4. Pengakuan

269 31 19
                                    

Karena suasana canggung setelah pertengkaran kecil tadi, Doyoung yang ngeberaniin diri untuk bicara duluan sama Yuta. Si manis itu tau kalo Yuta ngga akan ngomong kalo bukan Doyoung yang mulai.

"Yukkuri, kita mau kemana?" tanya Doyoung antusias dan ngegoyangin tangan Yuta dari samping.

"Terserah."

Kan, pasti responnya cuek.

"Yukkuri jangan marah dong, Dotokki minta maaf," ucap Doyoung dan majuin bibir bawahnya.

Yuta sama sekali ga peduli dan terus jalan dengan arah ga nentu. Tangannya di masukin ke saku celana, padahal biasanya ngegandeng Doyoung dan ngomong tanpa henti.

"Yuta, gue serius."

Langkah kaki itu berhenti. Yuta ngelempar tatapan bertanya ke Doyoung dan sebelah alisnya naik.

"Gue serius pas nanya apa lo mau yang lebih?" tanya Doyoung dengan nada tegas.

Cowo Nakamoto itu senyum miring, "Kalo gue bilangpun, lo ngga akan bisa ngasih apa-apa ke gue."

Doyoung ngerutin dahinya ga suka, "Apa maksud lo ngomong gitu? Gue akan berusaha ngasih apa yang lo mau—"

"Sekalipun hati lo dan tubuh lo itu? Lo ngga akan bisa," potongnya pake nada dingin.

"Gue gamau jadi orang brengsek yang ngekhianatin sahabatnya sendiri, terlebih itu lo dan Johnny."

Yuta ngalihin pandangannya lagi, "Jangan nawarin apapun kalo pada akhirnya lo ngga akan bisa nepatin itu."

Setetes air mata Doyoung turun sampe pipi, "Lo—"

"Iya, gue sayang sama lo dan rasa sayang gue udah beda. Jangan percaya sama hubungan sahabat kita ini, karena salah satunya udah jatuh cinta."

Cukup bagi Yuta untuk nahan perasaan ini sendiri. Berbohong ke diri sendiri dan orang lain ngga akan cukup untuk Yuta mutusin buat melangkah pergi.

Yuta udah jatuh untuk Doyoung.

"Gue harap lo ngga akan ngejauhin gue setelah tau yang sebenarnya," ujar Yuta dan nunduk, natap sepatu yang dia pake dengan tatapan sendu.

"Gue cinta sama lo, tapi gue gabisa dapetin lo. Cukup bagi gue untuk mencintai, tapi tidak memiliki."

Doyoung gabisa nahan isak tangisnya sampe di liatin beberapa orang yang lewat di sekitar mereka. Dia nunduk dalem, ngebiarin air matanya netes gitu aja ke lantai.

"Maaf, maaf karena gue udah bikin lo jatuh, Yuta. Maaf, maaf..." gumam Doyoung sambil terus nangis.

Lagi-lagi Yuta harus bertindak.

"Doyoung, udah..."

Yuta meluk Doyoung yang masih enggan negakin kepalanya, "Gapapa kalo lo gabisa ngebales itu, gue baik-baik aja kok. Lagipula, selama lo bahagia sama Johnny—gue juga bahagia tau," katanya coba ngehibur Doyoung.

Bullshit, batin Yuta.

"Maaf, Yuta, maaf. Harusnya gue lebih peka dan ngga buat lo semakin berharap sama sikap-sikap gue selama ini, gue bener-bener minta maaf," lirih Doyoung dan ngebales pelukan Yuta.

Yuta ketawa lirih, "Gapapa, Dotokki, gapapa. Semuanya akan baik-baik aja..."

Bohong, batin Yuta lagi.

Si manis meluk leher Yuta makin erat dan erat, ga peduli sama tatapan aneh pengunjung lainnya.

Yang dia tau, Yutanya terluka.



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang