Kisah ini menceritakan seorang gadis desa yang mondok di pasantren, dengan berkat ilmunya ia paham akan ilmu agama dan mengenakan cadarnya, dia di sebut kembang desa di desanya walaupun ia mengenakan cadar tapi matanya yang coklat dan kulitnya yang...
Izla merasa kesakitan akibat genggaman Irfan di kedua lengannya. "Ahhrrg" ringgis Izla kesakitan. Irfan tidak mempublis ringgis Izla "Kau hanya bisa membuat masalah saja, bukan kah aku sudah mengingatkan mu tadi." ucap Irfan kasar. Genggaman Irfan sangat kuat di kedua lengan Izla membuat Izla angkat bicara. "Sakit lengan saya... tuan muda, akibat genggaman tuan." ucap Izla lemah karena menahan rasa sakit akibat genggaman tangan Irfan pada kedua lengan Izla. Dengan segera Irfan melepaskan genggamannya. "Apa ada orang di luar tolong buka pintunya." ucap Izla dengan kencang berteriak. "Percuma saja kau berteriak tidak ada yang akan mendengarkan mu." ucap Irfan. "Lalu bagaimana sekarang." tanya Izla. "Handphone, iya kita bisa hubungi orang untuk menolong kita." ujar Izla memberikan ide. "Tidak ada sinyal di sini." ketus Irfan singkat. "Memangnya karyawan tidak ada di luar." tanya Izla. "Aku menyuruh mereka pulang cepat hari ini karena pun hari ini hari jumat." ucap Irfan dengan wajah datar. "Lalu...bagaimana." tanya Izla serius. "Lalu hanya kita berdua di sini." ketus Irfan. "Sini duduk di sini." ujar Irfan menunjukkan kursi. Tanpa membantah Izla langsung duduk tepat di samping Irfan. "Kerjakan semua tugas ini, catat semua berkas-berkas nya." ucap Irfan. "Tidak mau... Saya tidak berpengalaman dalam bidang ini." ketus Izla. "Berani nya kau membantah aku." ucap Irfan kasar membentak. Izla yang ketakutan tanpa ada perkataan sepetah pun langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Irfan.
"Aku mau ke toilet." ucap Irfan. "Memangnya ada toilet Disini." tanya Izla polos. "Pertanyaan konyol apa itu yang kau tanyakan hah... Ini kan kantor mewah dan besar pasti adalah kamar mandi." ujar Irfan. "Tapi kenapa pintunya rusak katanya besar dan mewah." ketus Izla. "Iyaa.... Pintunya itu tadi pagi rusak, udah di hubungi segera datang tapi belum ada kabar sampai sekarang." ujar jelas Irfan. Irfan langsung menuju ke toilet.
{Beberapa jam kemudian} "Sekarang sudah jam 02:30 kerjaan masih banyak, ini harus selesai sebelum azan asar." gumam Izla. Izla yang merasa lelah ketiduran di atas meja dengan berkas-berkas nya.
"Apa semua udah kau kerjakan." ujar Irfan. Melihat Izla yang ketiduran ia merasa dirinya sudah terlalu banyak membuat istrinya lelah karena pekerjaan dirumah yang ia kerjakan sendiri dan sekarang ia harus dipaksa untuk mengerjakan berkas-berkas yang Irfan suru. Irfan juga cemas kalau ia kerjakan sendiri nanti juga akan membuat istrinya sakit.
Kemudian irfan melanjutkan berkas-berkas yang belum selesai ia menyelesaikan semuanya.
{Azan asar} Azan asar di handphone Izla membangunkan Izla dari tidurnya. "Astagfirullah, udah azan saya belum selesai kan kerjaan." ucap Izla kaget yang mendengar azan asar. Melihat Irfan yang tertidur di sampingnya ia lantas membangunkan Irfan untuk shalat asar bersama. "Tuan muda." ucap Izla membangunkan. Irfan membuka matanya dan melihat Izla di depannya membuat Irfan tersenyum. Kemudian Irfan menarik tubuh Izla ke pengkuannya, Izla terduduk diatas kursi dimana Irfan juga mendudukinya. "Sudah aku katakan jangan bangunkan aku dengan suara yang sangat lembut." gumam Irfan berbisik mendekati telinga Izla. "Saya...akan kekamar mandi untuk berwudhu." ucap Izla terbata-bata dengan perasaan yang tak karuan dan deg-degan. "Tapi dengan apa kau akan shalat karena di ruang ini tidak ada mukena."tanya Irfan. "Saya punya." ucap Izla lembut. "Apa?," ucap Irfan terkejut. Izla langsung berdiri dan menuju ke kamar mandi untuk berwudhu.
{Shalat asar berjamaah}
Setelah selesai Irfan dan Izla kembali mengerjakan berkas-berkas yang belum selesai.
Jam berlalu begitu cepat sekarang sudah masuk waktunya untuk shalat magrib Izla bergegas menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. "Ayo kita shalat dulu tuan muda." ucap Izla lembut. "Kau duluan saja." ucap Irfan. Tak selang waktu lama Irfan menyusul Izla dari belakang. "Astagfirullah" ucap Izla yang terjatuh. Irfan yang melihat Izla terjatuh langsung menolong Izla dengar sengap ia membopong tubuh Izla yang akan terjatuh. Irfan kembali menatap mata Izla yang coklat yang tertutup dengan cadar. Izla kembali tersadar setelah sesaat ia menatap Irfan karena ia memiliki air wudhu.
Ada banyak pendapat mengenai ini ada yang mengatakan jika bersentuh kulit dengan suami maka tidak apa-apa ada juga yang mengatakan berwudhu kembali.
Izla berwudhu kembali menurutnya tidak salah jika ia berwudhu kembali akan lebih baik juga.
{Shalat magrib berjamaah}
~setelah selesai "Sebenarnya aku belum siap menjadi imam." ucap Irfan. Izla tersenyum mendengar perkataan Irfan. "Kenapa kau tertawa apa kau mengejek ku." ketus Irfan dengan wajah datar. "Tidak begitu tuan muda, saya paham kok tuan muda kenapa tuan muda belum siap menjadi imam, apa pun itu alasannya bagi saya tuan muda adalah imam saya jika ada kesalahan maka kita perbaiki bersama." ucap Izla menjelaskan dengan lembut. Kemudian Izla mengenakan cadarnya tapi Irfan menarik tangan Izla dan mengambil cadar Izla. "Aku ingin selalu melihat senyuman di wajahmu." gumam Irfan. "Lagian di sini hanya kita berdua kan jadi kenapa kau lama cadarnya." ketus Irfan. Izla hanya mengiyakan apa yang di katakan Irfan.
"Tuan muda, sampai kapan kita akan di sini terus." tanya Izla. "Mungkin besok." ujar Irfan singkat. "Jadi kita akan semalaman di sini." tanya Izla. "Iya." ujar Irfan singkat. Kita tunggu azan insya ya tuan muda." ucap Izla lembut. "Iya." ucap Irfan singkat. "Dari tadi iya mulu." ketus Izla bete." "Iya sayang." ucap Irfan. Ucapan Irfan membuat Izla malu pipinya merah bagai kepiting direbus, Irfan yang ia kenal blak-blakan kadang dingin kadang cuek bisa mengucapkan panggilan romantis. "Apa-apan coba." ketus Izla. "Itu kan yang kau inginkan." ucap Irfan. "Eh sudah azan insya." ucap Izla.
{Shalat berjamaah}
~setelah selesai shalat
Izla kembali mengenakan cadarnya kemudian di tarik oleh Irfan. "Jangan gunakan cadar mu." ucap Irfan mengambil cadar Izla. Izla hanya mengiyakan apa yang dikatakan Irfan.
Tak selang lama kemudian petir menyambar suaranya yang keras membuat Izla ketakutan dan memeluk Irfan yang berada di dekatnya.
Irfan kaget karena Izla memeluknya dengan sangat erat.
"Apa kau takut petir." ucap Irfan yang kemudian memeluk Izla pula. "Sudah, apa kau akan begini terus, akan memeluk tubuhku sepanjang malam ini." goda Irfan. Izla yang mendengar perkataan Irfan merasa malu dan melepaskan pelukannya.
°°°°°°°°°°
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.