Rabu, 22 Juli 2020
16.58
VOTE DULU BARU BACA!
Maaf typo....
Happy reading....
Note: Bold = Percakapan dalam telpon (media massa)
_________________________________________
DI BAWAH langit biru yang perlahan memudar, tergantikan oleh si jingga. Tatapan mata Yuda kosong, hanya melihat lurus kedepan. Semilir senja menerpa wajah Yuda, memberikan ketenangan untuk sesaat.
Yuda dapat merasakan pergerakan. Seseorang duduk tepat disampingnya.
"Jangan dulu pulang, ya, Bang," ujar Yuda membuka suara.
Orang yang duduk di sebelah Yuda adalah Rizal. Pria itu menolah, namun tak menjawab.
Rizal datang ke taman karena diminta oleh Yuda, pria manis itu meminta Rizal untuk menjemputnya. Sebenarnya Yuda tetap ingin berada di apotik untuk menunggu Rizal seperti yang disarankan oleh Udin, namun pikirannya tiba-tiba saja teringat akan taman. Begitulah Yuda, disaat dirinya merasa sedih pria manis itu senantiasa menengkan hati dan pikirannya ditaman. Yuda merasa taman adalah tempat terbaik bagi dirinya dikala merenung.
Rizal tidak bisa seperti Yuda, tetap fokus pada satu pandangan. Matanya tidak bisa diam. Rizal menoleh, menatap wajah adiknya dari samping. Raut wajah penuh kesedihan sangat kentara pada wajah Yuda.
Rizal paham dengan situasi saat ini. Yuda, adiknya membutuhkan ketenangan. Membutuhkan orang lain sebagai tempat berbagi kesedihannnya. Biasanya Selly yang akan dipanggil Yuda dikala merasa sedih, namun kali ini Rizal yang dipanggilnya. Yuda memanggil Rizal merasa kalau Kakanya akan mengerti tentang apa yang dirasakanya serta Rizal tahu apa yang harus diberikannya untuk Yuda.
Yuda menyandarkan kepalanya pada bahu Rizal. Indra penciuman Yuda dapat menghirup aroma tubuh Rizal yang tak kalah menengkan dari aroma tubuh kekasihnya, Nathan.
"Bang," panggil Yuda. Suaranya terdengar lelah.
Rizal merengkuh tubuh Yuda, memberikan rasa nyaman untuk adiknya yang manja.
"Makasih," ucap Yuda, tulus.
Hening kembali melanda. Baik Yuda ataupun Rizal tak berniat membuka suara kembali. Yuda dan Rizal fokus dengan isi pikiran masing-masing.
Tangan Rizal yang besar mengusap lengan atas Yuda penuh dengan kasih sayang. Rizal ingin memberikan kenyamanan. Meski begitu, hal tersebut tak mampu membuat pikiran Rizal berhenti berkecamuk. Rizal ingin bertanya, namun pria itu tetap bungkam. Rizal paham akan situasi dan kondisi saat ini.
"Jadi gay ternyata gak seindah kayak yang aku bayangin, ya." Yuda membuka suara, memulai percakapan.
"Maksudnya?" pancing Rizal.
"Aku pikir dengan jadi gay, berpacaran sama cowok lagi lika-likunya gak akan seribet kayak pacaran orang normal pada umumnya. Tapi ternyata... semuanya sama aja," terang Yuda.
"Hubungan gak ada yang ribet. Semuanya tergantung pola pikir kita. Kalau kamu mikirnya ribet, ya kerasanya pun pasti gitu," papar Rizal memberikan penjelasan sekaligus menghibur Yuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐱𝐲 𝐁𝐨𝐲 𝟐 | 𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐒𝐞𝐱𝐲 𝐁𝐨𝐲 [𝐒𝐄𝐋𝐄𝐒𝐀𝐈]
Romance𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐂𝐎𝐏𝐘 𝐌𝐘 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘! 𝐍𝐎𝐓𝐄𝐒: 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐈𝐍𝐈. 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐈𝐊𝐍𝐘𝐀 𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐒𝐄𝐗𝐘 𝐁𝐎𝐘 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐏𝐄𝐑𝐓𝐀𝐌𝐀 𝐓𝐄𝐑𝐋𝐄𝐁𝐈𝐇 𝐃𝐀𝐇𝐔𝐋𝐔 𝐀𝐆𝐀𝐑 𝐊𝐀𝐋𝐈𝐀𝐍 𝐏𝐀𝐇𝐀𝐌. Te...