"URGENT! TOLONG BURUAN KE RUMAH NAYEON! GUE KIRIMIN ALAMATNYA, PLEASE BURUAN!"
Daniel auto loncat dari kasur, "KENAPA WOI, BANGSAT?!"
"ARGHH! FUCK U NIEL! BURUAN!"
Sambungan telfon keputus gitu aja dan Daniel nyambar kunci mobilnya di atas meja.
"MINHYUN! BANGUN LO! BURUAN IKUT GUE KE RUMAH NAYEON!" teriak Daniel sambil ngegedor pintu kamar Minhyun.
Iya, Daniel ama Minhyun satu unit apartemen.
"MIN—"
"IYA GUE DENGER, YOK BURUAN!" sahutnya cepet dan make sepatunya asal-asalan.
Daniel sama Minhyun tegang banget selama perjalanan, keringet dingin ga berhenti ngalir dari pelipis sampe ke dagu padahal masih jam 6 pagi.
Sementara Daniel nyetir mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi, Minhyun rusuh sendiri di grup supaya temen-temen juga kenotice.
"Anjir anjir anjir, banyak polisi!" seru Daniel panik dan markirin mobilnya di belakang mobil polisi.
Minhyun-Daniel buru-buru lari kesana, dan keadaannya chaos banget. Polisi ada di setiap sudut rumah, orang tua Nayeon di tenangin dan duduk di kursi panjang yang ada di deket garasi ama Jihyo.
"Sayang, ada apa ini?" tanya Daniel ke Jihyo yang nangis juga, sama kaya orang tuanya Nayeon.
"Nayeon—"
"—meninggal, Niel, Hyun."
Daniel ama Minhyun otomatis nganga, "What the fuck?!" pekik si cowo Hwang ga percaya.
Jihyo gak sanggup lagi ngucapin kata lainnya selain itu, dia meluk ibu Nayeon dan nangis di pundaknya. Ayah Nayeon nunduk dalem, mejamin mata dan bisu.
Minhyun ga pake babibu langsung nyamperin detektif yang baru aja keluar dari rumah Nayeon, "Sebenernya ada apa?"
Detektif itu ngegerakin matanya ke arah dalem, "Cek sendiri ya Hyun, kakak mau ngasih laporan ke polisinya."
Kakaknya—Hwang Sujin, nepuk pelan bahu Minhyun dan senyum tipis kemudian berlalu.
Minhyun bilang ke polisi yang ada di area dalem rumah kalo dia adalah adiknya Sujin, seketika dapet akses untuk masuk ke tempat kejadian perkara yaitu kamar Nayeon.
Dinding kamar bercat putih tulang itu sekarang berhias darah dari si pemilik kamar, Nayeon. Mayat Nayeon kemungkinan udah di bawa ke rumah sakit dan polisi udah ngegambar gimana posisi mayat Nayeon tadi.
Minhyun bersama beberapa polisi dan detektif lain mulai mencari barang bukti. Genangan darah Nayeon ga bikin Minhyun jijik atau terganggu, dia bahkan ga peduli sama sepatu putihnya yang kotor kena darah.
"Pak, boleh saya memeriksa barang pribadi korban?" tanya Minhyun ke polisi yang ngawasin dia.
Polisi itu ngangguk dan Minhyun langsung bergerak cepat. Mulai dari lemari, meja rias, rak buku, semuanya Minhyun periksa.
Dan dia ngga nemuin apapun.
"Ada barang bukti yang sudah bapak dapatkan?" tanya Minhyun ke polisi itu lagi.
Minhyun dapet gelengan dari si polisi.
Cowo Hwang itu ngehela napas gusar dan berkacak pinggang, ini teror atau takdirnya Nayeon memang begini?
Kamar Nayeon yang ga begitu luas harusnya bisa ninggalin satu-dua jejak, tapi ini betul-betul bersih.
Mata Minhyun tertuju ke atas rak buku yang ada di pojok kamar. Tangannya ngeraih ke atas dan ngambil slingbag warna hitam.
Dia ngebuka tas itu, isinya cuma beberapa lembar uang dan lipbalm. Namun, ada satu barang yang bikin Minhyun curiga.
"Saya dapet barang bukti."
•
•
•

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Distance
Fanfiction[Angst, Romance] "Jarak emang bisa ngelatih kesetiaan dan ketulusan, tapi jarak ngga ngejamin ketenangan dan kebahagiaan." -Jaehyun. • Completed • Trilogy of Comfortable's • BxB / Yaoi / Homo / Gay • Bahasa non-baku • Hope you enjoy it, don't forget...