45. Perkembangan teori

124 21 41
                                    

"Ini bener-bener keterlaluan."

Chihoon ngegebrak meja cafe itu sekali lagi, "Kita harus cari pembunuhnya sebelum korbannya semakin banyak."

Semuanya ngangguk setuju.

"Sebenernya apa motif pembunuhnya ngelakuin semua ini? Dan, untuk apa?" tanya Yuta.

Minhyun ngegeleng, "Sampe sekarang motifnya belum diketahui. Polisi bilang kalo pembunuhan ini bisa aja berhubungan, biaa aja ngga."

"Gak berhubungan dari mananya? Semua kasus ini jelas-jelas berhubungan karena mereka temen-temen kita," tutur Lucas.

Kesepuluh remaja itu ngehela napas gusar.

"Lalu, apa yang menyebabkan Daniel meninggal?" tanya Kun.

Minhyun nyatet hasil yang dikirimin kakaknya lewat chat di buku catetan, "Daniel diduga menghirup udara yang udah kecampur sama ricin bubuk. Ricin sendiri adalah protein beracun yang terkandung di jarak pohon."

"Daniel meninggal karena kehabisan napas dan sempet muntah di lift. Dia di perkirakan meninggal jam 1 malem, baru di temuin sama penjaga disana jam setengah 4 tadi."

Yuqi ngerasa ada sesuatu yang aneh. "Kalo dia di bunuh di dalem lift, gimana caranya pembunuh itu nebar serbuk ricinnya?"

"Kata seorang staff disana, lift sempet berhenti di lantai 14 dari jam setengah 12 sampe jam setengah 3. Kemungkinan besar, pembunuhnya nebar serbuk ricin lewat atas lift," jawab Minhyun.

"Jadi dengan kata lain, pembunuhnya loncat dari lantai sekian ke atas lift dan ngebuka manhole, gitu?" tanya Doyoung.

"Lo tau manhole, Young?" tanya Chihoon.

Doyoung ngangguk, "Manhole atau emergency exit adalah pintu yang ada di atas lift, cuma bisa dibuka dari atas lift dan waktu pintu itu dibuka—lift otomatis berhenti."

Eunwoo mukul meja keras banget, "Gue tau!"

"Pembunuhnya sengaja ngeberhentiin liftnya dulu, setelah itu dia maksa ngebuka pintu menuju ruang luncur dan loncat ke atas lift yang di dalemnya ada Daniel."

Valennia nepuk-nepuk kepala Eunwoo dan mangut-mangut bangga, "Pacar gue emang pinter."

"Jangan nge-uwu dulu njir, serius," hardik Chihoon—soalnya doi jomblo.

Kembali ke kasus Daniel, para ahli disana—Minhyun, Doyoung, Chihoon setuju sama teori Eunwoo.

"Eh, iya. Kertas yang di kasi kakak lo tadi mana?" tanya Yuta.

Minhyun naruh itu di tengah-tengah meja, belom ada yang buka atau ngebaca isinya.

"Gue yang buka ya," kata Lucas sambil ngulurin tangan dan ngebuka lipetan kertasnya.

"Secret messagenya adalah ‘don't miss the Elevator’," ucapnya kemudian naruh kertasnya lagi.

Jihyo ngambil alih kertas itu, "Pembunuhnya kurang belajar kali ya, masa di awal kalimat hurufnya ga kapital," protesnya.

Chihoon minta kertasnya, "Coba gue liat, siniin."

Kertas di terima, dan Chihoon juga minta kertas serta tisu yang isi secret message dari kasus sebelumnya.

Belum sempet Chihoon ngomong, Doyoung nepuk pahanya heboh, "Gue tau, gue tau, gue tau!"

Cowo manis itu ngambil catetan Minhyun dan berdiri, "Kalian liat, kata another dan tell jadi awalan di kalimatnya. Tapi, kenapa elevator yang jadi kata terakhir malah pake huruf kapital?"

Doyoung senyum miring, "Karena itu adalah inisial dari pembunuhnya."

"Another, Tell, Elevator, kita punya huruf A, T, E yang bisa jadi clue untuk nama si pembunuh."

"Jadi maksud lo, Tae?" tanya Valennia.

Doyoung ngangguk, "Bisa jadi, tapi Tae di Korea aja udah banyak banget."

"Kenapa jadi rumit gini sih?!"



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang