sambil mengunyah cemilan" Deran tertegun mendengar suara lelaki. Tertangkap basah sudah dirinya.

"Ow dia menatapku sekarang" Deran mengerucutkan bibirnya dan melihat Ten menuruni tangga lalu berjalan ke arahnya.

"Dan sekarang dia cemberut. Sepertinya dia tertangkap basah haha" Ten tertawa singkat dengan ponsel yang masih menempel ditelinganya.

Raut wajah Deran semakin mengeruh setelah Ten menunjukkan layar ponselnya dan disana jelas nama Jaehyun terpampang.

"Kau harus melihat wajahnya saat ini. Seperti anak kucing yang marah pada anjing" Ten semakin melebarkan senyumnya melihat adiknya membuang wajahnya.

Ten menyerahkan ponselnya pada Deran ketika Jaehyun ingin berbicara dengan adiknya itu. Deran hanya menghela napas berat dan menerimanya dengan setengah hati.

"Kenapa belum tidur hm?" Deran bahkan belum membuka mulutnya tapi Jaehyun sudah bertanya seperti itu.

"Aku belum mengantuk, lagi pula ada film yang ingin ku tonton" Jawab Deran. Ten yang disampingnya hanya duduk manis sambil memakan camilannya dengan tenang.

"Ini sudah larut Dear hhh" Deran dengan jelas mendengar Jaehyun menghela napasnya.

"Untuk malam ini saja. Abang akan menemaniku" Deran tersenyum puas melihat Ten membulatkan matanya.

"Baiklah. Setelah film habis, kau tidur ya" Suara Jaehyun akhirnya kembali terdengar. Deran langsung menganggukkan kepalanya walaupun takkan terlihat oleh kekasihnya itu.

Deran menutup panggilannya dan menyerahkan ponsel itu pada Ten. Lelaki itu menerimanya dengan menghela napas.

"Siapa bilang aku akan menemanimu eung?" Ten bertanya. Deran menunjuk dirinya sendiri.

"Aku. Memangnya tadi abang ga dengar?" Ten ingin sekali mengambil bantal sofa dan menghantamkannya pada Deran.

"Baiklah" Ten akhirnya menyenderkan punggungnya disofa dengan nyaman. Sesekali tangannya merayap ke toples keripik milik adiknya itu.

"De" Panggil Ten.

"Hm" Sahut Deran sambil tetap mengunyah dan matanya masih fokus menatap layar TV didepannya.

"Abang mau nanya"

"Yaudah nanya aja"

"Abang jadinya mau netap disini aja. Cape bolak balik"

"Yaudah pindah aja kok susah"

"Tapi nanti bawa istri sekalian"

"Yaudah baw- apa? Gimana?" Deran langsung menyimpan toples keripiknya itu dan menatap Ten dengan serius.

"Abang mau nikah ehe" Mata Deran membulat mendengarnya.

"Sama siapa? Perempuannya kayak gimana? Dia lebih tua atau lebih muda dari abang? Dia orangnya asal mana? Kalian ketemu dimana? Ayah sama ibu sudah tau? Kok ga ngasih tau dari dulu abang punya pacar? Terus kena-"

"Stop. Satu satu kalo nanya, abang bukan robot yang bisa ngerekam pertanyaan kamu" Ten membekap mulut Deran yang tak berhenti berbicara.

Deran menyingkirkan tangan Ten dari mulutnya dan mulai diam. Ten akhirnya tersenyum.

"Mungkin besok abang akan bilang pada ayah dan ibu tentang rencana pernikahanku" Deran kembali membulatkan matanya terkejut.

"Tunggu sebentar. Membawa seorang perempuan ke rumah pun belum pernah, lalu sekarang abang mau bawa calon kakak ipar? Astaga kepalaku pusing" Deran memejamkan matanya berusaha untuk mengerti.

"Sebenarnya abang udah pacaran 2 tahun" Ucap Ten yang lagi lagi membuat Deran semakin pusing.

"Apa apaan si abang, kenapa ngga pernah ngasih tahu?" Kesal Deran akhirnya. Dia merasa dibodohi selama ini, jadi bulak balik luar negeri tuh mau ketemuan?

"Ade yang pertama kali abang kasih tahu" Ucapan Ten membuat Deran sedikit menghela napas.

















🌱Story Of Lee Family🌱















Deran terdiam sembari melihat kakaknya itu menarik napas kasar. Kini mereka tengah menunggu kedua orang tuanya yang belum keluar dari kamar setelah makan siang, tadi Ten bilang pada keduanya kalau dia akan berbicara sesuatu pada mereka.

"Ah kenapa lama sekali" Gumam Ten pada dirinya sendiri sambil terus menatap pintu kamar kedua orang tuanya.

Deran berdecih malas melihat Ten yang begitu gelisah saat ini. Bahkan Ten meminta bantuannya semalam untuk membujuk ayahnya agar tidak berangkat kerja hari ini.

Deran dan Ten menoleh bersamaan ke arah pintu kamar orang tuanya yang terbuka menampilan pasangan yang masih saja romantis diusianya yang sudah tak remaja.

"Putraku ada apa hm? Sampai sampai si bungsu mencegahku pergi padahal ada meeting" Ucap Tuan Kim setelah mendudukan dirinya disofa. Nyonya Kim duduk disamping Deran, putrinya itu langsung menyandarkan tubuhnya dengan manja.

"Iya benar. Tumben sekali abang meminta kita untuk berbicara" Timpal Nyonya Kim sambil mengelus lembut rambut Deran. Ten berdeham sebentar lalu menatap adiknya minta tolong, Deran pun membuang napasnya melihat Ten yang kini seperti anak terlantar.

"Ayah, ibu abang ingin membicarakan rencana pernikahannya" Ucap Deran sambil memainkan jemari ibunya. Kedua orang tua itu menatap Ten tak percaya.

"Memangnya ada yang mau padamu?" Celetukan ayahnya membuat Deran tertawa lepas sampai matanya berkaca kaca. Ten yang tadinya gugup tak terkira kini merasa terpojokan dengan bibir yang cemberut.

"Astaga, ayah hanya bercanda. Siapa gadis beruntung itu hm?" Tanya ayahnya kini dengan nada yang penasaran. Senyum Ten terbit seketika melihat kedua orang tuanya terlihat penasaran.

"Namanya Yoon Haneul. Ayah tau Ketua Yoon yang memilikis resort di jeju? Gadisku itu putrinya" Tuan Kim terkejut bukan main. Bagaimana anaknya itu mendapatkan hati seorang putri pengusaha terkenal?

"Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?" Kini ibunya yang terlihat senang dengan mengetahui siapa gadis yang dikencani anaknya itu, dia terkenal rendah hati dan suka sekali menyumbangkan penghasilannya sebagai translator ke sebuah panti asuhan.

"Kami bertemu di Thailand. Kebetulan dia menjadi translator bos kami" Ucap Ten dengan bangga. Diam diam Deran tersenyum geli melihat kakaknya yang sedang kasmaran itu. Terlihat seperti bocah.

Ayolah Kim Deran seharusnya kau berkaca, bagaimana sikapmu saat berada di dekat Jaehyun.

"Kapan kalian menikah?" Tanya Tuan Kim mengarah ke pembicaraan yang serius. Ten yang sudah tenang pun kini tersenyum lebar.

"Belum tahu. Aku berniat untuk mempertemukan keluarga kita dulu. Apakah kalian bersedia ikut?" Tanya Ten hati hati. Melihat betapa sibuknya ayahnya itu, Ten menjadi kecil hati.

"Kenapa kau menanyakan pertanyaan bodoh? Tentu saja kita akan datang" Seru Tuan Kim.

"Ayah aku boleh mengajak Jaehyun kan?" Sebelum Ten mengungkapkan betapa senangnya dia, kini adiknya sudah berbinar menyebut nama Jaehyun.

"Astaga anakku menjadi budak cintanya Jaehyun khkh" Kekeh Tuan Kim melihat betapa semangatnya Deran.

"Kau awas saja melangkahiku" Ancam Ten berpura pura kesal.

"Makanya cepat menikah bujang!" Deran pun dengan cepat bangkit dan berlari menuju kamarnya sebelum Ten berhasil menangkapnya.

"Atur pertemuannya Ten" Ucap Tuan Kim lalu bangkit dan mengelus kepala anaknya itu dengan singkat.

"Baik ayah"




















Fin

Story Of Lee Family [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang