22 ▶️ Jarak

24 8 1
                                    

.
.
.
.
.

"Sebenarnya..."

"Tarik napas panjang, keluarin pelan-pelan lewat bawah---Tuuut..." sempat-sempatnya Wonpil bercanda

"Gak lucu Pil," baru kali ini Lia gak ngomong pake embel-embel Kakak

"Heoh? Pil?"

"Jadi males cerita kan," Lia ngambek

Wonpil menggaruk lehernya yang emang gatel gara-gara mosquito akhlakless, "Yaudah, terserah maunya gimana. Tapi lebih baik kalau ada masalah itu cerita, Kakak cuma mau hibur kamu doang. Hayolah, gua bersedia dengerin walaupun itu panjang."

"Kemarin, Mama aku nyuruh fokus tekunin belajar di perusahaan keluarga aku, sedangkan aku gak berminat sama sekali. Aku gak nyangka banget Mama sampai jual piano aku entah sama siapa, dan buku musik semuanya udah gak ada. Dan yang lebih bikin sedih, a-aku harus pindah dari sini---Dan itu cukup jauh. Jadi, kemungkinan besar kita jarang ketemu." jelas Lia

"..............."

"Kak?" panggil Lia, karena Wonpil yang malah terdiam

"Ehm? Maaf. Kalau itu kata orang tua, Kakak gak bisa ngelarang. Toh kamu juga yang bakal buat keputusan,"

"Ih Kakak mah! Seharusnya omelin gua, larang buat ikutin kata Nyokap gua." Lia malah marah-marah

"Ya gak bisa gitu Li, apa lu udah omongin baik-baik sama nyokap lu? Coba ajah deh tanya baik-baik dan bilang apa masa depan yang lu inginin. Nanti kasih tau gua, dan kalau jawabannya baik, gua bakal senang. Kalau dapet jawaban buruk, gua tetap bakal senang dan bakal support lu terus." Wonpil

"Cih, udah. Nyokap tetap maksa, yaudah lah Kak. Katanya besok siang gua harus pindah, nanti alamatnya gua kasih tau kalau udah sampai sana." ucap Lia lalu pergi

Tangan Wonpil gak bisa biarin gadis itu pergi begitu saja, dia menariknya dan membuat Lia menoleh.

"Jujur, gua juga khawatir. Karena dari pengalaman sekolah dari sd sampai sma itu gak ada temen yang awet sampai sekarang gara-gara jarak. Gua takut ajah hubungan kita jadi flat dan awkward nantinya, tapi demi kebaikan lu---Gua harus lepasin lu." ujar Wonpil

"M-maksud Kakak?" tanya Lia

"Apa harus gua nyanyiin letting go?"

"Hahaha... Ey, jangan ngaur. Kita bisa kok tetep berhubungan walaupun kepisah jarak. 24 per 7 aku bakal chat dan video call ke Kakak." ujar Lia

"Beneran? Kalo kamu sibuk terus, dan gua juga sibuk gimana? Pasti ujung-ujungnya udahan," ujar Wonpil

"Heh Kak, bukannya aku maksa ya---Tapi liat contohnya, Yoon Seri sama Kapten Ri ajah bisa tetep bersatu walaupun beda negara. Juga Simchung sama Heo Joonjae beda spesies bisa happy ending kok."

"Heh Li, bukannya gua udah gak suka sama lu ya---Tapi itu semua hanya tulisan dari penulis. Hanya imajinasi, bukan kenyataan."

"I-intinya Kakak ngajak udahan?"

"Enggak. Kata siapa?"

"Lupakan." Lia pun pulang begitu saja

***

Besok siangnya, Wonpil tidak sempat buat Lia pergi---Karena dia harus kerja part time, tapi dia meninggalkan sesuatu di depan pintu rumah gadis itu dari jam lima pagi.

Sekarang, kondisi Wonpil seperti panda. Lingkaran matanya hitam dan pipinya bengkak---Gara-gara gak bisa tidur mikirin hubungannya.

"Auhm... Ngantuknya," Wonpil meregangkan tulang-tulangnya dan menidurkan kepalanya di atas meja kasir

*

"Apaan nih?" tanya Lia, ia pun membawa paper bag itu ke dalam mobilnya dan meninggalkan rumahnya itu dengan keluarganya

Dalam perjalanan, tanpa sadar gadis itu tersenyum sambil menitikan air mata. Lia melihat rumahnya dan rumah Wonpil yang baru saja dia lewatin.

Dan kini, ia juga melewati tempat di mana biasanya dia berbelanja---Setelah melewati sebentar, gadis itu berpura-pura ada yang ingin dibeli di mini market tersebut.

"Mah, Pah, aku lupa beli sesuatu. Itu penting banget, bisa gak puter balik ke mini market tadi? Please ya..." Lia memohon

"Bisa dibeli di tempat lain," jawab Bokapnya yang nyetir

"Pah, aku mohon. Barang itu cuma ada di sana. Hayolah, toh aku juga gak bakal ke situ lagi." ujar Lia

Beruntung, kemauannya diturutin---Lia pun bergegas lari untuk bertemu Wonpil buat yang terakhir kalinya, gadis itu tersenyum melihat Wonpil yang sedang tertidur.

"Kak, ada pelanggan nih." ucap Lia pelan sambil mengusap rambut cowok itu pelan, tapi si oknum masih nyenyak tidur.

"Makasih hadiah perpisahannya hehe, aku pergi ya." ucap Lia sambil menaruh hadiah juga di meja

"Li," panggil Wonpil

"Huh?"

"Gak ada acara peluk-pelukan apa?"

Kak Upil • Kim Wonpil X LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang