91. Change

166 15 41
                                    

"Jae—"

"No, don't talk."

Doyoung ngedongak keatas, nerima kecupan basah di area lehernya. Bibir tipis itu menggoda Doyoung sejak sampe di apartemen tadi.

Setelah adegan ciuman di depan kantor polisi tadi, si Jaehyun gatau kenapa tiba-tiba ngajak dia pulang ke apartemen. Tanpa bilang apa-apa ke temen-temen, Jaehyun malah ngambil kunci mobilnya di saku celana tanpa permisi.

Dan sekarang, nyatanya si cowo Jung itu ga main-main. Mereka berdua udah full naked, kini sibuk ngagumin keindahan tubuh masing-masing.

Terutama, si manis Kim Doyoung.

Lagi dan lagi, Doyoung dapet tanda dari seseorang yang beda. Orang yang sempet dia cinta, tapi nyatanya pergi tanpa adanya aba-aba.

Namun, kenapa semuanya terasa benar?

Bagi Jaehyun, nandain Doyoung itu sesuatu yang harus. Bagi Jaehyun, mencumbu Doyoung itu sesuatu yang romantis. Bagi Jaehyun, ngungkung Doyoung itu sesuatu yang menyenangkan.

Bagi Jaehyun, Doyoung adalah cinta.

"Ja-jangan! Huhh—"

Doyoung megang bahu tegap Jaehyun pas tangan kurang ajar si cowo Jung itu ngeraba paha dalamnya. Bukannya gentar, Jaehyun justru sengaja untuk nyusurin bagian itu dengan perlahan.

"Apa? Apa yang jangan, huh?" tanya Jaehyun setelah ngulum jarinya sendiri.

"AHH!"

Jari cowo itu masuk tanpa permisi, dua jari Jaehyun beralih ke bagian sensitif yang ada dibawah. Sebelah tangannya dia pake untuk nahan pinggang si manis, supaya bisa tetep tenang.

"Slow, please slow—EUNGHH!!"

Jaehyun ngehujam jarinya makin dalem, buat si manis otomatis ngelengkungin punggungnya.

"JA-JANGAN TERLALU CEPET, JAE-JAEHYUN!"

"Fuck with that, sweetie."

Jaehyun nambah satu jarinya, senyum miring pas Doyoung ngga bisa ngeluarin suara dari tenggorokannya. Semua itu tertahan, tertahan keegoisan dan kecanggungan dalam diri yang buat keadaan jadi tambah rumit.

"Moans," titah Jaehyun.

Si manis ngegeleng pelan.

"Moans," kata Jaehyun lagi sambil neken jarinya.

"F-fuck."

"MOANS!"

"JAEHYUN!"

Jari-jari Jaehyun bergerak kian cepat dan cepat, seiring dengan lenguhan Doyoung yang menuhin kamar. Napas keduanya memburu, saling bersahutan di lingkup udara itu.

Doyoung hampir sampai, dan Jaehyun dengan brengseknya malah ngeluarin jari basahnya dari anal Doyoung.

Apa-apaan banget sik?!

"Let's change the fate."

Doyoung ngerasain lagi gimana dirinya terbelah dua, lebih sakit dari sebelum-sebelumnya. Anal Doyoung bener-bener sesak dan penuh, kian terkoyak karena ulah Jaehyun.

Dan, bener aja. Saat itu juga, diatas penyatuan mereka, takdir mereka berubah. Benang merah takdir mengikat mereka berdua, bukan lagi Doyoung dan Johnny atau Jaehyun dan pasangannya kelak.

Tapi Jaehyun dan Doyoung.

Jaehyun ngebungkukin badannya, ngecup sekilas kening Doyoung seraya ngegerakin pinggulnya perlahan. Dia tau kalo Doyoungnya kesakitan.

"Kamu tau, Doie? Segala bentuk rasa cinta buat aku itu kamu."

"Cuma kamu."

Ada secerca harapan yang kian membuncah di hati Doyoung ketika Jaehyun ngucapin itu, kekecewaan dan keegoisan berganti jadi ketergantungan dan kepercayaan, lagi.

"I love you, my angel."

Malaikat. Malaikat yang sebenernya adalah Kim Doyoung, segala cinta itu adalah Kim Doyoung, setia dan tulus juga Kim Doyoung, hanya Kim Doyoung dan Kim Doyoung.

Itu yang terngiang di kepala Jaehyun.

Air mata netes dari sudut mata Doyoung, senyumnya terbit perlahan pas Jaehyun berhenti bergerak.

"Kamu tau, sejauh apapun aku melangkah dan selelah apapun aku berlari—aku akan pulang. Rumahku hancur, sehingga ngga pantes lagi disebut sebagai tempat untuk singgah."

"Do you want to be my home and my everything, Jung Jaehyun?"



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang