36. REDUPNYA KEBERSAAN

1.6K 350 66
                                    

Happy reading, ya, semua♡

.......

36. REDUPNYA KEBERSAMAAN

Ia mendekati laci. Membukanya tergesa diiringi helaan napas gusar. Selanjutnya beralih menghampiri meja tugasnya. Memeriksa di dalam tumpukan-tumpukan map besar di sana.

Lagi-lagi sesuatu yang ia cari tak dapat ditemukan sama sekali.

Ia berjalan gusar ke arah jendela. Membuka gordennya cepat, menatap tajam ke sekeliling tempat.

Namun, seolah takdir kurang baik tengah berpihak padanya. Hal-hal yang sudah terangkai di kepala lantas buyar seketika.

Dua orang berlari cepat masuk ke dalam. Menghampiri cowok itu yang kini menatap nanar halaman belakang ruangannya.

Sang cewek sampai bersandar ke tembok. Kerudungnya sudah ia sampirkan dengan rapi lagi ke belakang leher.

"Orang itu datang lagi. Gue lihat dari cctv di ruang rahasia," kata cewek itu gusar.

Seseorang yang lain berjalan ke sisi jendela yang lain. Menyibak kain putih yang menutupi.

"Sial," desisnya lalu meninju tembok di sampingnya.

Glen mendekat. Ikut menyaksikan apa yang membuat sahabatnya lantas menggeram kesal.

"Kita kalah lagi," kata Glen mencoba menahan emosi.

Cewek itu yang ditinggal bersandar di dekat pintu bergegas menghampiri dua orang itu cepat.

"Kenapa?" tanyanya kebingungan.

"Kita tertinggal satu langkah di belakang sang dalang," jawab Glen dingin.

Dahi berkerut begitu saja. Akhirnya cewek itu ikut menatap jendela depan Glen.

Ia terperangah. "Astaga. Dia nyamar jadi penyusup?" tebaknya.

Glen menggeleng. Seseorang yang lain menetap Glen dan cewek itu penuh tanya.

"Bukan sekedar penyusup."

"Maksudnya?" sahut seseorang yang lain.

"Dia bahkan udah mencuri benang merahnya," jawab Glen jujur.

"Apa?" lirih cewek itu seraya mundur dengan pandangan yang sudah tidak teratur. Begitupun dengan seseorang yang lain itu.

"Gelang emas, liontin Melati dan... buku diary itu..." ucap Glen lagi melanjutkan.


******

Gulungan lengan baju itu semakin tinggi. Kemeja putih yang harusnya berlengan panjang lantas berubah menjadi seperti kemeja biasa pada umumnya.

Cowok itu yang diikuti oleh beberapa temannya yang lain berjalan penuh semangat ke arah meja pojok kanan depan. Menghampiri seorang cewek yang sudah dua minggu terakhir ini mengurung diri dari siapapun.

Aldi duduk di atas meja cewek itu.

"Rin."

Tak ada sahutan sama sekali.

Sebuah kantong plastik besar berisi beragam jajanan ringan sudah Fafa letakkan tepat di depan cewek itu. Meski kemungkinan besar tidak akan digubris sama sekali.

Padahal, makanan adalah hal yang paling tidak bisa cewek itu tolak sama sekali.

Tapi sekarang, seolah semuanya sudah berketerbalikan.

Benar-benar situasi dan keadaan yang jauh berbeda ketika semua orang di kelas ini masih kompak. Masih bisa lalala yeyeye bersama.

"Lo tuh kenapa sih, Rin? Semenjak di ruang radio itu lo jadi sosok yang pendiam gini. Kalau memang ada hal yang mengganggu lo, lo bisa cerita ke kami. Kami selalu ada buat lo," ucap Jessica sudah duduk di meja Akhtar.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang