25. Rapat dadakan

143 22 28
                                    

Jenazah Mingyu udah dimakamkan di kampung halamannya—kota Anyang,provinsi Gyeonggi. Yuta dkk langsung memutuskan untuk ngadain rapat dadakan di kedai makan deket pemakaman.

"Apa kalian merasa ada yang janggal sama kematiannya Mingyu?" tanya Eunwoo.

Beberapa dari mereka ngangguk, sisanya diem aja.

Polisi bilang kalo Mingyu meninggal antara jam 11 sampai jam 12 tengah malam. Racun yang di campur ke air putih adalah racun cicutoxin. Ngga ada-ada tanda pembobolan kaya pintu yang rusak atau jendela yang pecah, dan barang-barang berharga punya Mingyu pun utuh.

Bahkan, tubuh Mingyu masih pada tempat awalnya—berbaring di tempat tidur dan posisi gelas air itu sama kaya posisi awalnya a.k.a akurat banget. Kalo air itu diminumin ke Mingyu, tempat naruh gelasnya harusnya beda dong, walau sedikit.

Pembunuhnya udah pro sekali ya.

"Gue rasa, ini udah di rencanain. Yang jelas, gue nemuin angka 14 yang ditulis di dinding kamar Mingyu," jelas Doyoung, mengemukakan pendapatnya duluan.

"Emang kenapa sih sama angka 14?" tanya Jihyo penasaran.

Doyoung ngehela napasnya gusar, "Banyak yang berhubungan sama angka itu. Jumlah panggilan dari nomor yang neror gue, nomor lantai dan awalan nomor kamar nenek waktu di rumah sakit."

"Tanggal ulang tahun Jaehyun."

Mereka ternganga, "Jadi maksud lo, ini semua ulah Jaehyun?" tanya Eunwoo serius.

Ngga ada yang jawab, mereka takut salah ngomong dan secara ga langsung nuduh orang yang kemungkinan ga bersalah.

"Pas gue masuk ke kamar Mingyu itu, gue ga nemuin apapun. Semuanya bersih, bahkan ngga ada sidik jari yang ditemuin di gelas minum yang di duga berisi air campuran itu," jelas Chihoon.

"Jejak sepatunya bersih, sama sekali ngga kebaca," imbuhnya lagi.

Daniel numpuin dagunya diantara kedua tangan, "Berarti, pembunuhnya udah profesional."

Si ketua ngangguk, "Semua rekaman cctv juga udah di hapus dengan gampangnya, ngga ada yang kesisa."

"Kecuali angka 14 itu," inget Valennia.

Minhyun sengaja bawa buku catatannya, nyatet poin-poin penting dari kejadian ini. "Angka 14, cctv kena hack, racun, 11 sampai 12."

"Kalopun Jaehyun yang ngebunuh Mingyu, untuk apa?" tanya Lucas.

"Ngurangin jumlah orang yang bisa ngelindungin Doyoung. Dengan begitu, dia akan semakin mudah dapetin Doyoung," jawab Nayeon.

"Atau, karena Mingyu pindah haluan? Kan awalnya si Mingyu di komplotannya Jaehyun, dan sekarang jadi anggota kita? Entahlah," ucap Kun.

Mereka pusing, berteori kaya gini kaga ada habisnya.

"Semoga Mingyu tenang disana," kata Eunwoo pasrah, ngehela napasnya pelan dan nunduk.

"Tapi kita gabisa diem aja, kita harus ngungkap siapa dalang di balik semua ini," kata Chihoon.

Yuta ngangguk setuju, "Liburan masih panjang, kita bisa nyelidikin ini lebih leluasa."

Makanan mereka dateng, buat mereka harus ngehela napas lelah.

"Kayanya teror si empatbelas ini bakal berlanjut, atau feeling gue yang ngaco kali yak," ujar Nayeon sambil ngaduk-ngaduk bibimbapnya.

"Jangan bilang gitu, Yeon. Kata-kata itu doa," celetuk Yuqi setelah nyuapin sesendok nasi ke mulutnya.

Lagi-lagi Doyoung ngehela napasnya, ngerasa masalah ini kian berat dan berat.

"Ini semua karena gue," lirih si manis, otomatis dapet bentakan keras dari Valennia.

"Lo, enggak, salah. Paham?" tekannya di setiap kata.

Minhyun senyum dan nepuk-nepuk pelan kepala si manis, "Ini bukan salah lo."

Acara makan itu di lanjutin. Dengan berkabung duka, ke-12 remaja itu makan dalam bisu dan kepala yang sibuk nyusun teori—nebak siapa sebenernya penyebab semua ini.

Ini keterlaluan.



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang