94. Finally

257 16 36
                                    

"Bro, sumpah lah ya, gue gak suka diboongin. Jangan ngaco deh lo."

Jaehyun mejamin matanya waktu Mark ngejelasin ulang semua kejadian itu, "Lo dimana?"

"Di deket gedung terbengkalai di distrik ini, lo tau kan?"

"Gue kesana sekarang."

Jaehyun mutus sambungan telfonnya sama Mark. Dia nyimpen hapenya di saku dan natap temen-temennya.

"Bener, Lucas meninggal."

Yuta cuma bisa ngegelengin kepalanya ga percaya, Chihoon sama Eunwoo diem terus sejak ada incoming call dari Mark itu, Valennia ama Doyoung udah keduluan nangis.

"Kita kesana sekarang, ayo."

Di tempat kejadian itu, seperti biasa polisi bakal dateng setelah pembunuhnya pergi. Disana, lagi-lagi ada Sujin dan seorang cowo yang udah lama menghilang bak ditelan bumi.

Mark Lee, cowo itu berdiri di sebelah Sujin yang keliatannya lagi bicara serius. Yuta dkk ngedeketin mereka, disambut pake senyum sedih.

"Kakak bener-bener minta maaf karena kasus ini jadi teror untuk kalian, kasus ini banyak memakan korban," kata kak Sujin sebelum dia ngehela napas panjang.

"Kalian yang sabar, ya? Kakak turut berduka juga atas kepergian Lucas."

Semuanya cuma bisa senyum tipis, ga nyangka banget karena Lucas pergi mendadak kaya gini. Ternyata senyum lebar dan wink tadi jadi pengakhir kenangan indah Yuta dan temen-temen sama Lucas.

"Hai, Mark, apa kabar?" sapa Valennia, yang dibales senyum sama Mark.

"Gue baik-baik aja, lo sendiri gimana?" tanyanya balik.

Valennia ngangguk singkat, "Kaya yang lo liat sendiri, gue baik-baik aja."

Sujin pamit untuk nelusurin tempat kejadian itu, dan dokumen yang berisi catetan lengkap tentang kasus ini ada di tangan Chihoon.

"Dia meninggal karena kehabisan darah. Kemungkinan besar senjatanya adalah katana lagi, karena mayat Lucas hampir sama kondisinya sama Nayeon waktu itu," jelas Chihoon.

"Dan ini secret messagenya?" tanya Yuta sembari ngambil kertas yang berisi gambaran.

"Apa-apaan ini? Ini anak paud yang gambar ya?" tuduh Eunwoo kesel sambil nunjuk-nunjuk gambar itu.

Mereka kesel karena itu emang beneran kaya gambar anak paud. Dua gunung dan matahari yang ada di tengahnya, awan yang menuhin bagian atasnya, sawah yang ada di kiri gambar, serta laut yang menuhin sisa kertas. Ngga ada coretan lain, tulisan, atau apapun itu.

"Secret messagenya apaan coba?" gumam Jaehyun.

Doyoung mikir keras, dia sendiri gatau apa maksud gambar itu. Dia ngulurin tangan, seolah minta gambar itu ke Yuta.

"Apa spesialnya gunung, aneh banget," celetuk Valennia.

Mark ngangguk, "Gue ngerasa ada yang pembunuhnya sembunyiin disana."

Saat fokus Doyoung mulai terkumpul, tiba-tiba ada chat masuk yang bikin pikirannya buyar lagi. Dia ngehentakin kakinya sebel, trus ngambil hapenya di saku celana.

+82-2-xxx-xxxx
| Temui saya di rooftop gedung pertemuan yang ada di dekat apartemen kamu.
| At 9 PM.

Doyoung langsung ngeh kalo itu tempat terakhir yang Jeffrey datengin. Dia ngeratin rahang, dan masukin lagi hapenya ke saku celana.

"Gue perlu ketemu ama si peneror sialan itu, kayanya dia ada hubungannya sama kasus-kasus pembunuhan ini," ucap Doyoung seraya natap lekat gambar dua gunung itu.

Makin lama, otaknya mulai ngumpulin secret message dan mulai tersambung. Untungnya otaknya lagi berjalan, jadi dia bisa ngumpulin alasan masuk akal untuk nama yang kini bersarang di kepalanya.

Dalam sekejap mata, Doyoung berhasil nebak siapa dalang dibalik semua kejadian berdarah ini.

Jujur, Doyoung kaget sekaget-kagetnya.

"Kalian, dengerin gue."

"Chihoon dan Yuta, kalian bawa beberapa polisi ke gedung pertemuan yang ada di deket apartemen gue. Jangan sampe ketauan, dan stay di tempat yang ngga bakal diketahui."

"Jaehyun, Valennia, Mark, Eunwoo, tolong ikutin gue perlahan ke rooftop gedung itu. Bawa senjata apapun itu."

Doyoung ngehela napasnya pelan, ngangguk pasti dan senyum kecewa, "Karena gue udah tau, siapa dalang dibalik semua ini."

"Dan jika kalian terlambat, maka gue akan mati juga."



Cihuyy, abis ni epilog gaess

[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang