11. ARTI MERPATI

490 62 4
                                    

"Merpati tau kemana ia harus pulang. Sama seperti hati gue, sekarang dia tau dimana tempat singgah yang nyaman"

🍁🍁🍁


"Bu, ini, Ivy ada sedikit rezeki, diterima ya bu."

"Dek, kamu belum makan ya? Ini kaka bawain makanan. Semoga suka ya..."

"Pak, habis ini langsung pulang ke rumah ya. Bapak wajahnya sudah lelah. Ini untuk bapak, karena masih semangat kerja walau sudah hampir gelap seperti ini."

Ivy telah selesai membagi makanan dan uang kepada orang yang membutuhkan di pinggir jalan. Sadar langit semakin gelap, Ivy bergegas pulang. Tapi niatnya tersita oleh sosok laki-laki yang familiar dari kejauhan—jalan lelaki itu pincang, celana abu abunya juga robek pada bagian lutut. Ivy hendak menghampirinya.

"Astaga! Kamu kenapa Yaspian?" gumam Ivy panik.

Mata Yaspian merah. Wajar, lelaki itu habis menangis dengan dahsyat tadi. Untungnya, air matanya sudah berhenti "gapapa. Tadi jatoh. Kok belum pulang?" tanyanya balik.

"Gak usah nanya balik. Kamu lagi luka. Aku obatin di rumahku mau?"

Yaspian sempat ragu. Hingga beberapa saat, wanita itu memeluknya dan mengusap pelan punggung Yaspian "marahin aja aku kalau kamu lagi kesel. Lampiasin aja."

Yaspian mengeratkan pelukannya sampai Ivy sesak nafas "GUE ORANG JAHAT IVY! LO HARUSNYA GAK BOLEH SUKA SAMA ORANG KAYAK GUE!!!" ucapnya dengan lantang, ada getaran sendu yang keluar dari kalimat Yaspian.

"Kalau kamu orang jahat, kamu gak akan peduli waktu aku diculik, kamu gak akan peduli waktu aku mau dikeluarin dari sekolah. Kamu baik."

Yaspian hanya diam sambil menenangkan pikirannya dengan memeluk tubuh kecil Ivy.

Setelah tenang, Ivy membawa Yaspian kerumahnya untuk diberi obat. Ivy berani membawa Yaspian pulang ke rumah karena ibu dan ayahnya sedang ada urusan keluar. Hanya ada dua pembantu dan satu supir di rumahnya. Karena kalau sampai ketahuan orang tuanya, mungkin Yaspian akan diinterogasi oleh sang ayah, di tanya rumahnya, inilah-itulah. Ivy hanya takut, Yaspian mengakui kebenarannya kalau ia seorang penjahat.

"Jangan celengak-celinguk, buruan masuk, dingin tau!" keluh Ivy.

Mata Yaspian yang semula berkeliling pada rumah besar Ivy, sontak menatap Ivy terkejut setelah mendapat teguran.

Ivy membersihkan luka Yaspian dengan sangat teliti, matanya hanya terfokus pada lukanya. Anehnya pria itu sama sekali tidak meringis, padahal lukanya cukup parah.

"Kamu bohong ya?" ucap Ivy seraya menatap Yaspian dalam.

"Bohong apa?"

"Pokoknya kamu bohong. Ini bukan jatuh. Terus kamu ngapain masih pake seragam?" Ivy menatap curiga.

Yaspian sedikit memalingkan wajahnya "tadi gue lagi gabut sambil ngerokok cari udara seger, terus jatoh." alibinya.

"Hidup kamu kebanyakan bohong, gimana kamu gak merasa banyak beban." Ivy mendesis.

"Gantungan merpatinya masih di simpen?" Yaspian mengalihkan pembicaraan.

"Masihlah. Gila kali kalau aku buang." gelak Ivy.

Kemudian, Yaspian mengeluarkan sebuah kalung dari kantung celananya. Hanya itu yang Yaspian bawa. Pria itu bahkan tidak membawa uang, tas, dan benda penting lainnya. Semua ia tinggalkan di rumah.

Yaspian menyodorkan kalung merpati itu pada Ivy "buat lo."

Sekarang Ivy gugup. Wanita itu belum terbiasa dengan sikap Yaspian yang sangat manis seperti ini. Jujur saja, ini membuat jantungnya berdegup dengan ritme tidak karuan.

Prince Yaspian; The secret of Yaspian lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang