86. Petunjuk baru

124 20 44
                                    

"Kita belom periksa handphonenya."

Chihoon ngambil handphone yang dibalut sama plastik itu. Dia agak heran sih, kenapa Minhyun bisa bawa plastik pake ngebungkus hapenya?

"Gue rasa, Minhyun memang udah di targetin sejak awal. Dia tau kalo dirinya bakal di bunuh, dan ngelakuin ini. Dia pergi ke kantin buat beli plastik ini, trus ke toilet untuk mancing pembunuhnya," jelas Yuta panjang lebar.

Menerawang pikirannya, Valennia kayanya ngelewatin sesuatu.

"YA! GUE INGET!"

"Minhyun kan dateng paling akhir waktu ada kak Yoonoh disini, katanya dia mau ngambil apa gitu di mobilnya Chihoon. Nah, otomatis kan dia deket pintu, gegara telat dikit."

"Gue ngeliat kak Yoonoh nepuk bahunya Minhyun."

Terjawab sudah.

"Gak mungkin lah kakak gue yang ngebunuh semuanya, gue jarang banget liat dia keluar rumah," sangkal Jaehyun.

Chihoon muter pensil yang ada di tangannya, sesekali norehin sesuatu di catetan Minhyun.

"Bisa aja kakak lo dendam sama salah satu diantara kita dan dia kerja sama ama seseorang yang deket juga sama si target utama ini," ucap Eunwoo.

Masuk akal sih, tapi siapa?

Doyoung keinget ama kata Yoonoh waktu itu, "Jae, kakak lo ga sama kak Chaneun lagi kan?"

Jaehyun ngangguk, "Mereka putus. Kak Chaneun bilang kalo dia bakal nikah ama pilihan ayahnya, katanya udah tunangan juga sih."

Yuta ngacak rambutnya frustasi, "Kenapa semua orang pada tunangan dah?!" teriaknya kesel.

Biasa, orang sirik.

"Cuma jaminan supaya ga selingkuh doang, nyatanya mah tetep selingkuh," ucap Doyoung woles.

"Terus, siapa yang tau password hape Minhyun?" tanya Chihoon yang ngalihin topik, supaya ga tambah sedih.

Rasanya udah gada gunanya nangis kalo pembunuhnya ga ketangkep, sesak karena kehilangan di hati itu yang nyiksa mereka.

"Kalo ga salah 1...apalagi yak?" kata Yuta lola.

"1266!" serunya setelah beberapa detik mikir keras.

"Kayanya tu password kaga ada filosofinya," celetuk Jaehyun.

Ternyata, setelah dibuka, hapenya ga nunjukin home screen.

Tapi aplikasi sound recorder.

"Njir, Minhyun ngerekam semua percakapannya ama pembunuh itu?!" tanya Chihoon speechless, tangannya nunjuk voice record paling atas yang berdurasi sekitar 15 menitan.

Tanpa babibu lagi, cowo Choi itu naikin volumenya dan neken voice record itu. Semuanya hening, senyap, ngga ada yang bicara karena rekaman ini pasti penting banget.

Awalnya cuma hening sih, cuma suara-suara air yang mungkin asalnya dari washtafel. Trus setelah 3 menit berselang, ada suara kalo orang ngunci pintu kemudian suara langkah kaki.

Pintu ditendang kuat, kayanya pintu bilik Minhyun.

"Heh jelek, kalo lo bunuh gue sekarang sih silahkan aja. Tapi lo kudu janji, jangan bunuh temen-temen gue. Lo kira gue gatau kalo lo yang bunuh temen-temen gue, hah?!"

"Sok-sokan lagi pake katana, lo bukan prajurit Jepang ye! Mata lo cantik cuma kayanya lo pembunuhnya, lo orang suruhan ya? Cantik-cantik sialan."

Kok Minhyun ngoceh sih?

"Cih, dasar. Lo tuh ga bakal dapet apa-apa kalo ngelawan, lo juga bakal mati setelah ini."

Sependengaran salah satu orang, suara itu familiar.

"Kena—AH BANGSAT!"

Bertepatan dengan teriakan itu, bunyi robekan kulit kedengeran samar. Mereka kaget, tapi tetep dengerin rekaman itu dengan tenang demi nyari bukti lain.

"B-brengsek ye l-lo, h-huh. T-tunjukin muka lo k-kalo berani, dasar h-hanger baju."

Cuma Minhyun yang ngatain orang pas udah sekarat, oke.

"Bentar lagi lo mati, jadi gue berbaik hati mau nunjukin muka cantik gue ini."

Setelahnya, bunyi tusukan kedengeran. Minhyun batuk-batuk, dan pembunuhnya ketawa pelan.

"Senengnya bisa ngebunuh orang cerdas kaya lo, Hwang Minhyun."

"G-gue t-tau kalo b-bukan lo da-dalangnya. K-kasih tau g-gue!"

"Monsieur gasuka namanya disebar, jadi maaf ya sayang."

"F-fuck with that, b-bitch. Kas-kasih tau gue."

"Dia, salah satu kesayangan temen lo, Tae—"

Voice recordnya berhenti.

"Sial! Harusnya kita bisa dapet namanya, oh fuck!" seru Jaehyun gregetan, kenapa bisa kepotong gitu sih anjing?!

"Voice record disini kayanya maksimal ngerekam 15 menitan, gabisa lebih dari itu," ucap Eunwoo sambil meriksa hape Minhyun, sapa tau ada clue lain.

"Di note dia ada nulis sesuatu, gue bacain aja ya," katanya trus berdeham singkat.

"Gue tau hari ini gue yang mati, ya. Ga banyak yang pengen gue bilang, gue cuma pengen bilang makasih banyak karena udah jadi sahabat yang baik selama ini. Semoga kalian baik-baik aja, dan kematian gue bisa jadi yang terakhir. Salam sayang buat kalian semua dari Hwang Minhyun, sampai ketemu di lain dimensi ya."

Mendadak suasana serius tadi diganti sama suasana biru, lagi dan lagi.



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang