65. Too fast

129 19 19
                                    

Kesembilan remaja itu berhamburan keluar dari restoran. Saksi yang nelfon lewat hape Jihyo itu bilang kalo pembunuhan terjadi ga jauh dari sini, jadi mereka lari-larian kesana.

Sesampainya disana, mereka dihadapin sama polisi lagi dan lagi. Taksi yang jadi tumpangan Jihyo itu nabrak pembatas jalan dan ringsek lumayan parah.

"Kak Sujin!"

Minhyun dan temen-temennya nyamperin Sujin yang ada di deket taksi itu. Dia ngasih beberapa kertas data yang udah dia catet tadi.

"Jihyo di penggal?!" tanya Minhyun kaget setelah ngebaca laporan kakaknya itu.

Sujin ngangguk dan ngehela napas pelan, "Bahkan matanya belum nutup sepenuhnya."

"Ini kasus pembunuhan yang ke berapa, Hyun?"

"Ini kasus ke-5, kak. Apa bukti yang kami kasih ke kakak dan kepolisian udah nemuin kesimpulan?" tanya Chihoon.

Kak Sujin sekarang ngegeleng, "Belum. Pembunuhan macam ini lebih banyak teka-teki, dan sepertinya pihak kepolisian melewatkan sesuatu."

"Tolong bantu kami untuk nemuin siapa pembunuhnya, kak. Kami gabisa ngebiarin temen-temen yang jadi korbannya lagi," mohon Doyoung.

Perempuan itu ngangguk, "Pastinya, Doyoung. Kalian yang sabar ya, kakak turut berduka atas kepergian temen kalian."

Kak Sujin pergi setelah ngasih sticky note warna biru muda yang berisi bercak darah, yang bertuliskan ‘you're a Nocturnal’.

"A-T-E-O-N," gumam Eunwoo.

Mereka bergegas kembali ke rumah Lucas dan nyerahin mayat Jihyo ke pihak keluarga sampe siap dimakamkan.

"Sebenernya pembunuhnya ada dendam apa sama gue?"

Doyoung ngedesah frustasi dan hatinya lagi-lagi dikabutin perasaan bersalah, "Sebegitu bencinya dia sama gue karena sesuatu, sampe ngebunuh orang-orang yang bahkan ngga tau apa-apa?"

Semuanya ngiba, tapi ngga ada yang bisa jawab karena mereka sendiri gatau siapa dalang di balik semua ini.

Jaehyun ngusap-ngusap punggung Doyoung pelan, "Ini bukan salah lo, Young. Jangan mikir gitu, ini semua udah jalannya."

Ga di sangka, ternyata ada dua orang yang sakit hati ngeliat interaksi Jaehyun ama Doyoung itu.

"Supir taksinya bunuh diri dengan cara nusuk perutnya sendiri pake katana yang dipake untuk menggal Jihyo. Kayanya tu supir sengaja nabrakin mobilnya dulu, baru bundir di dalem taksi," jelas Chihoon setelah senyum hangat ke arah Doyoung.

"Tapi untuk apa dia bunuh diri juga? Supaya ngga di tangkep polisi?" tanya Yuqi.

Eunwoo ngangguk, "Kalo dia meninggal, otomatis ngga ada yang tau dari siapa dia dapet perintah untuk ngebunuh Jihyo."

"Supirnya yang ngebunuh Jihyo, atau mereka berdua yang di bunuh?"

Minhyun natap mereka serius, "Kata kak Sujin, dia ngeliat tangan supir yang ada di bawah katana itu masih normal, ngga ada tanda-tanda dia megang benda itu. Kalo dia yang ngebunuh Jihyo, minimal tangannya merah sedikit akibat ngegenggam katana itu, menggal orang itu ga gampang loh."

"Dan kayanya, itu bukan mobil taksi pada umumnya. Mobil itu sengaja diubah jadi mirip taksi dan plat nomornya ngga ada," imbuhnya lagi.

"Tapi saksi bilang, ngga ada seorang pun yang ada di lokasi kejadian saat itu," kata Valennia.

"Bukankah ini terlalu cepet untuk pembunuhnya ngelancarin aksi? Itu cuma beberapa menit setelah Jihyo ninggalin kita, kan?" tanya Yuta.

Minhyun ngejentikin jarinya, "Itu yang aneh, detektif belum bisa narik kesimpulan."

Jalanan yang dilewatin taksi itu emang sepi banget, ngga ada orang atau toko. Penerangan disana juga minim, jadi bisa aja pembunuhnya sembunyi dengan gampang.

"Sayang banget ngga ada cctv disana, jadi kita ngga bisa tau apapun pas kejadian itu," ucap Yuta.

Kesembilan orang itu ngehela napas berat untuk yang kesekian kali, satu orang lagi telah pergi.



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang