46. PRMAINAN YANG AMBIGU

1.8K 334 67
                                    


Huuuuhhhhh hahhhhhhh!!!

Hufffttttttt

........

46. PERMAINAN YANG AMBIGU

Adi merangkul Belva dan Maul. Merangkulnya sambil sesekali melempar jokes receh andalannya. Cowok itu berhenti di hadapan temannya yang lain.

"Gue ke belakang gudang dulu, ya. Mau menyelesaikan perasaan yang harusnya udah selesai lama. Hehe," katanya pamit. Tanpa menunggu persetujuan dari yang lain, Adi segera menyeret dua sahabat cowoknya itu pergi. Hal yang akan ia lakukan di belakang gudang, baginya adalah hal yang sangat penting. Lebih penting dari hidupnya. Ya, melepas perasaannya pada seseorang yang memilih pergi terlebih dahulu.

Dan, belakang gudang adalah saksi bisu perasaannya muncul. Pun, akan menjadi saksi di mana Adi akan melepas perasaan itu diam-diam. Ditemani Maul dan Belva yang mengerti persis perjalanan cinta seorang Adi yang begitu banyak jurang.

Belva menepuk pundak Adi berkali-kali. "Sabar, bro. Ntar juga dapet pengganti," ucap Belva kalem.

Maul terdiam. Tak bisa berkata barang sedikit saja.

"Ayo, sebelum kita ditinggal anak-anak pulang," ajak Maul selanjutnya.

Mereka bertiga berjalan terpisah dengan dua belas sahabatnya yang hendak naik ke rooftop gedung tiga, katanya ingin meminta maaf pada Melati lantaran hampir setengah tahun ini mereka tidak bisa menyelesaikan kasusnya. Adi, Maul dan Belva sendiri sudah membebankan seluruhnya pada yang lain.

Ibaratnya, mereka bertiga hanyalah pelengkap, tameng pelindung saja. Ya, hanya sebatas itu. Jika ada pertanyaan mengenai kasus serta misteri apa yang tengah mereka selesaikan. Dengan senang hati mereka akan menjawab tidak tahu. Ya, karena pada nyatanya memang seperti itu.

Sementara kepergian tiga sekawan itu di ujung koridor. Juna mengangguk-angguk kecil. Cowok itu kini mulai jalan memimpin. Dengan tangan yang sudah menggenggam tangan Fafa erat.

Mata memandang lurus ke depan. Tak ada yang lebih menyedihkan dari mereka semua. Di saat semua murid Cendana akan bersorak riang bahwa libur semester telah tiba. Sepertinya itu tidak terjadi pada mereka. Justru perasaan mereka seakan mendapat beban yang lebih berat lagi.

Mata sayu dan lelah sudah menghiasi langkah mereka. Perlahan, pelan-pelan dan tanpa sadar mereka sudah mulai masuk ke dalam gedung tiga. Berjalan beriringan guna meminta maaf pada semua korban di rooftop nanti. Dengan Arin sebagai perantara tentunya.

"Semoga setelah malam ini semua hal jadi membaik, ya?" gumam Fafa menggigit bibir dalam kuat. Melirik kecil pada Juna yang seakan memasang badan untuk para sahabatnya.

Emely terus mendesah panjang. Memegangi dada sebelah kirinya kuat. Cewek itu hampir berhenti berjalan kalau Elgar tidak cepat membantunya. Mereka kembali melanjutkan jalan. Tak mau terpisah lagi, kini mereka lebih memilih menaiki tangga menuju gedung atas.

Tatapan Jessica hampa. Di barisan paling belakang, Jessica dan Adim sama-sama memilih bungkam. Bahu yang tadinya begitu tegap kini jadi layu seiring berjalannya waktu.

Mereka sudah sampai di lantai tiga. Itu artinya, untuk sampai di rooftop butuh satu lantai lagi sebagai perantaranya.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang