47. INSIDEN AKHIR SEMESTER

1.8K 330 161
                                    

Denger lagu yang udah aku sediakan aja, ya...

Kalau kalian punya lagunya di playlist, bisa banget didenger sambil baca part ini.

.........

47. INSIDEN AKHIR SEMESTER


"Kita harus nyusul Arin dan yang lain."

Ochi melangkah tergesa menuruni tangga. Asti dan Amira mengangguk seraya melakukan hal serupa. Pikiran mereka sudah bercabang kemana-mana. Memikirkan hal yang sebenarnya tidak ingin mereka pikirkan.

Malam sudah menyapa. Yang katanya hanya sementara saja, sampai sekarang temannya yang lain belum kunjung kembali dari tempat itu. Mereka bertiga yang disuruh menjaga barang-barang di kamar lantas segera menyusul. Takut jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi, terjadi begitu saja.

Asti menarik lengan Amira kuat. Kini mereka mulai berlari kencang menuju gedung tiga yang lumayan jauh. Jika menuju ke sana. Itu artinya mereka harus melewati pos utama asrama, gerbang sekolah, lapangan utama, gedung dua lalu ke gedung tiga.

Tuhan.

Tidak bisakah naik karpetnya Aladdin saja?

"Gue capek, tapi gue khawatir," kata Asti dengan sekuat tenaga berlari menyamai langkah panjang Ochi. Amira sama, cewek itu diam-diam menunduk entah sedang memikirkan apa. Selanjutnya Amira langsung mendongak. Melepas cekalan Asti dari lengannya. Cewek itu terdiam sesaat. Semakin lama, hening semakin merasuk di antara mereka bertiga.

Ochi dan Asti ikut menghentikan langkah. Dahi mengernyit begitu saja. Mata masih senantiasa menatap Amira bertanya.

"Amira. Ayo. Kita harus susul mereka. Di sana bahaya," ajak Ochi cemas. Namun, tetap saja Ochi jadi berjalan ke tempat Amira berhenti.

Semakin lama. Asti jadi semakin bingung.

"Apa yang lo pikirkan, Amira?" tanya Asti berubah dingin. Tatapan Asti perlahan berubah tajam. Tetap menatap lurus pada Amira. "Jawab gue!"

Amira diam tak bergeming. Matanya terus menatap ke bawah tanpa mengubah posisinya. Ochi segera menepuk-nepuk pipi Amira. Berharap kesadaran cewek itu segera kembali. Namun, bukan itu yang yang terjadi. Justru, Amira kini malah tertawa sumbang di tempatnya. Mendongak, menatap langit malam yang gelap. Amira menyentuh kedua lututnya. Pandangannya langsung mengabur begitu saja.

Sakit.

"Tiga purnama habis."

Hening.

Tubuh Asti menegang. Ochi sendiri sudah terpaku di tempatnya. Tangannya terjatuh begitu hampa dengan sorot mata seolah tak bernyawa.

Amira menarik napas panjang. "Di kesepian malam. Tiga purnama habis, sang pemilik tahta akan kehilangan harta. Kesombongan membuatnya lenyap diterkam sang dalang," ucapnya bergetar hebat.

"A-apa...? Apa malam itu... sekarang?" tanya Asti terbata. Cewek itu tanpa sadar sudah mundur beberapa langkah.

"Mungkin."

Perih.

Beginikah rasanya kecewa pada diri sendiri lantaran terlambat menyadari semua petunjuk itu?

Bahkan, titik terang dan kebahagiaan saja belum sempat mereka rasakan.

Beginikah rasanya menjadi pecundang di balik sebuah nama besar?

Bahkan, menjadi yang diinginkan belum bisa mereka lakukan.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang