24. ASRAMA DAN SEGALA KEANEHANNYA

2K 342 30
                                    

24. ASRAMA DAN SEGALA KEANEHANNYA

Hingga sampai detik ini Fafa hanya berdiri saja tepat di depan asrama putri bersama Bella, Arin dan Emely. Mereka berempat memang janjian untuk bertemu di sini. Fafa yang membawa satu koper besar dengan tas ransel hitam yang ia pakai di punggungnya langsung bergidik ngeri.

"Sialan gue merinding," ucapnya lalu merapat pada Emely.

"Baru kali ini gue ke asrama semala sekolah di Cendana," kata Bella berdecak seraya mulai menyeret koper kuningnya. Mata cewek itu tak lepas dari konsep asrama putri yang lebih mirip dengan kelas-kelas belajar.

Sedangkan Arin yang berdiri agak jauh dari Emely dan Fafa merasa jantungnya berdetak cepat tak karuan. Plisss, jangan sekarang.

"Tungguin Bell." Arin akhirnya mengejar Bella yang tak menghiraukannya. Fafa sendiri masih belum mau menjauh dari Emely.

"Ayo Fa."

"Gue kok mendadak rindu kamar sendiri sih..." rengek Fafa sudah mau memutar badan, berbalik arah.

"Mau kemana astaga?" tanya Emely sambil menahan Fafa agar tidak jadi melarikan diri. "Eh, tapi terserah deh. Gue duluan kalo gitu," lanjutnya jadi melepas cekalannya di ujung kemeja cewek itu.

Fafa yang merasa ditinggalkan jadi kesal sendiri. Mau tak mau ia mengekori Emely dari belakang. Meskipun dalam hati ia sudah merapalkan doa sebanyak-banyaknya. Takut saja kalau tiba-tiba terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Sampai keempat cewek itu mulai menaiki tangga menuju lantai dua. Tunggu, ada yang berbeda. Mata Emely sedikit menyipit saat kamar-kamar di lantai satu begitu sepi begini. Padahal, biasanya ketika ia ikut Jessica ke asrama sekedar berganti baju, asrama lantai bawah lah yang paling ramai.

Tapi sekarang jadi berbeda.

"Gue heran deh. Sebenarnya kita tadi janjian kapan sih. Kok sampek sini bisa sore menjelang magrib," omel Bella masih memimpin di depan sambil kesusahan mengangkat kopernya.

Fafa yang mendengar itu jadi mendelik sempurna. "Dih. Kita kan nungguin elo di supermarket depan anjir. Berarti ya gegara nungguin lo lah," balas Fafa kesal sendiri.

"Gitu aja kok gelut," celetuk Emely santai.

Ketiga cewek itu terus saja menaiki tangga, sesekali melempar jokes receh, bahkan sesekali adu mulut panas. Tapi, kenapa lantai dua ini terasa begitu banyak anak tangganya astaga.

Di antara mereka, ada yang diam-diam memperhatikan, yang diam-diam mencuri pandang pada sesuatu yang bergelayut di ujung tangga sana. Sesuatu yang tak bisa dilihat oleh mata orang-orang pada umumnya.

Sedari tadi Arin berusaha menahan napasnya, ia sudah menebak jika ini akan ia temui. Mengingat asrama adalah tempat ke sekian yang menurutnya banyak sesuatu yang 'tak kasat mata'. Matanya jadi bergerak gelisah menyadari ada hal yang coba sesuatu itu beri tahu. Namun, Arin lebih memilih berlari cepat ke atas, ia tak mau di hari pertamanya sudah menghebohkan asrama karena melihat hal seperti itu, lagi.

"Minggir, minggir," kata Arin menerobos Fafa dan Emely, bahkan cewek pendek itu langsung melambung Bella yang memimpin.

"Hah?" Fafa sudah panik tak karuan. Dengan sekuat tenaga cewek itu mengangkat kopernya, jadi ikut berlari mengejar Arin yang sebentar lagi sampai di ujung tangga.

"IHHHH KENAPA PADA LARI SIIIHHH?" Bella ikut kalang-kabut, ia dengan kekuatannya yang tak seberapa langsung ikut berlari kencang. Walaupun ikat rambutnya harus jatuh terlebih dahulu dan menggelinding turun ke lantai paling dasar. Ia tak memperdulikan itu. Apa yang sebenarnya terjadi saja ia tidak tahu. Yang penting ikut lari saja.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang