35. Pembahasan

125 18 33
                                    

Setelah 3 hari ada di rumah duka, Nayeon dimakamkan. Yuta dkk tetep nganterin Nayeon sampe ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sekarang mereka lagi ada di sebuah taman kota gitu, dan untungnya ada meja plus kursi untuk tempat diskusi kali ini.

"Setelah Mingyu, Nayeon. Apa kalian gak ngerasa kalo ini udah di rencanain?" tanya Yuta sambil ngelipet lengan kemeja hitamnya.

Semuanya sujelas ngangguk, "Dari awal gue dah bilang kalo ini udah di rencanain," ucap Doyoung yakin.

Minhyun yang bilang kalo dia udah dapet informasi dari kakaknya tentang kasus ini, bicara sebagai tokoh utama hari ini.

"Nayeon meninggal karena di tusuk pake benda tajam, di perkirakan yang di pake membunuh itu katana—secara garis yang terbentuk dari pinggang ke perut itu rapi dan akurat, sempurna. Dan ga mungkin kalo ngebunuhnya pake pisau biasa."

Nayeon di bunuh dengan dugaan kalo dia di tebas gitu dari bagian pinggang sampe perut yang bikin mayatnya keliatan kebelah dua.

"Ada tanda perlawanan yaitu buku tangan kirinya yang agak memar, mungkin di pake mukul pelakunya tapi ga berhasil."

"Jadi, gimana pelakunya itu masuk ke kamar Nayeon?" tanya Yuqi.

Minhyun diem sejenak, "Kemungkinan paling besar adalah dia masuk lewat jendela, tapi jejak sepatu yang mengarah ke jendela bahkan bersih."

"Yang bunuh setan kali, kan ga napak," canda Lucas.

Yuqi langsung nabok si Lucas.

"Tapi itu kemungkinan paling besar karena pintu di kunci dari dalem, gimana mo masuk kalo bukan lewat jendela," tukas si cowo Hwang.

Minhyun nulis beberapa poin yang udah dia dapet dari kasus ini, "Pembunuhnya cowo, katana, jendela, dan gue nemuin satu barang bukti yang aneh."

"Wih, keren betul si Minhyun tau kalo pembunuhnya itu cowo," celetuk Valennia.

"Katana, gue yakin aja kalo pembunuhnya cowo," jawab si Minhyun pelan.

Dari backpacknya, Minhyun ngeluarin slingbag hitam yang dia temuin di kamar Nayeon. "Gue udah coba nganalisis isinya, dan gue curiga sama kertas ini," katanya sambil naruh kertas itu ke tengah-tengah meja.

"Gue yakin kalo pembunuhnya sama."

Sontak semua noleh ke arah Chihoon, "Demi apa njir?" sela Daniel gak percaya.

"Demi apapun, gue yakin pembunuhnya satu orang. Atau, dalang di balik semua ini adalah orang yang sama dan nyuruh bawahannya untuk ngebunuh. Dan, gue pikir kalo pembunuhan ini ada hubungannya."

Minhyun dan Yuta ngangguk setuju, "Gue juga mikir gitu, gue rasa kita di suruh mecahin teka-teki dari pembunuhnya," imbuh cowo Nakamoto.

"‘Tell me if you dare’, apa-apaan? Bilang apaan kalo berani?" tanya Lucas heran sambil ngebolak-balik tu kertas.

"Kalo pembunuhnya ninggalin clue kaya gini, harusnya di Mingyu juga ada dong! Iya kan?" tanya Jihyo.

Semuanya kompak ngangguk, "Kita perlu ke kamar apartemennya Mingyu, lo bawa kuncinya kan, Woo?" tanya Kun.

Eunwoo ngangguk, "Sujelas, kuy."



[3] DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang