78. Christ

122 20 29
                                    

Cowo tadi nganterin Doyoung ke rumah sakit yang sama, dimana tempat Yuqi di autopsi. Sekarang Doyoung udah di pindahin ke ruang rawat, dikasi infus karena cukup lemes setelah nahan dingin kelamaan. Kondisinya baik-baik aja kok, dan paru-parunya udah kembali aman.

"Kamu sudah merasa lebih baik?"

Doyoung noleh ke sebelah kiri, dimana ada cowo yang nolong dia tadi.

"Makasih udah bawa Doyoung kesini, kak Yoonoh," ucap Doyoung dengan suara parau.

Dia ngegeleng pelan, trus ngedeketin bangsal Doyoung dan duduk di kursi yang ada di sebelah bangsal.

"Kamu...Kim Doyoung, bukan?"

Doyoung terdiam. Lah, ngapain kak Yoonoh nanyain namanya lagi? Tunggu, dan sejak kapan iris kak Yoonoh berubah jadi abu-abu?

Lebih ganteng sih, Doyoung suka.

"Kenapa kakak nanyain nama aku lagi? Kita kan udah kenal," jawab Doyoung disusul tawa renyah, gatau kenapa ngerasa janggal.

"Ah, tidak. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu adalah orang yang dia maksud."

Wait, wait, sejak kapan pula kak Yoonoh bicaranya formal kaya gini?

"Bolehkan saya tahu alasan kamu bunuh diri?" tanya orang itu, yakin banget kalo itu bukan kak Yoonoh.

"Maaf, kak, tapi Doyoung pikir itu adalah masalah pribadi."

Orang itu ketawa kecil, "Jangan panggil saya kak, saya tidak suka. Cukup panggil saya Christ," ucapnya trus senyum, senyum yang punya aura berbeda dari senyum kak Yoonoh. Karismatik.

"Kenapa kak—maksudnya, kenapa Christ nyelamatin Doyoung?" tanya Doyoung gugup.

"Tidak perlu takut, saya tidak akan menyakiti kamu. Perlahan saja, saya paham kamu masih ragu atas keberadaan saya disini."

Dia berdeham sebentar, trus ngelanjutin kata-kata formalnya lagi.

"Saya hanya mengikuti intuisi saya untuk pergi ke bawah jembatan itu. Saya menyelam dan menemukan kamu sudah berada di dasar sungai, untung arusnya tenang. Tapi saya kesulitan ketika ingin membawa kamu ke darat, karena saya pun sebenarnya tidak bisa berenang dengan baik," jelas Christ.

"Kemudian Yoonoh kembali mengambil alih setelah kamu sadar tadi, dia membicarakan apa?" tanyanya.

Doyoung masih diem, saking syoknya dia. Apa-apaan ini? Kak Yoonoh itu Christ, dan Christ itu kak Yoonoh?

Kak Yoonoh punya kepribadian ganda, gitu?

"K-kak Yoonoh ng-ngajak Doyoung ke rumah sakit," cicit si manis, sekarang makin takut karena pemikiran kalo Christ ini kepribadian kak Yoonoh yang lain.

Kak Yoonoh kan baik, biasanya kepribadian yang lain akan bertolak belakang sama itu.

"Doyoung, dengar, saya tahu jika kamu takut. Tapi saya ingin mengatakan hal yang Yoonoh lakukan sebenarnya," ucap Christ, semakin serius.

"Yoonoh punya rencana jahat, dan dialah salah satu dalang di balik semua ini. Teman-temannya membantu Yoonoh untuk membunuh teman-teman kamu. Saya mohon, tolong percaya dengan kata-kata saya ini. Yoonoh dan dia tidak akan berhenti sebelum kamu berhasil mati di tangan mereka."

Christ tiba-tiba megang tangan Doyoung, "Jaga diri kamu baik-baik, selamatkan teman-teman kamu dan segera akhiri teror ini."

"Dia yang tak terpikirkan, dia adalah—"

"Bangchan, jangan ganggu Doyoung. Pergi."



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang