"Maafkan aku." Taehyung tertawa. "Ayo jawab Sakura."
"Ya aku mau." Jawab Sakura sambil tersenyum.
"Katakan lagi. Aku tidak jelas mendengarnya."
"Aku mau menjadi kekasihmu."
"Kau tidak bohongkan. Kau tidak sedang mengerjaiku karena aku suka sekali mengusilimu." Wajah Taehyung perpaduan panik dan gembira.
"Apakah aku terlihat sedang berbohong?" Sakura memasang wajah serius.
Taehyung menggeleng.
"Tapi Taehyung." Sakura menghentikan ucapannya.
"Tapi apa?"
"Bagaimana dengan Jungkook. Aku takut dia akan marah denganku."
"Urusan pria itu biar aku yang menanganinya."
"Tapi Taehyung."
"Tidak ada tapi-tapian. Aku tidak ingin kau memikirkan dia lagi."
"Baiklah." Sakura tersenyum.
Taehyung menarik tubuh Sakura kemudian mengangkatnya.
"Terimakasih akhirnya kau menerimaku menjadi kekasihmu."
"Jika kau ingin berterimakasih kau harus membuatku bahagia." Sakura mengalungkan lengannya di leher Taehyung.
"Itu sudah pasti. Tidak perlu kau pinta aku akan melakukannya." Taehyung berkata dengan sombongnya. "Aku mencintaimu." Pria itu menarik lebih dekat tubuh Sakura kedalam dekapannya lalu menciumi seluruh wajahnya tanpa terkecuali bibir Sakura.
"Hentikan." Sakura memegang wajah Taehyung dengan kedua tangannya. "Wajahku bukan boneka yang bisa kau ciumi semaumu."
"Aku hanya ingin mengeksprrsikan hatiku jika bahagia."
Sakura tertawa. "Dasar bocah." Sakura meninggalkan Taehyung.
"Aku bukan bocah." Teriak Taehyung.
"Jangan tinggalkan aku." Taehyung berlari mengejar ketinggalannya.Sementara itu di dorm Jungkook terlihat pasrah. Memikirkan Sakura bersama Taehyung membuat dadanya semakin sesek. Berkali-kali Jungkook menatap layar ponselnya. Berharap Sakura meneleponnya atau sekedar mengirimkannya pesan. Sepertinya dia benar-benar harus merelakan Sakura.
"Apa kau haus?" Tanya Sakura.
"Sedikit. Apa kau ingin minum?"
Sakura mengangguk.
"Ayo kita ke resto hotel. Tampak tidak jauh dari sini." Ajak Taehyung.
Sekitar 5 menit kemudian mereka sampai di reato hotel. Mereka berdua masuk dan mencari tempat duduk. Beberapa pasang mata melihat kearah mereka berdua. Sakura nisa merasakan pandangan mata mereka namun berbeda dengan Taehyung. Pria itu sungguh tidak peduli.
"Duduklah." Taehyung menarik kursi untuk Sakura.
"Terimakasih."
Taehyung membalasnya dengan senyuman.
Tak lama kemudian pelayan datang untuk mencatat minuman yang akan mereka berdua pesan.
"Taehyung, orang-orang melihat kearah kita."
"Benarkah?" Taehyung melihat kesekeliling resto dan benar saja beberapa orang memandang kearah dirinya dan Sakura. "Jangan perdulikan mereka."
"Aku tidak suka mereka melihat kita seperti itu."
"Percaya padaku. Ini tidak apa-apa."
Sakura hanya bisa menghela nafas. Mungkin mempercayai Taehyung saat ini adalah pilihan yang terbaik.
"Hey Kim Taehyung. Apa kau berpikir kita harus menyembunyikan status kita sari siapapun termasuk rekan satu grupmu?"
"Aku tidak mau." Taehyung menggeleng.
"Kenapa? Bukankah itu lebih baik."
"Aku tidak mau menyembunyikan hubungan kita. Menemuimu sembunyi-sembunyi itu bukan gayaku. Aku ingin semua orang tahu kau milikku."
"Media akan tahu kita bersama."
"Media juga akan tahu nanti. Lalu apa bedanya. Aku tidak suka menyembunyikanmu. Apa kau lupa berapa lama aku mengejarmu dan setelah mendapatkanmu, aku menyembunyikanmu seolah-olah hubungan ini tidak pernah ada."
"Maafkan aku Taehyung. Aku hanya takut."
"Kau tidak perlu takut. Hanya berada disisiku saja. Aku akan menyelesaikan semuanya."
"Terkadang kau bisa juga menjadi romantis seperti ini."
"Oh, banyak hal yang tidak kau tahu tentang aku Sakura."
Sakura mencibir. "Kau juga tidak tahu apapun tentang diriku." Balas Sakura.
"Kau masih saja meragukanku." Cibir Taehyung. "Aku tahu apa kesukaanmu, apa kebiasaanmu, apa yang kau tidak suka bahkan kemana kau biasa pergi."
Sakura menyipitkan matanya penuh curiga. "Apa kau menyelidiki aku. Kau seperti seorang penguntit."
"Siapa bilang. Mengala aku harus menyelidikimu." Taehyung membuang wajahnya kearah jendela resto. Dia takut ketahuan jika selama ini menyelidiki semua tentang Sakura. Dia memang seorang penguntit.
"Aku hanya bercanda." Sakura tertawa.
Taehyung bisa bernafas lega nampaknya Sakura tidak mencurigai dia. Jika Sakura tahu dia mencari tahu segala sesuatu tebtang Sakura. Wanita itu bisa berpikir jija dirinya seorang psiko.
Secara tidak langsung atau tidak sadar jika Taehyung adalah seorang psiko. Walaupun bukan hal yang terlalu buruk untuk sakura saat ini.
Beberapa menit kemudian pesanan minum mereka datang.
"Aku masih tidak menyangka kau mau menerima cintaku." Ucap Taehyung sambil mengaduk kopinya.
"Aku lebih tidak menyangka mengapa aku mengatakan ya." Sakura menyedot jus strawberry miliknya.
"Kenapa kau bicara seperti itu." Taehyung memasang wajah cemberut.
"Wajahmu menggemaskan ketika cemberut seperti itu. Mengapa aku tidak menyadari sebelumnya." Sakura melihat Taehyung lebih tajam.
"Karena kau menganggapku seperti tidak terlihat ketika kau bersama Jungkook."
Sakura tertawa. "Itu salahmu. Kau selalu membuatku kesal."
"Jangan menyebut dia lagi. Aku tidak suka."
"Kau yang menyebut namanya. Bukan aku."
"Benar aku yang melakukannya. Asal kau tidak memikirkan dia lagi. Itu tidak masalah."
"Tapi Taehyung. Aku pikir aku yang harus mengatakannya kepada Jungkook terlebih dahulu."
"Tidak, Jangan. Tidak boleh." Taehyung melarang. "Biar aku yang mengatakannya. Dia bisa berbuat sesuatu padamu."
"Aku tidak ingin menyakiti hatinya."
"Kau masih saja peduli dengannya."
"Kau cemburu?" Tabya Sakura.
"Mengapa masih bertanya. Tentu aku cemburu."
"Sepertinya aku mulai suka dengan mode cemburumu ini." Sakura tersenyun nakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Enemy
Fanfiction(COMPLETED) Semua orang tahu jika Miyawaki Sakura dan Kim Taehyung adalah musuh abadi. Miyawaki Sakura merupakan artis terkenal setelah dia memutuskan lulus dari grup yang menaunginya, HKT 48. selain itu Kim Taehyung juga adalah salah satu idol ter...