22. TOO PAINFUL

382 39 1
                                    

Yang patah akan tumbuh. Dan yang tumbuh akan gugur kembali. Begitu terus, sampai kita bisa berdamai dengan kata gugur–

🍁🍁🍁

Resina kemudian menatap Yaspian penuh selidik. Ya, wanita itu sedang mencari sebuah kejujuran lewat wajah Yaspian.

"Lima belas orang terbunuh." gumam Resina.

Yaspian membeo terkejut. Masalahnya, kata-kata Resina itu benar. Yaspian sudah membunuh lima belas orang. Dan satu pertanyaan memenuhi isi kepalanya, darimana wanita itu tahu?

"Dukunkah?" ucap Yaspian.

"Pergi dari sini sekarang." ungkap Resina dengan tergesa-gesa. Jujur saja, membebaskan seseorang yang sudah terkena perangkap adalah hal tersulit, apalagi posisi Yaspian disini dianggap sebagai penyusup.

"How can i do that!?"

"Go!!! gue hitung mundur, dan lo harus lari sejauh mungkin..."

"Gimana sama lo—" Yaspian tahu jelas posisi Resina yang berniat menyelamatkan Yaspian sangatlah berbaya, Resina bisa saja di bunuh saat itu juga oleh seorang capos. 

"3.."

"2.."

Tidak ada pilihan lain, dan Yaspian benar benar lari menjauh dari sana. Jangan tanyakan secepat apa Yaspian berlari dan sejago apa Yaspian dalam bersembunyi di tengah kerumunan yang tengah berjaga jaga di luar sana.

Setelah melewati sepanjang jalan tak berpenghuni—wajar, sekarang adalah pukul 02.00 dini hari. Yaspian memilih masuk ke hutan untuk menyamarkan dirinya. Dan saat itu juga, Yaspian mendengar suara jeritan seorang wanita yang ia yakini adalah suara Resina.

Perempuan itu harus diberi hukuman atas perbuatan kejinya dalam menyelamatkan Yaspian. Yaspian tahu hukuman seberat apa yang dilakukan seorang pengkhiat. Yaspian hanya bisa berdoa, semoga ia akan dipertemukan kembali oleh Resina, dan saat itu tiba, Yaspian akan berbalas budi.

***

"Maaf atas keegoisan mama dan papa yang mau jodohin kamu. Mama beneran gak tau akhirnya bakal kayak gini..." gumam Alzetta merasa gelisah atas penderitaan yang putrinya alami—juga sahabat yang ikut serta membantunya, Pradekar.

"Gapapa, mah. Ivy udah baik-baik aja." ujar Ivy lembut.

"Kalau kamu lagi suka sama orang, kejar. Ayah gak bakal maksa kamu lagi untuk turutin apa yang ayah minta. Maaf ayah sempet egois." timpa Araga dengan suara berat.

Meski umur Araga sudah memasuki usia 30 tahun, pria itu masih tetap memancarkan pesona nya—fitur wajah Araga benar benar kado istimewa dari tuhan. Nampak dingin, tapi hangat diwaktu bersamaan, apalagi jika sudah bicara—

Segitu kira-kira percakapan antara Araga, Alzetta, dan Ivy. Setelah semua telah dibicarakan dengan kepala dingin, Ivy kembali menarik selimutnya. Wanita itu termenung menatap langit langit kamarnya yang begitu kosong—ralat, hatinyalah yang kosong.

"Yaspian... kamu baik-baik aja, kan?" batin Ivy disela sela lamunannya. Dan perlahan... air matanya turun membasahi pipinya.

***

Dikarenakan kondisi Ivy sudah pulih dan memungkinkan untuk sekolah, wanita itu keluar dari zonanya dan mulai menghadapi sekolah lagi. Sekolah yang menurutnya sangat amat membosankan, apalagi saat kepergian Yaspian. 

Matahari di hari senin—entah kenapa selalu saja terasa menyengat kulit.

"Murid-murid, hari ini dikabarkan bahwa siswa Yaspian Juteirus menghilang tanpa kabar. Pihak sekolah termasuk guru dan staf TU sudah seberusaha mungkin menghubungi orang rumah, bahkan. mendatangi rumahnya, tapi kami tidak menemukan apapun."

Prince Yaspian; The secret of Yaspian lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang