19. ANCAMAN UNTUK YASPIAN

432 50 3
                                    

"Eh, ini punya siapa?" gumam Rachel saat pasang matanya mendapati handuk yang terjatuh di rumput. Tangannya mulai mengambil handuk tersebut, alisnya tertaut saat membaca tulisannya.

Yaspian yang tertarik juga ikut menelaah. 'Prince Yaspian', itulah yang keduanya tangkap.

"Kok ada nama gue?" gumam Yaspian heran.

"Mungkin aja dari fans lo?" tebak Rachel asal.

"Hm. Gatau deh, gue simpen aja." balas Yaspian, kemudian menaruh handuk kecilnya ditas berwarna hitamnya.

Keduanya melangsungkan perjalanan untuk pulang. Seperti yang sudah diketahui, Rachel masih singgah sementara waktu di rumah Yaspian sampai keadaan rumahnya terkendali lagi.

"Lo perhatiin gak sih, akhir akhir ini, kepala sekolah jadi lebih bugar gitu. Biasanya kan kalau pidato tiba-tiba ngantuk terus diganti sama pak Asep. Tapi tadi pagi, keliatan seger banget." ujar Rachel merasa ada sesuatu yang ganjil bergejolak dihatinya.

"Pak Yanto juga sama. Biasanya dia harus bawa macem obat-obatan kalau mau ngajar, tapi tadi di kelas gue dia keliatan kayak orang yang gak pernah sakit sebelumnya." gumam Yaspian juga. Pak Yanto adalah guru seni yang umurnya kira-kira 40 tahun lebih, pak Yanto itu senior, gak heran para guru juga menspesialkan beliau.

Semua orang tiba-tiba jadi sehat. Ini aneh dan mendadak. Pengobatan dokter tidak bisa sehari dua hari menangani pasien dengan berbagai macam penyakit. Semua butuh proses, dan memerlukan jangka waktu yang lama. Tapi hari ini, semuanya tampak berubah. Bukannya tidak senang, tapi alangkah baiknya jika tahu apa saja yang mereka lakukan agar bisa kembali sehat.

"Btw, Ivy kayaknya kesel banget sama gue. Bukannya lebih baik kalau lo lebih kasih dia perhatian? belakangan ini lo cuek banget ke Ivy." ujar Rachel memberinya saran. Bukannya lancang untuk mencampuri urusan mereka, tapi disini posisinya Rachel sedang bersembunyi dibalik Yaspian. Rachel hanya takut, semua kecanggungan Ivy dan Yaspian disebabkan oleh dirinya.

"Hm." jawab Yaspian singkat.

"Kalau dikasih tau tuh dengerin, bilang apa kek. Jawaban kayak gitu, bikin cewe gak mood." ketus Rachel yang merasa diacuhkan.

"Iya, Rachel."

***

Yaspian juga tidak mengerti apa yang terjadi dengan pikirannya belakangan ini. Suasana hatinya tidak bagus untuk menanggapi Ivy. Mungkin pikirannya juga dipengaruhi oleh Matthew yang terus menerus menjelekkan Ivy di depannya, bahkan memaksa Yaspian untuk segera meninggalkannya.

"Kamu tahu, dia sudah memiliki calon." ucap Matthew. Tidak perlu diberitahu lagi, Matthew akan tahu segalanya.

"Tau."

"Tinggalkan kalau begitu. Apa yang kamu pertahankan. Dia saja tidak memprioritaskan dirimu." balas Matthew lagi.

Entah kenapa, semua kata kata Matthew seolah cocok untuk keadaannya saat ini. Ivy tidak mencarinya beberapa hari ini. Wanita itu juga tidak mengirimkannya pesan. Yaspian atau Ivy, entah siapa yang sebenarnya salah.

"Hari ini saya berhasil mengedarkan jenis narkoba terbaru itu. Dikemas dalam bentuk obat." gumam Yaspian memamerkan pencapaiannya.

Yaspian membelalak kaget. Bodoh. Kenapa ia tidak sampai kepikiran sampai sini. Ia kira Matthew akan berhenti dan menyerah begitu saja, ternyata tidak.

"Bukankah polisi akan segera mencari tahu entah cepat atau lambat?" gumam Yaspian. Jujur saja, belakangan ini Yaspian tidak memiliki perasaan yang bagus untuk mengambil job dari Matthew. Ia rasa, sudah waktunya berhenti.

Prince Yaspian; The secret of Yaspian lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang