6. Something forbidden

245 30 15
                                        

Yuta sama Doyoung udah nyampe di apartemen sejak 20 menit yang lalu, sekarang lagi leha-leha di sofa sambil nonton film.

Karena filmnya greget sangat, mereka serius banget nontonnya. Di tambah ini film horor, mereka suka kaget sendiri daritadi.

"Astaga, gue takut..." gumam Doyoung sambil malingin mukanya ke samping—ke arah Yuta.

"Kalo takut, kita berhenti nonton aja ya? Nanti lo gabisa tidur lagi," kata Yuta yang udah siap ngepause filmnya.

Si manis ngangguk ribut, bener-bener takut sama film yang di saranin sama Yuta. Awalnya dia kira filmnya biasa aja, makin kesini jadi makin nyeremin.

Tv mati, ruangan jadi sunyi dan si manis masih nutup matanya. Tangan mungilnya ada di atas paha Yuta, ngga sengaja ikut refleks pas ngangguk tadi.

"Lo tidur duluan sana, gue mau lanjut nonton," ucap Yuta yang ngeliatin Doyoung doang.

Mata bulet itu natap Yuta, langsung di tatap balik sama cowo itu.

Yuta mutus kontak mata itu duluan, gamau makin jatuh dan jatuh apalagi setelah Doyoung tau semuanya. Dia berdeham, dan nyuruh Doyoung tidur duluan.

Tapi, apa jawaban Doyoung?

"Nggak."

Cowo manis itu natap lawan bicaranya begitu intens, terkesan innocent di mata Yuta. Doyoung ngga beralih sedikitpun walau Yuta udah mutusin kontak mata itu.

"Yukkuri."

Beberapa detik setelah panggilan itu, Yuta nolehin kepalanya lagi pelan-pelan.

Oh, shit. Kayanya gue ngambil tindakan yang salah, batin Yuta rusuh.

Mata sayu itu natap Yuta seakan memohon dan bibir ranum itu seakan minta dimanjain. Gak, gak bisa dan gak boleh.

Yuta gak bisa dihadapin sama yang begini.

"Iya, Doyoung?"

Yuta ngejawab Doyoung sepelan mungkin, berusaha ga kepancing untuk ngelakuin sesuatu yang ngadi-ngadi.

Tangan Doyoung yang awalnya di paha, sekarang merambat naik dan akhirnya sampai di rahang tegas Yuta. Matanya berkedip lambat, ngelakuin sesuatu di luar kendali dan nyeret dia ke masalah baru.

Satu tarikan, napas hangat Yuta membelai lembut pipi Doyoung. Cukup sigap untuk menghindar dari bibir ranum Doyoung yang bikin Yuta gila.

"Yuta, jangan mundur setelah lo udah melangkah sejauh ini."

Yuta mejamin matanya, megang pinggiran sofa di atas kepala Doyoung untuk nahan badannya. Posisi mereka ambigu, bisa bikin seseorang yang tiba-tiba masuk auto salah paham.

"Gak, gue gak bisa ngelakuin itu."

"Kenapa?"

Sial, Yuta gak tahan.

"Karena gue ngga mau berkhianat."

"Jangan bohongin diri lo sendiri, Yuta."

Tangan Doyoung lagi-lagi bikin Yuta harus nahan hasratnya, sentuhan di perutnya buat Yuta kehilangan akal.

"Berhenti sebelum lo menyesali semuanya, Kim Doyoung."

Si manis justru senyum miring, "Apa menurut lo, gue bakal nyesel?"

Yuta ngangguk patah-patah, "Y-ya, lo akan nyesel setelah ngelakuin ini ke gue. Mending lo tidur, oke?"

Doyoung berdecih pelan, tanpa babibu narik tengkuk Yuta dan nyium bibirnya.

"Please give me pleasure with 7 minutes in heaven."

"Fuck."

"Yes, we do."



Hayoloh (◐.◐)

[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang