Episode 25

14.7K 679 3
                                    

{Kediaman Izla}

Izla yang dulu hanya duduk saja kini harus menggantikan posisi Bik Irah.
Izla harus membereskan  kamar Irfan kemudian lanjut membereskan ruang tamu dan banyak ruang yang harus di bereskan oleh Izla karena rumah Irfan yang begitu mewah dan besar hingga Izla kelelahan membereskan semuanya.
"Untung saja ibu selalu mengajarkan saya, ibu...ayah...adik..saya rindu." gumam Izla dalam hatinya ia meneteskan air matanya.

Jam berlalu begitu cepat kini menunjukkan angka 11, ia harus bergegas untuk masak di dapur agar tidak terlambat datang ke kantor Irfan.

Setelah selesai memasak kini jarum jam berlalu begitu cepat, Izla mendegar suara azan zhuhur sudah berkumandang kemudian  Izla langsung mandi dan shalat zhuhur.

{Selesai shalat zhuhur}
Izla langsung mengenakan cadarnya dan menuju ke depan untuk melihat angkot yang berada tak jauh dari kediaman rumah Izla walaupun ia istri seorang CEO tapi bukan berarti naik angkot adalah hal yang sulit di lakukannya.

Setelah beberapa jam ia naik angkot,  Izla pun turun dari angkot tepat di depannya ada sebuah perusahaan, itu adalah perusahaan Irfan yang begitu besar dan mewah.

"Selamat siang nyonya." sapa penjaga kepada Izla.
"Assalamualaikum pak." ucap Izla kepada penjaga.
"Wa'alaikumsalam nyonya, maaf saya sudah biasa begitu jika berada di kota ini." ucap penjaga dengan sopan.
"Iya tidak apa-apa pak." ucap Izla tersenyum di balik cadarnya.
"Saya mau cari tuan muda. Apa tuan muda ada di tempatnya." tanya Izla.
"Ada nyonya, mari saya antar." ucap penjaga mempersilahakan masuk.

Sepanjang menuju ke ruang Irfan, Izla banyak di sapa oleh karyawan yang ada di kantor Irfan mereka sangat ramah dan sopan kepada Izla.

"Maaf nyonya, Tuan muda sedang ada rapat, jadi nyonya duduk di ruang tunggu dulu ya." ucap sekertaris Irfan kepada Izla.
"Istriku." ucap Irfan sedikit berteriak.
Izla menoleh panggilan tersebut.
"Kalian boleh pergi." ucap Irfan menghampiri Izla.
"Tuan muda, saya bawa makan siang untuk tuan." ucap Izla lembut.
"Aku tidak mau, karena tujuan aku  menyuruh kau datang kemari bukan untuk itu." ucap Irfan dengan nada tinggi.
"Jadi." sahut Izla.
"Setelah meeting kamu datang ke ruang meeting, ingat jangan sampai kau menutup pintu ruang itu." ucap Irfan mengingatkan.

°°°°°°°°°
Irfan kemudian menarik tangan Izla menuju ke ruang kerjanya
"Kau duduk di sini dulu, nanti setelah selesai akan aku kabari." ucap Irfan dengan wajah datar.
Irfan langsung keluar meninggalkan Izla sendiri di ruang kerjanya.

Izla melihat ruangan Irfan yang begitu mewah dan ruangnya sangat luas kemudian ia menuju ke meja  kerjanya Irfan.
Izla tak sengaja menemukan foto keluarga dekat dengan meja kerja Irfan.
"Ini siapa, apa ini tuan muda dan ini adalah ibu dan ayahnya." gumam Izla yang melihat foto anak kecil yang matanya mirip sekali dengan Irfan.

"Nyonya." panggil sekertaris Irfan membuat Izla kaget dan langsung menyimpan foto tersebut ke dalam tasnya.
"I..yaa.." ucap Izla kaget.
"Tuan muda memanggil nyonya." ucap sekertaris irfan.
"Baik, saya segera ke sana." ucap Izla lembut.

{Di ruang meeting}
Izla menuju ke ruang meeting dengan wajah bingung dan melamun,  tanpa ia sadari ia menutup pintu ruang meeting.
"Hey kau, kenapa kau tutup pintu nya?" ucap Irfan kasar.
"Maaf tuan muda... Saya...lupa.." ucap Izla terbata-bata.
"Kau ini...sialan." ucap Irfan membentak.
"Maafkan saya tuan muda." ucap Izla ketakutan.
Kemudian Irfan menggenggam kedua lenggan Izla dengan sangat kuat dan menarik tubuh Izla ke dinding.
"Apa kau pikir dengan maaf mu ini pintu ini bisa di buka, sekarang gimana semua karyawan sudah pada pulang karena hari ini adalah hari jumat." ucap Irfan kasar dan membentak.

Izla merasa kesakitan akibat genggaman Irfan di kedua lengannya.
"Ahhrrg" ringgis Izla kesakitan.
Irfan tidak mempublis ringgis Izla
"Kau hanya bisa membuat masalah saja, bukan kah aku sudah mengingatkan mu tadi." ucap Irfan kasar.
Genggaman Irfan sangat kuat di kedua lengan Izla membuat Izla angkat bicara.
"Sakit lengan saya... tuan muda, akibat genggaman tuan." ucap Izla lemah karena menahan rasa sakit akibat genggaman tangan Irfan pada kedua lengan Izla.

°°°°°°°°

°°°°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WANITA CADAR PILIHAN CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang