34 ▶️ Jalan Keluar

17 5 4
                                    

.
.
.
.
.

Perjalanan yang memang sudah sangat melelahkan, tambah melelahkan akibat ular sanca yang besar. Empat korban pesawat yang masih ingin hidup itu harus keluar dari hutan sebelum langit gelap.

Sudah ribuan meter, tidak. Ratusan meter mereka jalan kaki---Namun, yang didapatkan daerah yang sama.

"Kok pohon ini lagi?" tanya Wonpil pas ngelihat pohon yang mereka tandai silang sebelumnya

"Sampe kapan kita muter-muter oy?" Jamie mulai kehabisan stok kesabaran

"Mana fisik gua lemah banget, hiks..." Lia

"Kamu masih kuat kan? Mau digendong?" Wonpil

"Cih," Eric dan Jamie kompak jealous

"Kita istirahat dulu deh," ucap Lia

"Mana bisa, ini udah mau sore. Harus keluar dari sini, kita juga gak bisa balik lagi ke gubuk tadi. Karena udah jauh banget." ucap Eric

"Ric, ayolah. Lima menit doang, abis itu kita jalan lagi." ucap Wonpil, dan akhirnya Eric setuju

Mereka menyelonjorkan kaki dan minum agar energi mereka full lagi. Walaupun hanya sebentar, istirahat itu sangat penting.

"Udah lima menit, ayok lanjut!" Eric

"Baru juga naro pantat," Jamie kesal

Mau gak mau akhirnya mereka jalan kembali, entah ke arah yang mana. Sudah empat kali muter di tempat yang sama. Kalau bisa milih, mending tersesat di ruang kaca daripada di hutan.

Tepat, 15 menit lagi maghrib, tapi di sana tentu gak bakal kedengeran adzan. Lia berteriak kencang. "AAA!!! LIAT ITU!"

Semua kompak megang senjata, dikiranya ada hewan buas. Padahal Lia menunjuk ada jalan aspal di ujung yang tidak jauh dari mereka.

"Waaa... Cindy, Ayah pulang!"

"Heoh,"

Setelah di jalan aspal, mereka kompak termenung. Karena tidak tahu arah jalan sama sekali. Hari sudah gelap. Dan tidak ada nama jalanan sama sekali.

"Kayunya bakar, jadiin api unggun. Gelap banget," ucap Lia

"Mata lo gelap, orang ada lampu juga." jawab Eric

"Sayang-sayang juga Li, kita kan gak tau kehidupan kita ke depannya." Wonpil

"Satu batang doang deh, buat nyari petunjuk juga." Lia

Akhirnya Eric yang masang api ke satu batang kayu, dia dapat pemantik dari rumah gubug sebelumnya.

"Sini biar gua yang pegang," Jamie mengambil alih dan tanpa sengaja ia menyorot ke mana saja dan menemukan tulisan aneh. "Ini tulisan apa?"

Yang lain kompak nengok, gak ada satu pun dari mereka yang tau tulisan itu---Tapi kayaknya pernah lihat sebelumnya.

"Ini tulisannya keriwil kek rambut gua pas umur 19 tahun," kata Wonpil sambil garuk tengkuknya

"Mirip-mirip tulisan India deh, tapi mirip aksara sunda juga." kata Lia sambil memegang dagunya

"Arab kali ya, kita di Dubai?" Eric ngadi-ngadi

"Ck, kalian tuh tulul sekali. Ini tulisan Thailand. Hadeuh,"

"Hah? Ya kali kita ada di Thai," ucap Wonpil

"Kita pergi kan lewatin rute Thailand, yang jelas ini emang tulisan Thailand, tapi gua gak tau artinya. Ehm... Lo pasti tau Li!" Jamie ngorok-ngorok tubuh Lia sampai oknumnya pusing

"Aduh, tulisannya ajah gua gak tau. Gimana mau artiin," Lia

"Ck. Iya juga sih, hish..."

"Terus gimana dong? Orang Thailand bisa kentut gak?" Eric ngablu

"Kentut?" yang lain kompak kaget

"Aish keceplosan, maksud gua bisa Bahasa Inggris lah gitu seenggaknya." Eric

"Sial, bau!" Wonpil langsung menjauh dari Eric, yang lain juga auto pergi

"Hehe... Maaf!"

Tiba-tiba ada cahaya yang membuat mata mereka sakit, karena saking silaunya cahaya orange itu.

"Ada orang! Ayok lambaikan tangan kawan!" teriak Wonpil yang udah diri di tengah jalan, belum ajah ketabrak dan tinggal nunggu backsound ku menangis

Berhasil, pengemudi mobil itu berhenti. Namun orang itu tampak sangat menyeramkan. Ditambah membawa pistol yang panjang di belakangnya.

"คุณใคร?"

"Mampus, ngomong apa dia? Keknya gua butuh BamBam sama Lisa," Wonpil

"I need google translate," Eric

"Gosh!" Jamie

"Dah lah." Lia

"We... Are... Need... Help..." Wonpil susah payah nutur kata-kata itu

"Sorry Sir, can you speak english?" Jamie

"ขอโทษคุณกำลังพูดถึงอะไร?"

Lagi, mereka nepuk jidat dan bingung harus berbuat apa. Alhasil Lia ngeluarin jurus baru, dia menggunakan bahasa tubuh alias isyarat.

Menunjuk mereka semua = kami
Membuat kode memohon = butuh pertolongan
Menunjuk orang asing itu = anda

"คุณต้องหลงทาง..." orang asing itu terlihat seperti paham dan menunjuk ke mobilnya agar mereka naik

"Daebak! Bisa juga kan lu Li ahahah..." Jamie gembira

Mereka diantarkan ke rumah, dan itu terlihat masih kuno, karena ibarat di Indonesia itu pedalaman---Lebih beruntungnya, ada satu orang yang mengerti Bahasa Inggris, jadi mereka bisa berkomunikasi lebih mudah.

"Where do you guys from?" tanya seorang gadis yang muda

"We're from Indonesia," Eric

"In destination to Argentina, the plane turbulance and fell down to the sea. I thought just we are its okay, and now, we guys really need help for comeback to Indonesia." Lia

"Oh my god, I knew! It's ZU airplane, you guys are blessed---But, in here so hard transportation and internet access, do you guys want to wait until tomorrow?"

'Yang gua denger cuma 'Until tomorrow' yang pernah ngetrend huhu, pokoknya pulang dari sini gua harus belajar Bahasa Inggris sama Lia kalo gak Jae hiks...' batin Wonpil

"It's okay, thank you very much." Jamie

"Ehm, you guys can rest in here for this night. Have y'all eaten?"

Semua kompak geleng, kecuali Wonpil.

"Have you eaten boy? Only you don't answer me." gadis itu berbicara ke arah Wonpil

Lia menyenggol bahu Wonpil pelan, dan cowok itu kebingungan harus jawab apa.

"Ah? Sorry, apa si Li katanya?"

"Sorry, this boy can't speak english well... And we are haven't eaten yet hehe..." Lia

"Ah penyelamat," Wonpil lega

"Ah sorry boy, y'all can eat in here. don't be afraid of me and also my father, because we're human too."

'Terserah lo ngomong apa 😭' Wonpil

Kak Upil • Kim Wonpil X LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang