"KENAPA SEMUANYA HANCUR?!"
Johnny ngelempar tasnya ke sofa, "ARGHH!"
Gak habis pikir. Kenapa mamanya harus nampar Johnny cuma karena masalah beginian? Bukannya, seharusnya Raline ngerti kalo ini cuma untuk pengalihan pikiran dan pemuas nafsu?
Masalah Doyoung kecewa atau ngga itu bisa belakangan! Juga, 4 tahun lagi mereka baru ketemu. Apa gak cukup 4 tahun, mereka nyusun rencana untuk nutupin semuanya rapat-rapat?
Sial, Johnny gatau harus ngelakuin apa.
Cowo tinggi itu duduk di tepian kasur setelah ngambil hapenya di saku celana, berniat nelfon Althea dan nanyain gimana keadaan kesayangannya itu.
Nada sambung terdengar, dan Johnny mulai ngatur napasnya supaya lebih tenang saat ngomong sama Althea nanti.
Setelah 3 panggilan, Althea baru ngangkat telfonnya.
"J-johnny..."
Johnny ikutan sedih waktu denger lirihan Althea nyapa telinganya, "I'm so sorry, sweetheart."
"Your mom's so fucking cruel, i'm scared," lirih Althea lagi.
Kok authornya kesel gitu yak.
"Gue bener-bener minta maaf, Thea. Gue mohon, maafin mama atas kata-katanya tadi," bales si cowo dengan nada memohon.
"G-gue benci sama mama!"
Johnny nyisir rambutnya, "Maafin mama, Thea. Dia gak bermaksud bilang lo begitu, cuma—"
"Apa, hah?! Dia bikin gue malu! Sekarang, harga diri gue serasa ada di ujung kuku kaki!" serunya marah.
Johnny makin kesulut emosi antara marah sama Raline dan sedih karena Althea, kepalanya pening dan matanya memburam.
"Oke, gue minta maaf. Atas nama mama, gue minta maaf. Kita bisa omongin ini baik-baik, kan?"
Althea ngedengus, "Besok, sepulang sekolah."
"Great, thank you sweetheart."
"I'll miss you, daddy. I'll miss your touch and your everything."
Johnny gak bisa nahan, "Me too, see you soon baby girl."
Tanpa balasan, sambungan telfon itu terputus. Johnny mijet-mijet pelipisnya pelan, kenapa dia bisa selemah ini sampe pening?
Terakhir kali, dia begini karena kepikiran Doyoung terus-terusan pas baru aja landing di Chicago.
Sial.
Ketukan pintu kamar ngalihin atensinya, "Masuk!" teriak Johnny.
"Hello bro, how are you?"
Bukan mama, bukan papa, bukan juga neneknya. Sosok yang berdiri di depan pintu itu nunjukin senyum andalannya, yang selalu nyapa Johnny di depan gerbang sekolah waktu SMP.
"Mark?" lirih Johnny ga percaya.
"Lama ga ketemu ya," ucapnya dan jalan ngedeketin Johnny.
Mark ngehela napasnya pelan seraya nepuk-nepuk bahu Johnny, "Mestinya Althea percaya sama kata-kata gue. Kenapa lo ga ngakuin Doyoung sebagai tunangan lo?"
Johnny brain freeze, ini beneran Mark Lee?
Kalo kalian lupa, dia yang udah nusuk Lucas ama Kun. Dia yang berkhiantat ke Johnny, dia yang ngebantu Jaehyun untuk ngelawan temen-temennya sendiri.
Johnny benci itu.
"Mau apa lo kesini?" desis Johnny pada akhirnya, dia berdiri dan natap Mark yang ada di depannya.
"Gue mau bantuin lo untuk kembali ke rumah, Johnny."
Johnny ngelayangin satu pukulan ke rahang Mark, "Bullshit, lo udah berkhianat!"
Mark yang baru aja di pukul otomatis ngeringis sakit, "Itu dulu. Gue udah berubah, dan berubah ga seharusnya jadi makin buruk."
"I'm still your friend, i'll never change."
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Distance
Fiksi Penggemar[Angst, Romance] "Jarak emang bisa ngelatih kesetiaan dan ketulusan, tapi jarak ngga ngejamin ketenangan dan kebahagiaan." -Jaehyun. • Completed • Trilogy of Comfortable's • BxB / Yaoi / Homo / Gay • Bahasa non-baku • Hope you enjoy it, don't forget...