45 ▶️ Meledak

19 3 1
                                    

.
.
.
.
.

"Ada apa?"

"Lihat!"

Wanita itu bingung menatap semua berkas yang diberikan Wonpil. Kelihatannya sangat lama dan berdebu---Satu per satu Lia baca dengan saksama.

Wonpil memandang Lia yang sedang fokus dengan berkas-berkas itu, sesekali dia membuka kancing kemeja atasnya karena cuaca sangat panas.

Setelah membaca semuanya, Lia tersenyum hambar tanpa suara. "Surat gila macam apa ini? This is fake?"

"Gak percaya kan? Sama gua juga. Mereka hebat banget sampai-sampai nurun ke kita hahahah..." Wonpil tertawa

"Jadi itu artinya piano, lu, bokap lu, dan bokap gua? Cih... Hahahah..." dari tertawa, emosi Lia berubah drastis mejadi menangis

"Berhenti nangis, gak akan ada gunanya." ucap Wonpil

Di berkas pertama, ada kasus pembulian sekolah. Di atas namakan Ayahnya Lia sebagai pelaku, dan Ayahnya Wonpil sebagai korban.

Dahulu kala, mereka sama-sama memiliki kemampuan bermain piano yang sangat hebat. Dan sempat membuat band bareng juga.

Karena hal sepele, mereka bertengkar dan menjadi saingan. Saat itu, Ayahnya Lia yang kasar merisak Ayahnya Wonpil.

Di berkas kedua, tercantum tanda tangan pertama atas nama perusahaan STG. Mereka dipertemukan kembali dalam satu job yang sama di perusahaan. Awalnya yang membangun perusahaan itu adalah Ayahnya Wonpil, kemudian dialihkan ke Ayahnya Lia.

Saat itu juga Ayah Wonpil masih bisa bersabar. Dan merelakan hasil kerja kerasnya, karena apa? Karena dia tidak mau terjadi perselisihan lagi.

Di berkas ketiga, hasil asli rongent penyakit---Di mana Ayahnya Wonpil meninggal bukanlah karena penyakitnya. Melainkan diracunkan oleh suruhan Ayahnya Lia.

Padahal saat itu, Ayahnya Wonpil sudah mengalah. Dan mengikhlaskan segalanya.

Saat semuanya terungkap oleh anaknya sendiri, Lia terjatuh pingsan dengan air matanya yang masih menetes. Wonpil panik dan segera membawa gadis itu ke klinik terdekat.

Hampir lima jam, wanita itu tidak sadarkan diri. Saat sadar, ia malu dan tidak sanggup melihat wajahnya Wonpil---Pria itu masih setia menunggu Lia sampai pulih.

"Apa yang anda tunggu? Ayok bunuh saya saja! BUNUH! Hiks... Huhu... Ayah kenapa? Kenapa bisa melakukan itu semua? Kenapa harus ke orang ini, orang yang sangat Lia cintai! Kenapa Ayah tidak melakukan ke yang lain saja? Apa dosa pria ini? Itu sebabnya Ayah ngelarang main piano? Itu sebabnya Ayah gak suka Lia sama orang ini?" Lia tidak berhenti teriak-teriak

Sedangkan Wonpil juga tidak bisa berkata apa-apa lagi, pria itu hanya bisa menangis dan menangis.

"Ambil alih perusahaan saya, ambil saja! Saya rela. Dan enyahlah dari wajah saya!" Lia bangkit dari ranjang dan mengemudi dengan kecepatan penuh

Wonpil tidak bisa mengejarnya, karena dia bingung harus melakukan apa. Dan Wonpil baru sadar, kalau Lia pernah mencoba untuk bunuh diri---Alhasil dia mengejar Lia dengan mobil pribadinya.

"Gua pikir kisah cinta gua bakal seterusnya komedi, nyatanya sedikit tragis haha..." Wonpil juga sudah kehilangan akal, dia mengemudi dengan kecepatan full

Perjalanan melelahkan itu berhenti di tepi jurang. Benar saja, Lia itu orang yang gampang melukai dirinya---Dia sedang berdiri di tepi dengan tatapan nanar.

"Anak bodoh! Jangan ngelakuin hal gila itu lagi!" teriak Wonpil

"Jangan mendekat! Pergi! Kenapa lo masih ngikutin gua hah?! Jangan peduliin gua. Gua pantas mati!"

"Justru kalau lu ngelakuin itu, gua gak akan maafin lu." Wonpil memberi peringatan

"Gua gak peduli, gua gak pantes dapet maaf dari lu."

Lia benar-benar gila, kakinya tidak nepak sebelah. Dan tubuhnya berdiri tidak seimbang.

"LO UDAH JANJI SAMA GUA! LO GAK AKAN NGELUKAIN DIRI LO LAGI!" teriak Wonpil sangat keras, sampai urat-uratnya keluar, baru kali ini Lia melihat Wonpil berteriak sekeras itu dan membuatnya sedikit ketakutan

"Turun, GUA MOHON SAMA LO. TURUN!" lagi, Wonpil berteriak

Akhirnya Lia nurut dan melangkah ke tempat yang aman. Ia terhuyung lemas dan masih tidak tau harus berbuat apa. Wonpil berlari ke arah Lia, dan memeluk gadis itu erat.

Sekejam apapun masalah, dia gak bisa membohongi perasaannya. Gadis yang dipeluk tidak berhenti nangis, kondisinya benar-benar melemah secara drastis.

"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf,"

"Berhenti minta maaf, atau gua yang jatuhin lo ke jurang?" ancam Wonpil

"Huhuhu... Hiks... Kenapa Kakak bisa berteriak sekasar itu? Aku gak pernah lihat Kakak yang menye-menye bisa semanly itu hiks..."

"Hah? Menye-menye? Emang pantes mati deh lo." sahut Wonpil kesal

"Aku gak suka Kakak kayak gitu, itu ngebuat aku takut, t-tapi anehnya muka Kakak tetep ganteng pas marah-marah."

CIH, JINJJA.

Kak Upil • Kim Wonpil X LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang