"Terkadang, keluarga sendiri lebih terasa asing dibanding orang asing itu sendiri."
- Gabriel Nolan Handoko -
***
Nolan melemparkan tas sekolahnya ke lantai, tepat di sebelah tempat tidurnya. Ia kemudian melemparkan tubuhnya ke ranjang dalam posisi terlentang. Kejadian tadi siang seperti kembali terputar dalam kepalanya. Gadis culun yang juga adalah adik kelasnya itu telah menolak dirinya yang sudah sesempurna ini. Dasar gadis sombong!
Mengingat itu justru membuat Nolan bertambah emosi. Ia menarik dasi sekolahnya dengan kasar lalu melemparnya juga ke lantai. Tidak hanya itu, sekarang dia beranjak duduk, membuka sepatunya dan melemparnya satu persatu sampai mengenai pintu kamarnya yang tertutup. Hal itu tentu membuat kegaduhan, namun Nolan sama sekali tidak peduli.
Ia berdiri lalu melangkah keluar dari kamarnya yang sekarang terlihat berantakan karena ulahnya tadi. Nolan tidak perlu memusingkan masalah kamar, karena dalam sekejap kamar itu juga pasti akan rapi kembali. Pembantu di rumah megah orang tuanya ini cukup banyak, jadi apapun yang dibutuhkan oleh dirinya sudah disediakan. Bahkan ketika ia ingin mandi saja para pembantu di rumah yang akan menyiapkan airnya serta perlengkapan mandi seperti handuk.
Nolan melangkah pergi ke dapur untuk mengambil minum. Haus yang menderanya sejak tadi tidak bisa lagi ia tahan. Di dekat dapur, ia melihat beberapa pembantu di sana mendekat seolah ingin menawarkan bantuan. Dengan kesal, ia melirik pembantu itu. Belum selesai emosinya pada si gadis culun itu, sekarang ditambah dengan tingkah pembantu yang melihatnya seolah ia ini balita yang tidak bisa melakukan apa-apa.
"Gue bisa sendiri! Lo pikir gue ini bayi yang harus selalu disuapi kalau mau makan!?"
"Maaf, Den. Saya hanya ingin membantu saja, kalau Aden mau makan, biar kami saja yang---"
"SIAPA YANG BILANG MAU MAKAN?! SIAL, MAU MINUM DI RUMAH SENDIRI AJA SUSAH!" bentak Nolan.
Pembantu yang tadi di dekat Nolan terkejut seketika. Bahkan pembantu itu sampai mengelus dadanya saking terkejutnya. Sifat Nolan yang emosian memang sudah diketahui oleh seluruh penghuni rumah, namun tetap saja, jika lelaki ini berteriak atau marah sampai harus membentak pasti akan selalu membuat terkejut orang yang mendengarnya.
"Ada apa ini?"
Seorang wanita berumur yang masih terlihat segar datang menghampiri tempat keributan yang dibuat oleh Nolan. Ia melangkahkan kakinya dengan penuh wibawa serta keanggunannya. Belum lagi gaya berpakaiannya yang terlihat sangat kekinian membuat umurnya yang sudah mencapai 50 tahun tidak terlihat sama sekali.
Yohana Novanka Handoko, Nyonya di rumah yang Nolan tempati. Ibu kandungnya, salah satu aktivis di dunia politik sama seperti Ayahnya yang juga menjabat sebagai seorang wakil ketua umum sebuah partai serta wakil dari salah satu menteri di pemerintahan. Sedangkan Novanka sendiri bergabung dalam keanggotaan yang di dirikan oleh menteri pemberdayaan wanita dan perlindungan anak. Dia sering melakukan kegiatan sosial di luar rumah, membangun relasi agar nama keluarganya baik di kalangan masyarakat serta menguatkan posisi suaminya di pemerintahan.
"Gak ada apa-apa, Bu. Tadi Aden hanya ingin minum. Kami yang salah karena sudah menahannya, karena kami pikir mungkin Aden ingin makan," jawab salah satu pembantu yang usianya masih cukup muda tadi.
Nova menghela nafasnya mendengar penjelasan salah satu pembantunya, "Apa kamu nggak bisa sehari aja jangan membuat keributan, Nolan? Mama udah punya cukup banyak pekerjaan lain yang lebih penting dibanding harus mengurusi masalah kamu terus," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Nerd Girlfriend (JUPITER SERIES #2) [REVISI]
Teen Fiction[WARNING : BANYAK SCENE YANG MENYEBABKAN BUTTERFLY EFFECT DAN BUCIN AKUT!! GAK SUKA, SKIP AJA!!] "Seorang Upik Abu nggak akan pernah pantas bersanding dengan seorang Pangeran." "Seorang pangeran yang melepaskan tahtanya akan menjadi orang biasa. Ma...