26. [JaeRanHyuk] Like a Summer

202 4 0
                                    

"Berapa lama lagi kita sampai Jae?" Tanya Deran. Sudah sekitar setengah jam mereka berangkat dari rest area namun masih belum sampai. Padahal pantainya tadi terlihat sudah dekat.

Jaehyun sedikit mengutak ngatik gps mobilnya dan keningnya berkerut sedikit.

"Ah setengah jam lagi kita sampai" Ucap Jaehyun. Deran menengok ke belakang, tiga orang itu sibuk masing masing.

Cho Ya sibuk dengan menatap pemandangan pantai, Taeyong sibuk dengan ponselnya sedari tadi membahas schedulenya dan Donghyuk sibuk mengumpat dengan game diponselnya.

"Dear" Deran menengok ke arah Jaehyun.

"Kenapa?" Tanya Deran.

"Aku butuh energi atau semangat mungkin" Gumam Jaehyun. Deran memiringkan kepalanya bingung.

"Kau ingin minum? Aku tadi membeli pocari" Deran sibuk membuka tas yang berisi makanan dibawahnya.

"Aku tidak haus Dear" Rengek Jaehyun.

"Jangan bilang kau lapar lagi Jae? Astaga kita baru saja makan" Tebak Deran. Jaehyun menghela napasnya berat.

"Kekasihku ini kurang peka ya" Lirih Jaehyun. Deran tertegun dan berpikir keras, Jaehyun membutuhkan energi atau semangat?

Jaehyun melirik Deran yang tiba tiba terdiam. Senyumnya terangkat melihat wajah Deran yang tampak berpikir itu. Lucu.

"Kemarikan tanganmu" Jaehyun mengulurkan tangannya disamping Deran. Deran yang bingung pun akhirnya meletakan tangannya diatas  tangan Jaehyun.

"Nah aku sedang mengisi energi" Ucap Jaehyun sambil menggenggam tangan Deran.

"MODUS LU BANGSAT" Tiba tiba Donghyuk berteriak mengagetkan semua orang.

"Adek!" Tegur Taeyong. Jaehyun melihat Donghyuk melalui spionnya, dia tahu adiknya itu bicara menyindirnya.

Satu ide terlintas di pikiran Jaehyun, senyum jahat pun terpatri di bibirnya. Jaehyun mendekatkan tangan Deran ke wajahnya dan

Cup

Jaehyun mencium tangan Deran. Gadis itu otomatis langsung bersemu.

"Jae ih" Keluh Deran malu.

"WAH!WAH! NGELUNJAK NIH ORANG. KUDU DIMUSNAHIN. MATI LU! MATI!" Teriak Donghyuk menjadi. Jaehyun tertawa terbahak bahak melihat reaksi adiknya itu.

"Lee Donghyuk! Bahasa!" Sentak Taeyong. Bukannya diam Donghyuk malah semakin menjadi.

"BAH YANG BEGINI HARUS DIMUSNAHIN. MODAL DUSTA AJA HEBOH NJIR. DASAR!" Sekarang Taeyong lah yang terdiam, entar berapa cipratan ludah Donghyuk yang mengenai wajahnya kini.

Cho Ya yang merasa terganggu pun akhirnya dengan santai mengambil ponsel Donghyuk.

"Yahh bundaaa" Dari asalnya teriak teriak, sekarang bagaikan bocah yang merengek minta dibelikan permen.

"Bundaaa balikin ponsel adek" Rengek Donghyuk.

"Brisik" Ucap Cho Ya.

"Hilih bindi kik giti kin iki pingin miin ligi bin. Bindi sikiring jihit simi idik, bindi gik siying ligi simi idik. Idik ningis nih ningiss hiiiiii hiiiii hiiiiiii (Halah bunda kok gitu kan aku pengen main lagi bun. Bunda sekarang jahat sama adek, bunda gak sayang lagi sama adek. Adek nangis nih nangis hueeee hueee hueeeee)" Seketika Cho Ya bengong melihat mulut Donghyuk yang menye menye tidak jelas.

"Ya Tuhan kau berbicara apa?" Tanya Taeyong yang sungguh tidak mengerti ucapan Donghyuk.

"Ibih gibikilin ngirti. Ibih gik giil simi sikili. Ini bihisi inik giil, ibih kin idih tii jidi gibikilin ngirti. Cikip idik ying ngirti, biir idik pinyi bihisi sindiri (Abah gabakalan ngerti. Abah gak gaul sama sekali. Ini bahasa anak gaul, abah kan udah tua jadi gabakalan ngerti. Cukup adek yang ngerti, biar adek punya bahasa sendiri)"

Story Of Lee Family [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang