"Makasih Deka. Lo nepatin janji, gue sebahagia itu sekarang berkat lo. Gue udah lepas obat, kemajuan hebat kan!?" ucap Rachel dengan antusias.
Saat ini, dirinya dan Deka tengah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Mereka tengah berada di taman bermain malam hari, tepatnya sedang bermain ayunan.
Deka tersenyum tipis ke arah Rachel. "Gue harap kebahagiaan lo gak akan luntur, Hel. Tetep gini terus ya.." balas Deka.
"Mau peluk.." pinta Rachel membuka kedua tangannya.
Deka berdiri, lalu memeluknya erat.
Seperti ini saja rasanya Rachel sudah bahagia.
Namun, tiba-tiba Deka mengucapkan sepatah kata. Kata-kata singkat yang mampu meremukkan hatinya. "Gue akan nikahin Ivy."
Senyum Rachel memudar. Perasaannya mulai meradang. Deka mungkin sedang bercanda, batinnya.
"Lo bisa aja bercandanya." tanggapnya.
"Hari dimana gue bilang akan membuat lo bahagia, itu artinya, saat lo udah menemukan kebahagiaan lo, maka perjuangan gue cukup disitu. Lo bukan bahagia berkat gue, itu berkat lo sendiri, gue cuma pendorong."
"Sejak kapan-lo jadi sekejam ini?" ucap Rachel melepaskan pelukannya.
"Maaf, Hel."
"Segitu gampangnya ya lo buat gue melambung tinggi, lo ada disaat gue jatuh, lo semangatin gue, dan lo kasih gue kebahagiaan. Dan sekarang, lo ngomong kayak gini seolah lo lepas tangan atas apa yang udah lo kasih ke gue. Kalau ujung-ujungnya lo ngasih luka, untuk apa lo dateng, Deka!?" telaknya. Rachel berusaha menghalau air matanya yang jatuh. Ia tidak boleh terlihat lemah lagi sekarang. Rachel yang dulu, dan sekarang, keduanya berbeda.
"Gue suka lo, Hel. Tulus. Tapi di sisi lain, Ivy udah kayak keluarga gue sendiri. Gue takut kalau Yaspian nggak bangun lagi, Ivy salah pilih laki-laki yang buat hidup dia jatuh lagi. Gue mau hidup dia membaik kayak dulu lagi. Karena kehidupan Yaspian, nggak ada yang bisa menjamin dia hidup sampai kapan.." balas Deka dengan hembusan nafas pasrah.
"TERUS GUE? GUE GIMANA? LO PIKIR DENGAN LO PERGI, KEBAHAGIAAN GUE BAKAL TETEP KAYAK GINI? LO PIKIR GUE BAHAGIA KARENA DIRI GUE SENDIRI!? ENGGAK, elo yang ngebuat hidup gue ada artinya-" pekik Rachel dengan suara lantang, namun pada kalimat akhir, suaranya memelan.
"Maaf Rachel..."
Kemudian, Deka pergi sambil berlari kencang. Hati Deka juga sakit. Ia menitikkan setetes air mata yang tidak pernah ia keluarkan sebelumnya. Perasaan bersalah menikam hatinya.
"DEKA!!!" teriak Rachel di belakang sana. Tubuhnya meluruh. Ia mengepalkan tangannya kuat dan memukul mukul dasar tanah. Rachel hampir gila dibuatnya.
Isakan tangis Rachel membuat Deka semakin tersayat sayat.
"Maaf Rachel. Maaf." gumam Deka sembari terus berlari dan enggan membalikkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Yaspian; The secret of Yaspian life
Teen FictionSEQUEL ZERAGA Bisa dibaca tanpa membaca Zeraga dulu. Rank #2 in deep (5-7-21) Rank #10 in crime (20-7-21) Yaspian Juteirus terpaksa diasingkan ke kota lain bersama nenek tua yang dipercayai kedua orang tuanya. Yaspian yang seharusnya berada diantara...