23:45 - 1

13 1 0
                                    

Semuanya berjalan seperti semestinya. Seokjin mencintai Yeorin, dan tentu saja Yeorin mencintai Seokjin. Mereka berdua sekarang sering tidur bersama, membuat kamar Yeorin jadi menganggur.

Yeorin bekerja dengan semestinya, dengan baik tentunya. Menjadi staff departemen HR yang banyak disukai orang atas kerjanya dan sekarang ia sudah diangkat menjadi manajer untuk departemen HR, dengan kinerjanya yang pandai memotivasi karyawan lain untuk tidak menyerah untuk sesuatu hal yang mereka impikan.

Yeorin sudah sering sibuk

Seokjin terbangun saat alarm berbunyi. Yeorin masih tertidur di sampingnya, dengan rambut yang sedikit acak-acakan dan deru nafas yang tenang. Seokjin menyentuh pipi Yeorin pelan, membuat gadis itu menggumam dan akhirnya terbangun.

"Apa kau tidak lupa mengambil baju yang aku keringkan di dekat jendela semalam?" Tanya Yeorin, masih setengah menutup matanya.

Seokjin tersenyum lebar.

"Apa kalimat itu yang harus hadir setelah kau bangun? Bukannya selamat pagi atau apa begitu." Ucap Seokjin.

Yeorin juga tersenyum mendengar balasan Seokjin.

"Baiklah... Sekarang bangun dan mandi. Aku akan siapkan sarapan untukmu." Seokjin menarik Yeorin untuk bangun, namun gadis itu enggan untuk bangun dari kasur itu.

"Kang Manajer, bangun. Bangun atau ku cium?" Canda Seokjin. Yeorin langsung terbangun, tak ingin lagi Seokjin lepas kendali.

"Ba-baiklah aku bangun!" Yeorin langsung menuju kamar mandi.

Belum habis sarapan Seokjin dan Yeorin, tiba-tiba saja Chanyeol dan Inha sudah ada di apartemen mereka. Pagi-pagi sekali mereka datang. Yeorin tak membingungkan itu, hanya saja Yeorin tak bisa berpikir bagaimana Inha menjadi sepercaya diri ini, perutnya mulai kelihatan membesar.

"Inha dan aku akan menikah satu minggu lagi. Maaf jika kami terlambat memberikan undangan ini, Inha lebih sering sakit dan mual karena ia sedang hamil." Ucap Chanyeol.

"Inha-ya, kau baik-baik saja, kan?" Tanya Yeorin yang khawatir wajah Inha yang sedikit pucat.

"Eii... aku baik-baik saja. Hanya saja, anak Chanyeol ini sering bikin aku sakit. Tapi, aku menyayangi anak ini." Inha menyentuh perutnya yang mulai membesar.

"Mungkin aku tak bisa hadir di pernikahanmu, Inha-ya. Aku punya klien di Itaewon, jadi aku harus ke sana." Wajah Yeorin memelas.

"Tidak apa-apa. Toh, kau bisa melakukan video call denganku."

Yeorin menatap jamnya. Ia harus ke kantornya.

"Inha-ya, aku pergi dulu. Aku tak ingin terlambat." Yeorin meraih tas dan kunci mobilnya, tak lupa mengecup pipi Seokjin. Itu kebiasannya di pagi hari.

Chanyeol dan Inha yang melihat itu menatap jijik. Ternyata sahabatnya itu sudah dewasa sekali.

"Kau siap akan melamar pekerjaan di sana lagi, Seokjin-ah?" Tanya Chanyeol yang menyendokkan sup ke dalam nasinya.

"Aku harus masuk ke sana, Chanyeol-ah. Kau tahu kalau sejak dulu mimpiku untuk masuk ke perusahaan itu." Balas Seokjin.

"Hmm.. baiklah. Aku akan menunggumu masuk ke sana dulu, sebelum aku melamar juga di sana."

"Kenapa?" Tanya Seokjin.

"Biar aku mudah masuk ke sana, Seokjin-ah. Kan sudah ada kau di sana, kau bisa membantuku untuk masuk dengan mudah di sana." Chanyeol memasukkan satu sendok besar nasi di mulutnya.

"Mudah pantatmu!" Inha memukulnya dengan sendok besi.

***

Yeorin pulang tengah malam hari ini. Terlalu banyak pekerjaan yang harus gadis itu lakukan. Jam bahkan sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Aku pulang." Ucap Yeorin setelah melepas sepatunya dan menyimpannya di lemari.

Tak ada yang menjawab, Yeorin yakin Seokjin pasti sudah tertidur. Ia pun mengecek kamar Seokjin, membuka pintunya pelan-pelan dan melihat Seokjin yang tertidur dengan suara napas yang tenang.

Yeorin melangkah mendekati Seokjin yang tertidur. Tak menunggu aba-aba, ia langsung tidur disebelah Seokjin, memeluknya dengan erat peluk Seokjin.

"Kau sudah pulang." Ucap Seokjin dengan suara paraunya. Seokjin mencium kening kekasihnya itu. Entah kenapa Yeorin menjadi berkaca-kaca semakin mengeratkan pelukannya.

"Ada apa?" Tanya Seokjin yang menyadari Yeorin semakin memeluknya.

"Maafkan aku...." Ucap Yeorin.

Seokjin menurunkan dirinya sedikit agar sejajar dengan Yeorin. Menatap mata gadis itu dalam.

"Ada apa?" Tanya Seokjin sekali lagi.

Yeorin menggeleng, membuat Seokjin kembali memajukan wajahnya dan mengecup bibir gadis itu. Entah seberapa cintanya Seokjin dengan gadis yang bernama Kang Yeorin itu.

"Kau belum mengganti bajumu." Ucap Seokjin.

"Aku tidak mau ganti baju." Yeorin semakin memeluk Seokjin.

"Atau aku yang akan menggantikan bajumu."

"Aku akan menghajarmu jika kau lakukan itu."

"Aku kan sudah biasa melakukannya."

"Ya!" Yeorin memukul lengan Seokjin.

"Kenapa?" Seokjin malah jadi tersenyum.

"Terserah. Aku hanya ingin tidur di sini."

"Kau punya kamar sendiri."

"Baiklah. Ayo tidur." Yeorin mengakhiri percakapan itu. Kini Seokjin menepuk pelan punggung Yeorin agar ia tertidur.

"Selamat tidur, sayangku." Seokjin mengecup pucuk kepala Yeorin. Entah kenapa ia terbiasa menghela napasnya kala ia bersama Yeorin. Memikirkan apakah ia hanya menjadi tak berguna di dekat Yeorin sebab ia belum mendapatkan pekerjaan, apakah ia hanya membuat Yeorin bekerja keras demi kehidupan mereka.

Seokjin saja tak tahu bagaimana air matanya bisa turun, juga sedikit membasahi rambut Yeorin yang ia peluk sekarang. Tetap saja ia mencium kening Yeorin.

"Aku mencintaimu. Amat sangat mencintaimu." Ucap Seokjin.

Lebih dari itu semua, Yeorin juga mendengar dan merasakan bagaimana air mata Seokjin membuatnya lebih merasa bersalah.

You Were Beautiful | Kim Seokjin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang