30. TANPA PELINDUNG

1.8K 387 78
                                    

Maafin ya udah ngulur banget update nya.

Pencet tombol bintang dulu ya dear...

Selamat membaca, ya♡

..........

30. TANPA PELINDUNG

Seringai tipis di wajah seseorang yang terbungkus dengan topeng itu lantas berubah semakin jelas. Tak ada yang tahu di balik seringai itu terdapat banyak sekali misteri yang tak ada orang lain yang tahu.

Seseorang itu masih senantiasa menatap kepergian enam orang remaja di ujung sana. Rasanya sangat puas bisa bermain-main lebih lama dengan 'mereka'.

"Sebentar lagi kalian akan menyusul." Suara serak basah dengan nada rendah itu benar-benar bisa membuat bulu kuduk siapapun meremang. Hanya saja, terlalu yakin mereka akan tunduk segera.

Ia berjongkok tepat di depan makam Melati, mengelus nisan berukirkan nama gadis itu. Ia tersenyum, namun bukan itu yang membuatnya tersenyum penuh arti. Ada satu hal lain yang ia temukan di sini.

Dengan gerakan pelan ia meraih benda itu, mengangkatnya tepat di depan wajahnya.

"Bodoh." Senyum smirk senantiasa menghiasi wajahnya.

******

"Jess. Kaki lo kayaknya masih sakit banget deh. Sini, gue bantu jalan." Ochi dengan cekatan menghampiri Jessica yang muncul di balik pintu gerbang.

"Iya, nggak tau kenapa. Padahal pas di TPU tadi udah mendingan loh."

Bella datang bersama Fariz dari arah kafetaria.

"Kayaknya lo harus istirahat dulu deh. Takutnya tambah parah." Ucapan Fariz diangguki oleh Bella kuat.

Jessica mengangguk juga, namun matanya masih terus celingak-celinguk memperhatikan sekeliling. Biasanya, di sore hari begini teman-temannya akan berkumpul lengkap di bekas pos satpam depan asrama. Tapi, kenapa hanya ada Belva dan Akhtar di sana.

"Tumben kok sepi? Pada kemana semua?" tanya Jessica.

Bella menginstruksikan agar semua diam.

"Asti, Juna, Fafa, Wira dan Ando di rumah sakit. Pulangnya kemungkinan besok. Aldi, Adi dan Maul lagi di rumahnya Aldi. Katanya nggak tau balik kapan. Terus Arin masih belum pulang seminar."

Jessica mengernyit. Kok tumben Arin mau pergi sendirian?

"Nggak ada yang ngikut sama Arin? Kok nggak khawatir? Belajar dari pengalaman Amira dong pliss," celetuk Jessica khawatir.

Bella, Fafa dan Fariz jadi terdiam. Detik selanjutnya jadi melirik sosok cowok yang tengah menggoyang-goyangkan ponselnya di pos satpam sana.

Jessica berjalan tertatih menghampiri Belva dan Akhtar. Bella dan Fariz yang tak mau ambil pusing lantas memilih mengekor di belakang. Ochi masih terdiam di tempatnya  kali ini cewek itu memilih duduk di atas batu berukuran besar, mengutak-atik kameranya.

"Akhtar."

Akhtar dan Belva menoleh.

"Kenapa lo nggak ikutin Arin?"

Akhtar berdiri. Meletakkan ponselnya di atas kursi lalu menatap Jessica tak mengerti.

"Emang Arin kemana?"

Jessica malah menatap Belva. "Belva. Kenapa nggak jagain Arin?" tanyanya mendesak.

Belva melirik tak suka. Apa hubungannya dengan dirinya? Lagipula wajar saja, Arin cewek yang sibuk. Di modeling cewek itu memegang jabatan sebagai main model. Bahkan posisinya lebih sibuk dari pada sang Ketua. Bukan hanya itu, Arin juga merupakan anggota PMR yang sudah dipastikan akan sibuk seminar sana-sini.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang