27. PERTEMUAN DENGAN RESINA

303 30 6
                                    

"Harusnya lo gak pernah muncul, Yaspian. Gue nyesel pernah kenal lo, gue bener bener nyesel. Ahk!!" Ivy memukul pria itu dengan deraian air mata yang terus mengalir.

Yaspian bungkam. "Maaf," tidak ada yang bisa ia ucapkan lagi selain kata maaf.

Sejak hari pemakaman Deka, Ivy izin untuk tidak sekolah, begitupula dengan Rachel. Dan disini, Yaspian mencoba untuk mengunjungi rumah Ivy.

"Hati gue bener bener sakit! Gue kehilangan sahabat gue, karena siapa, hah? Karena lo!" pekik Ivy terisak pilu. Tangannya bergetar hebat.

Yaspian memejamkan matanya. "Sekarang apa yang lo mau, Ivy!? Gue cuma berusaha yang terbaik. Gue juga nggak tau kalau akhirnya bakalan kayak gini. Lo kira gue nggak menderita, Vy? Lo nggak tau, kan, apa aja yang gue lewatin saat gue pergi? Gue juga sakit, Vy," kata Yaspian berusaha menahan tangisnya yang akan pecah.

Ivy tertohok. Kata kata Yaspian benar juga, ia tidak sepenuhnya salah disini.

"Apa lo mau gue mati juga?"

Tangis Ivy berhenti sejenak. Ia tertohok dengan perkataan Yaspian.

Kini wanita itu memeluk Yaspian erat,  dan membiarkannya celah untuk menangis sekencang-kencangnya.

***

Hari demi hari telah terlewati. Sekarang, Ivy, Rachel, dan Yaspian tengah melanjutkan perjalanan sekolahnya.

"Vy, lo mau, kan, jadi panitia lomba agustusan?" tanya seorang temannya meyakinkan Ivy. Pasalnya, Ivy tidak pernah ikut organisasi, apalagi menjadi perwakilan kelas untuk panitia agustusan.

Ivy mengangguk dengan semangat yang menggebu-gebu. Gadis ini tengah meniupkan satu persatu balon berwarna merah putih yang nantinya akan dipajang di segala sudut koridor.

Mulai dari meniupi balon-balon, hingga membungkus satu persatu hadiah. Semua itu Ivy lakukan dengan sangat ikhlas karena kondisi hati yang sudah membaik dari sebelumnya. 

Setelah selesai, Ivy beranjak pulang.
"Gue balik, ya.."

"Oke, thanks, Vy.."

Yaspian sudah berdiri tegap dihadapan Ivy, dengan smirk khas miliknya. Dunia Ivy terasa sangat damai.

"Mau ngajak pulang bareng?" tanya Ivy.

"Enggak! Pede banget lo!" tutur Yaspian. Inilah Yaspian Juteirus, lelaki dengan sifat dinginnya yang sangat sulit untuk ditaklukan.

"Yaudah gue balik sama ketos!" cetus Ivy mengucap asal.

"Yaudah, siapa yang peduli." Yaspian masih terus meledeknya.

"Lo kesini mau ngapain, sih? Jangan bikin kesel, please..." gumam Ivy.

"Lo hari ini balik sendiri, ya. Gue mau anterin Rachel pulang, karena dia nggak ada yang jemput," ucap Yaspian.

Wajah Ivy mendadak keruh. "Apa bedanya sama gue? Lo pikir, gue ada yang anter?" elaknya.

"Yakan lo bisa pesen taksi atau yang lain. Rachel itu ekonominya sekarang terbatas, Vy. Lo tau, kan? Ibu sama ayah dia udah ditahan dipenjara. Gue mohon pengertiannya," ungkap Yaspian menjelaskan.

Ivy melongos. "Terus, mau sampe kapan anter jemput dia?" tanyanya posesif.

Yaspian memejamkan matanya singkat. "Vy, kita nih gak ada hubungan apa-apa. Tolong, jangan berlebihan." balas Yaspian.

Prince Yaspian; The secret of Yaspian lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang