[Jangan mau jadi pembaca gelap]
Follow dulu sebelum baca.
Cendana Internasional School dihebohkan oleh insiden memalukan saat awal kenaikan kelas. Dimana seluruh murid diharapkan beradaptasi dan membangun kemistri dengan teman kelasnya, justru pengh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1. INSIDEN AWAL SEMESTER
Teriakan heboh terus telontar dari sosok cowok bertubuh atletis berkumis tipis disepanjang parkiran hingga di koridor kelas sepuluh. Cowok itu nampak bahagia sekali. Apa karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah melewati libur panjang akhir semester dua? Entahlah. Atau justru cowok itu sumringah lantaran akan ditempatkan di kelas terbaik tahun ini. Ah, rasanya sangat menyenangkan.
"Gila sih. Ngerti nggak lo. Gue bakalan masuk kelas terbaik tahun ini brooooo," katanya menyombongkan diri.
Cowok di sebelahnya yang sedari tadi hanya fokus pada layar pipih digenggamannya bergumam saja. Tak terlalu menghiraukan kesombongan temannya itu. Toh, diamanapun dirinya nanti berada, di kelas manapun dirinya ditempatkan ia akan fine fine saja. Tak terlalu memperdulikan hal itu.
"Anjir. Nggak sabar gue. Gue duluan ya," pamitnya berlari menuju mading sekolah, meninggalkan cowok yang lebih pendek sedikit darinya.
Belva namanya. Cowok itu menatap punggung temannya dari belakang. Kali ini hanya terlintas satu kata untuk temannya itu di otaknya. "Alay"
Ya, apalagi. Yang seperti ini saja masih diperdebatkan. Nerima apa adanya kenapa sih emang. Ya, memang, temannya itu sedari kelas 10 lalu memang bermimpi, nanti kalau udah kelas sebelas gue mau masuk kelas unggulan, nanti kalau udah kenaikan kelas pokoknya gue harus masuk kelas terbaik, pokoknya gue harus belajar terus dan pokoknya pokoknya lain. Kadang Belva sampai geleng-geleng kepala melihat temannya itu terlalu ambisius dalam mencapai apa maunya. Belva hanya kasihan jika nanti harapan temannya itu tidak sesuai dengan kenyataan.
"Lo emang definisi google berjalan sih, Gar. Moga-moga harepan lo jadi nyata," ucap Belva miris.
Di depan mading utama Cendana Internasional School, yang letaknya di depan aula utama dekat lapangan basket, seluruh murid baik dari kalangan murid baru sampai kelas dua belas. Semuanya berkumpul di sana, mencari nama masing-masing pada kertas yang tertempel di papan yang tersedia.
Seperti sosok cewek berkacamata tanpa kaca yang rambutnya digerai sempurna tengah ikut dorong-dorongan dengan para murid. Menghempaskan siapapun yang ingin menghalanginya. Ia tak perduli, baginya mengetahui dimana kelasnya sekarang berada adalah tujuannya.
"APA SIH? JANGAN NARIK RAMBUT GUE KAMPRET!"
"ISHHHH MINGGIR DONG. GUE MAU LIHAATTTTTTTTT. PERGIIIIII, husshhhhhh," usirnya sambil mendorong murid-murid yang berada di sana. Cibiran untuknya terdengar dimana-mana. Tapi, sekali lagi ia tak pernah perduli. Cewek itu memperbaiki letak kacamatanya, jadi berbalik badan kembali mencari keberadaan namanya.