Dengan harapan setengah pupus, Deka dan Rachel tetap melanjutkan perjalanan. Menghampiri satu persatu restoran dan menanyakan ciri fisik Ivy kepada orang sekitar, namun hasilnya nihil.
Harapanpun musnah, mereka sama sekali tidak bisa menemukan sosok Ivy ditengah malam dengan suasana mencengkam ini.
"Lo gue anter kerumah gue dulu, Hel. Biar gue yang urus ini semua." ucap Deka.
"Enggak. Lo sama gue, kita selesaikan ini bersama." balas Rachel dengan tatapan meyakinkan.
"Tapi bahaya..."
"Neneknya Yaspian... beneran udah gak ada?" tanya Rachel dengan nada sendu.
"Kasusnya sama seperti Peter. Hilang tanpa kejelasan. Bernyawa atau enggak, sama aja. Intinya menghilang." terang Deka.
"I'm almost crazy! how can I understand all this. Maksud lo apa?" ungkap Rachel seraya memijit pelan pelipisnya.
"Tunggu sampai Yaspian yang bilang sendiri ke lo. Gue gak mau lo denger sebuah pengakuan dari orang lain. Jadi lebih baik lo tunggu." jawab Deka misterius.
"Kak tolong!!" tiga anak kecil dengan pakaian yang lusuh berteriak dari kejauhan.
"Kenapa dek?" tanya Rachel dengan lembut.
"I..itu..ada kaka cantik lagi di sandera." ucap salah satunya.
Alis Deka tertaut saat mendengar berita dari ketiga anak kecil tersebut.
Deka kemudian mengecek isi topi yang mereka gunakan untuk mengemis, ada dua ratus ribu disana."Dimana kaka cantiknya?" tanya Deka berusaha tetap tenang.
Anak kecil itu memberi isyarat kepada Deka untuk menunduk-mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh anak tersebut. Kemudia ia membisik "di dalem gang, rumah kosong besar. Datang sendirian."
Setelah Deka mengacungkan jempolnya sebagai tanda paham, ketiga anak kecil itu berlalu sambil melanjutkan pekerjaannya-mengemis di jalanan.
"Dimana Ivy!?" tanya Rachel panik.
"Sttt..." Deka menaruh telunjuk di bibirnya. Pria itu kemudian meregangkan otot-ototnya-seperti orang yang akan siap bertanding.
"Lo disini, kalau bisa pulang aja. Nih kuncinya." Deka melempar kunci mobilnya. Untungnya, Rachel bisa menangkapnya dengan sigap.
"Apaansih! Gak mau! Gue.. tetep.. ikut!" titah Rachel.
"Bahaya, Hel. Gue lakuin ini demi Ivy, sahabat gue dari kecil. Gue akan lakukan apapun demi keselamatan dia. Dan lo, lo tetep disini, sebagai orang yang gue sayang. Gue gak mau kehilangan dua orang sekaligus Rachel." ungkap Deka dengan wajahnya yang sudah tampak lelah.
Rachel menelan salivanya berat. Cukup dibuat terkejut dengan pengakuan Deka. Selain itu, Rachel juga tidak mau Deka gugur nantinya. Membayangkan Deka yang diserang oleh puluhan orang saja Rachel tidak sanggup.
Dua manusia yang sama-sama takut kehilangan.
"Hari ini, semoga bukan akhir dari pertemuan kita. Good luck, Deka." jawab Rachel yang akhirnya menyerah untuk menurunkan egonya.
***
Deka sudah memakir tubuhnya di kawasan hutan. Ia mulai memasuki gang berukuran kecil. Setelah itu, ia disuguhkan oleh rumah kosong besar yang nampak tidak berpenghuni.
Pertama, Deka sudah tahu ia akan diserang. Kedua, anak kecil tadi adalah suruhan Matthew. Dan terakhir, Deka tidak ingin Rachel juga gugur disini-dihilangkan seperti Peter dan juga nenek Yaspian.
"I'm here, alone." Yaspian berteriak di dalam rumah tersebut.
Satu persatu orang dengan wajah sangar menampakkan dirinya. Dan terkahir ada Jaiden dan juga Matthew yang muncul dari atas anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Yaspian; The secret of Yaspian life
Teen FictionSEQUEL ZERAGA Bisa dibaca tanpa membaca Zeraga dulu. Rank #2 in deep (5-7-21) Rank #10 in crime (20-7-21) Yaspian Juteirus terpaksa diasingkan ke kota lain bersama nenek tua yang dipercayai kedua orang tuanya. Yaspian yang seharusnya berada diantara...