23. SALAH STRATEGI

1.9K 374 42
                                    

23. SALAH STRATEGI

Ochi mengaduk-aduk gelasnya pelan, cukup lama. Mungkin sedari Elgar menyuruhnya untuk berpikir keras. Entahlah, Ochi sendiri sebenarnya ingin tidur saja bareng Fafa di kamar apartemen Elgar. Tapi, ah sudahlah. Kalau begini ia tambah badmood sampai ke ubun-ubun.

"Eh bentar deh," ucap Wira memecah keheningan. Kini mereka berenam tengah duduk melingkar di karpet bawah. Dengan Ochi, Elgar, Jessica, Bella dan Juna tengah berkumpul untuk membahas sesuatu. Sedangkan yang lainnya sudah entah dimana. Adi, Aldi dan Ando tadi bilang mau jalan-jalan di sekitar apartemen sekalian nyari makan malam. Fafa tidur, sedangkan Arin dan Amira malah menyusul Fafa dan akhirnya hanya tiduran di sisi Fafa sambil nonton youtube.

"Kalian ngerasa nggak sih kalau selama ini, lebih tepatnya selama kita memutuskan buat ambil kasus ini pergerakan kita seperti diawasi?"

"Gue udah ngerasa sih. Apalagi lo tau kan gue sekarang di asrama putri cuma sama Amira. Yang lainnya pada pindah ke lantai bawah," sahut Jessica sambil mendesah panjang.

"Kenapa gak ikut pindah?" tanya Bella penasaran.

"Gak kebagian kamar njir. Terpaksalah gue sama Amira di atas berdua. Mana kalo malam di lantai dua tuh suka ada bunyi-bunyi aneh gitu," tambah Jessica sambil bergidik ngeri.

"Tapi itu memudahkan elo buat nyari bukti sebanyak-banyaknya. Apalagi Pak Cakra bilang Melati dulu juga tinggal di asrama kayak lo," balas Elgar memberitahu. Jessica sendiri hanya mengendikkan bahunya acuh. Entahlah, ia sedikit ragu akan hal itu. Lebih tepatnya ragu bahwa dirinya mampu mencari bukti-bukti lain.

"Btw Maul tadi nganter si Reza ke kantor polisi lagi, ya?" Kali ini Juna yang bertanya. Cowok itu mengubah duduknya menjadi bersila, sekarang ditambah menyenderkan punggungnya di sofa.

"Kasian ya Reza. Pasti dia terpukul banget. Gue nggak nyangka aja sih kalau pembunuhnya ngincer Lilin. Fafa apalagi, dia beberapa hari yang lalu aja baru serah-terima jabatan bareng Kak Lilin," ucap Elgar seraya berdecak.

Di sini hanya tinggal beberapa saja. Bahkan Asti yang keponya minta ampun itu malah duduk-duduk di rooftop sama anak yang lainnya. Katanya mau lihat indahnya kota Jakarta di malam hari. Halah, bilang aja nggak mau berpikir keras.

Dan sampai sekarang sisa mereka berenam lah yang kuat menahan kapasitas otak agar tidak meledak.

"Lo udah tanya Bang Glen belum tentang indikasi kasus ini terjadi karena apa? Atau enggak, dia ada ngabarin lo nggak?" tanya Juna semakin serius saja. Ochi yang sedari tadi diam sampai merengut kesal ingin beranjak. Aishhh, ini dia kenapa sampai terjebak begini sih di sini? Pasti Asti enak banget di atas sana. Si Arin juga malah cekikikan ngeselin di kamar. Tapi di sisi lain temannya berlima ini kasihan juga. Kasihan banget malah.

Elgar terlihat menghela nafas berat. Ia masih ragu untuk membahas hal ini. Sangat ragu, takut kalau yang lainnya juga sama syoknya seperti dia.

Wira yang mengerti ekspresi Elgar jadi masam. Ia mengernyit saja. Mencoba menebak apa yang ketua kelasnya itu lakukan. Sedangkan Jessica sendiri sudah berpikir keras mencari celah bahwa kejadian tadi siang itu bukan hanya kebetulan semata.

"Pas di kantor polisi tadi gue dikasih Bang Glen kertas yang isinya bilang bahwa sekarang Emely tertuduh sebagai tersangkanya," jelasnya membuat Ochi langsung menghentikan kegiatannya, membuat Jessica langsung menegak begitu saja, Bella dan Wira pun tak kalah syoknya. Sedangkan Juna sudah tahu tentang hal itu sedari tadi.

Tapi untungnya mereka tidak berteriak alay seperti biasanya. Untung saja Emely tidak sedang ada di ruangan ini. Meskipun cewek itu sendiri sudah tahu dan mencoba untuk bersikap tenang. Tapi ia juga tahu bahwa Emely pun sama, tak bisa berhenti berpikir dan mencari apa penyebab dirinya tertuduh. Padahal kalau dipikir-pikir ia selama pagi sampai sore selalu berada di dekat Elgar dan Bella. Sumpah.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang