21. KORBAN PERTAMA

2K 350 51
                                    

21. KORBAN PERTAMA

Fafa, Arin, Bella dan Ochi berteriak heboh di pinggir lapangan utama. Bersorak riang meneriaki teman kelas mereka yang sedang duduk di panggung sana, menunggu giliran di panggil ke depan untuk menyampaikan visi-misi mereka. Elgar yang mengomando di barisan Fafa dan kawan-kawan sampai berdecak heboh karena mereka tak mau diam. Mana Juna, Reza dan Fariz malah memilih di kelas saja, merapikan kelas yang berantakan.

Jessica dan Amira sendiri ditunjuk Pak Wawan menjadi MC di depan sana.

"SEMANGAT DIKTA! GO DIKTA GO DIKTA GO!" teriak Fafa, Arin, Bella dan Ochi kompak.

"JANGAN GEROGI POKOKNYA LIHAT KITA AJA DI SINI YANG DUKUNG KALIAN. SEMANGAAATTTT!" Kali ini teriakan Arin yang mendominasi. Fafa semakin mengangkat tinggi-tinggi spanduk di tangannya. Spanduk yang mereka buat dadakan semalam yang tulisannya adalah "DIKTA HARUS NAIK. KALO ENGGAK AKHTAR DIPECAT DARI KELAS'

Mampus!

Ini yang buat grup semalam rame. Sebenarnya ini idenya Juna dan dengan seenaknya di iyain sama Elgar. Laknat betul mereka. Kalau begini tuh jadi buat Akhtar kepikiran. Tapi dia jadi sedikit lega karena melihat suporternya hampir separuh dari murid Cendana. Memang tidak salah dia dipasangkan dengan Dika-anak IPS 1, yang lumayan besar koneksinya. Ditambah minggu lalu pas dia dan timsesnya promosi, respon adik kelas benar-benar membuatnya yakin akan menang.

Lain halnya dengan Emely dan Asti yang memilih ke kantin karena sudah tidak tahan dengan panasnya terik matahari yang menyengat kulit. Namun karena di kantin sangat sepi membuat mereka berdua memilih kembali lagi, dengan sebelumnya membeli satu kardus air mineral dan itu Daniel yang membawanya.

"Hari ini panas banget sumpah," decak Asti mengelap keringatnya.

"Iya. Itu Fafa sama yang lain apa nggak kepanasan, ya?" Emely sampai bergidik membayangkan empat temannya itu koar-koar seperti orang kesurupan.

Mana sekarang Ochi jadi mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi lalu membentuk formasi bersama Elgar, Adi, Ando dan Aldi.

Daniel yang sedari tadi memilih diam lantas berdecak malas. "Ini ditaruh di mana?" tanyanya malas. Asti menoleh, langsung menepuk jidatnya melupakan bahwa sahabatnya itu ikut bersama mereka.

"Yaudah buruan. Ayok. Gabung ke mereka aja deh," ucap Asti kemudian berlari bersama Emely duluan. Meninggalkan Daniel yang siap mengumpat kasar di tempatnya.


******

Juna, Reza, Fariz dan Wira duduk berhadap-hadapan. Mereka berempat diam memikirkan suatu hal yang mengganjal pikiran. Selembar kertas kecil sudah tergeletak di antara mereka, di tengah-tengah meja milik Fafa.

"Semalam gue udah mikir bahwa ini kertas ada hubungannya dengan kenapa Cemara berubah menjadi Cendana," ucap Wira memecah keheningan. Dirinya bisa berada di kelas ini pun karena dipanggil saat tidur di UKS, lebih tepatnya ditarik paksa.

Mata Reza lantas menyipit. "Katanya Melati yang kita korek kasusnya yang meninggal tiga tahun lalu. Sedangkan Cemara berubah jadi Cendana udah lima tahun lalu," sahut Reza.

Fariz mengangguk. Saat hendak mengucapkan sesuatu pikirannya kembali menyuruh untuk diam dulu.

Juna menarik nafasnya panjang, kini cowok itu langsung menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. "Gue curiga kalo Melati yang meninggal tujuh tahun lalu itu ada hubungannya sama Melati yang meninggal tiga tahun lalu," ucap Juna dengan nada sedikit serius. Namun, terlihat jelas bahwa ada keraguan di dalamnya.

"Gue juga ngerasa begitu sih. Atau jangan-jangan si pembunuh mereka sama. Dan pembunuh ini membunuh siapapun yang punya nama Melati."

"Lah. Gue malah kepikiran tentang gedung tiga kampret."

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang