.
.
.
.
.Akhirnya masa kuliah selesai, Wonpil dengan susah payah mendapat gelar S.Sos (Sarjana Sosial) dari universitasnya. Hari sulit yang dia lewatin bersamaan dengan perjuangan sampai ke titik sekarang.
Cita-cita Wonpil bukan main-main lagi sekarang, bahkan gelar 'Pabo' sudah musnah di dalam dirinya. Karena dia belajar giat dan mendapat nilai yang terbaik dalam akademi.
Gak hanya dalam akademi, Wonpil juga mempunyai behavior yang sangat berubah drastis. Ia menyesali kepaboannya selama ini, terutama membuang-buang waktu di masa muda.
Padahal, secara keseluruhan masa umur 20an Wonpil itu penuh dengan kerja kerasnya, namun dia tidak menyadarinya. Kayak mengaransement musik, aktif sebagai anak band ditambah kerja part time.
Dari hal kecil, dia mulai melangkah ke hal yang besar. Di umurnya yang sudah cukup dewasa, membuatnya harus mempunyai tujuan hidup.
Sekarang, setiap manusia itu mengerikan. Karena mereka akan bersaing menjadi yang terbaik dalam bidang apapun. Mental, fisik, maupun hati harus kuat untuk menghadapi apa yang akan terjadi ke depannya.
Lulus kuliah dengan gelar, tidak memungkinkan juga untuk Wonpil langsung berkecimplung jadi Menteri. Tidak semudah itu. Ditambah usianya yang masih muda dari pejabat lainnya.
Di samping itu, Wonpil bekerja sebagai PNS---Awalnya dia memang junior yang dipandang sebelah mata, namun karena behavior dan kerja kerasnya kini, dia dianggap sebagai orang yang kinerjanya bagus juga.
Lama-kelamaan dia menaiki jabatan dan sering mendapatkan job di luar kerjaan. Wonpil sangat senang bersosialisasi dengan masyarakat. Tujuannya, dia ingin mengatur, menerima, dan mendengarkan apa kata masyarakat.
Bekerja di bagian politik memang sangat sulit, banyak yang bilang orang-orang politik itu semuanya sama saja. Akan janji berbuat kebaikan sekarang, nyatanya jika sudah dipilih akan melupakan segala janjinya.
Dan Wonpil berusaha agar masyarakat mematahkan pandangan yang seperti itu, ya walaupun sangat sulit.
Sesekali, dia melihat fotonya bersama mantannya. Ntar dulu, mantan yang mana? Dua-duanya. Tanpa sadar dia tersenyum.
"Sihyeon baik, feminin, dewasa. Alasan putus... Karena pemikirannya yang dewasa, dia ngertiin perasaan gua dan sama ajah dia nyerahin gua ke Lia."
"Lia juga baik, lucu, childhish. Alasan putus... Karena perbedaan kasta hahahah..."
"Sedangkan Wonpil pabo, pabo, pabo. Aduh, gak habis pikir gua bisa-bisanya macarin orang secantik mereka."
"Anda juga ganteng, Pak." ucap salah satu bawahannya Wonpil
"Ah? Itu saya juga tau hahahah..." jawab Wonpil
"Mau saya buatin kopi?" tanya perempuan itu
"Boleh," sahut Wonpil sambil tersenyum
Merasa kangen, Wonpil menelpon kembarannya. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
"Kenapa Bang?"
"Lagi ngapain?"
"Gak jelas, gua matiin!"
"Jangan lupa makan teratur, mandi dua kali sehari, cari cewek yang baik."
"Idih, gaya lu sekarang bikin ngeri Bang. Please balik ke Bang Upil yang dulu!"
"Gua yang dulu kayak gimana? Gua lupa,"
"Aish, kerja sonoh terus. Tega banget gak pernah dateng ke sini."
"Okay, bye."
***
"Usia saya memang sangat muda untuk mengambil alih perusahaan ini, sementara Ayah saya sakit dan mulai menua. Jika ada yang ingin meremehkan saya, lihat tes TOEFL, TOEIC, IELTS, dan tes IQ saya di web resmi. Kalian akan memahaminya. Juga, saya harap kalian bekerja dengan tekun. Terima kasih," ucap Lia sebagai pemimpin rapat
Semuanya tidak bisa berkata apa-apa, bagaimana bisa ada CEO muda dengan umur 29 tahun? Perempuan pula.
"Kayaknya perusahaan ini akan bangkrut,"
"Lihat saja, kita akan kehilangan pekerjaan kita."
Pegawai di sana benar-benar meremehkan Lia, akhirnya mereka menerima saran untuk membuka halaman web resmi perusahaan, dan semuanya membuat mereka tercengang.
Walaupun Lia SMA dan kuliah di Indonesia, tetapi masa Tadika, SD, SMP nya berbeda negara semua---Dari California, Venezuela, Singapura. Dan ia selalu menempati juara pertama, paling kecil juara lima dari seangkatan kelas. Ditambah bakat dalam bermusiknya.
"Piano? Bukannya Ayahnya---"
"Hey, masih pagi. Jangan gosip terus!" ucap salah satu karyawan yang lain
"Lihat saja, gua bakal ubah semua strategi kuno ini menjadi modern." ucap Lia sambil menyilangkan kedua tangannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Upil • Kim Wonpil X Lia
Fanfic[COMPLETED] ▪︎15▪︎ Kak Upil, orang yang biasa ajah. Bahkan lebih baik dia tidak pernah ada---Itu sih keinginan teman-temannya. "Sebenernya gua udah lama suka sama lu. Sekarang gua harus jujur, lu mau gak jadi penyupport hidup gua?" Wonpil "Maksud Ka...