31. SURAT LAGI

1.8K 385 86
                                    

Selamat membaca dear♡

Vote-nya jangan lupa, ya. Follow dulu sebelum membaca luv U♡♡

Selamat bermalam minggu, ya, semua♥

...........

31. SURAT LAGI


Emely tersenyum getir mendengar penjelasan Glen perihal pola pembunuhan yang dilakukan oleh pembunuh Lilin. Hatinya seperti teriris lantaran tak tega mendengar yang sebenarnya terjadi. Elgar sama lelahnya. Cowok itu sampai menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Bahunya ikut melemas tanpa dipinta.

Glen menatap adik sepupunya sendu. Ia melirik pada Emely yang malah melamun sendiri, menatap kosong lurus ke depan.

"Emely. Kamu baik-baik saja?" tanya Glen memastikan. Emely sempat terkesiap. Ia lalu menggeleng kuat seraya berkata, "Saya masih baik."

"Terus kenapa melamun gitu?"

Emely melirik Elgar sebentar. Ia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, mengusap lehernya pelan.

"Saya cuma kasihan sama Kak Lilin. Saya nggak nyangka akhir hidupnya bakal seperti ini. Tapi satu pertanyaan yang bersarang di otak saya, Bang," ucap Emely.

"Apa?" sahut Glen mempersilahkan Emely bertanya.

"Kenapa korbannya harus yang mempunyai posisi terpenting di Cendana?" tanyanya kemudian.

Elgar diam-diam mengangguk membenarkan. Inilah yang masih menjadi rahasia, hal yang belum bisa mereka pahami hingga sekarang.

Emely bertanya lagi, "Apa pembunuh ini hanya ingin terkenal?"

"Goblok lo!" sela Elgar menggeram kesal. Emely tuh kenapa sih selalu polos seperti ini? Bahkan pertanyaannya di luar ekspektasinya.

Glen menggeleng.

"Hanya ada dua kemungkinan di sini. Yang pertama." Glen menatap mata Emely dan Elgar bergantian. Ekspresi wajahnya kini begitu datar dan serius.

"Yang pertama karena dia punya dendam dengan orang yang punya posisi tinggi di Cendana karena masa lalu atau..." ucap Glen menggantung.

Elgar menegak. Ikut menyangga dagu di hadapan Glen seperti Emely.

"Atau justru semua yang dia lakukan untuk memancing sang dalang agar keluar," lanjut Glen membuat tubuh Emely dan Elgar tersentak.

Memancing sang dalang keluar?

Tunggu.

"Bukannya sang dalang ini si pembunuh, ya, Bang?" tanya Emely tak paham.

Glen hanya bisa mengendikkan bahunya. "Siapa yang tau. Itu cuma kemungkinan yang lewat," jawab Glen enteng.

Elgar masih terdiam. Seolah kehilangan kata-kata karena kalimat tersebut.

"Bang," panggil Elgar menatap harap sang kakak.

"Apa hubungannya sama Emely yang tertuduh sebagai tersangka utama pembunuhan Lilin?" tanya Elgar cepat.

Emely sendiri sudah memejamkan matanya. Kata 'tersangka' yang ditunjukan untuknya benar-benar masih sesakit itu. Padahal ia sama sekali tak tahu-menahu perihal itu.

"Ini." Glen menenteng sebuah benda di dalam plastik khusus di depan Emely dan Elgar.

Sebuah gelang emas berukirkan nama 'Helgaera Emely' di sana membuat kaki Emely lemas seketika. Elgar sama syoknya. Ia bahkan sampai menelan ludah kasar.

Emely menunduk, mencekal pergelangan tangannya sendiri. Tatapannya begitu nanar saat benda itu memang tak ada di tempat yang semestinya.

"Gelang ini ditemukan di rooftop gedung tiga empat jam setelah kematian Lilin," ucap Glen lagi-lagi membuat bahu Elgar dan Emely turun drastis.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang