"Inha-ya, apa Hyunjae sudah ba‒"
Chanyeol benar-benar terkejut bukan main saat ia melihat gadis dengan rambut hitam pekat itu berdiri di depan Inha. Inha juga sama terkejutnya dengan Chanyeol.
Yeorin kembali setelah ia hilang terlalu lama.
Raut wajah Chanyeol kini mulai berubah, marah kepada gadis itu.
"Bagaimana kau kembali setelah menyakiti sahabatku, Nona Kang?" Rahang Chanyeol mengeras, emosinya benar-benar mendatangi dirinya.
Yeorin sedikit menunduk. Menghela napasnya.
"Maafkan aku...." Tutur Inha.
"Kata maaf tak pernah bisa mengembalikan kehidupan sahabatku, asal kau tahu itu. Aku mohon keluar dari rumahku sekarang juga. Jangan pernah kembali lagi." Ucapan Chanyeol dalam sekali.
"Ak‒"
"Pergi. Dari. Sini." Tegas Chanyeol.
Yeorin segera melangkah, namun Inha lebih dulu menarik tangan Yeorin agar tak pergi.
Inha menggeleng. Jangan menyuruhnya pergi. Inha menatap mata suaminya itu dalam-dalam, mengisyarakatkan : mungkin ia menjelaskan sesuatu.
"Aku tahu kau marah padaku, Chanyeol-ah. Maafkan aku." Inha menyuruh Yeorin untuk duduk dulu, agar ia bisa bercerita. Chanyeol masih berdiri, menatap gadis itu dengan penuh amarah.
"Yang jelas kau adalah perempuan yang jahat. Kau benar-benar tak punya hati."
Yeorin menghela napas.
"Selama ini kau kemana saja, Yeorin-ah? Dan kenapa kau meninggalkan Seokjin di saat ia benar-benar mencintaimu?" Tanya Inha yang berada di samping gadis itu.
"Ak-aku... Aku menghilang darinya, dan itu adalah keputusanku. Aku ke Jeju, dan tak ada yang tahu. Aku meninggalkannya karena aku mencintainya." Ujar Yeorin.
"Jika kau mencintainya, kenapa kau meninggalkannya?" Chanyeol benar-benar marah kepada Yeorin.
"Chanyeol-ah, dengarkanlah dia dulu." Balas Inha.
"Iya, benar. Aku mencintainya. Aku mencintainya lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Setiap hari rasanya sangat bahagia jika aku bersamanya."
Chanyeol kali ini benar-benar menghela napas. Meyakinkan dirinya untuk mendengarkan kisah sebenarnya dari Yeorin.
"Aku selalu berada dipelukannya setiap malam. Tidur dipelukannya adalah hal yang paling aku sukai didunia ini. Namun, setiap malam itu juga ia selalu bisa merasakan bagaimana ia menumpahkan air matanya, menghela napas panjang, dan sering sekali mencium kepalaku. Aku sadar, aku adalah beban untuknya. Aku merasa sangat bersalah karena menjadi beban untuknya, aku sedih akan hal itu, membuatnya sering berpikir seperti itu membuat hatiku mengernyit.
"Sepanjang hari di Itaewon aku selalu saja memikirkannya, membayangkan bagaimana ia menangis atau menghela napas saat memikirkan aku. Aku tak ingin membuatnya menderita lagi. dan aku berubah. Berubah menjadi sibuk, dan semua kesibukanku menjadikan aku merasa bosan dengannya dan sering berdua dengan kesibukanku."
Yeorin menangis. Benar-benar merasakan sakit hatinya yang luar biasa.
"Setiap aku memberikannya jawaban tak acuh, aku selalu ingin menyambar memeluknya. Mengatakan maaf berkali-kali. Menciumnya sebanyak yang aku bisa. Melihat wajahnya yang menyembunyikan banyak sekali kepedihan, membuatku benar-benar harus meninggalkannya walaupun itu akan menyakitkan bagiku. Aku tak mau lagi menjadi beban untuknya, Inha-ya."
"Aku membawa semua kesakitan kepadanya, dan aku tak mau itu terjadi lagi padanya. Aku membiarkan diriku terluka, lebih dari dirinya terluka."
Chanyeol juga bahkan berkaca-kaca.
"Aku tak ingin mendengar ia menangis lagi hanya karenaku. Aku putuskan untuk meninggalkannya walaupun itu hanya akan membuat luka besar dihatiku. Pernah sekali aku mencoba untuk datang lagi, untuk pulang dan memeluknya dengan sangat erat, tapi bayang-bayang ia menangis sendirian adalah yang paling membuatku tak ingin lagi."
"Aku merasakan kesakitan kala aku meninggalkannya. Aku sudah terbiasa dengan semua pelukannya, ciumannya, dan semua cintanya padaku. Aku hanya beralasan saat aku pergi ke Itaewon untuk alasan tugas. Sebenarnya aku hanya tak ingin melihatnya sedih karena melihat pernikahan kalian berdua. Dia punya hati yang lembut, yang sangat mencintaiku."
"Hari-hari aku di Itaewon adalah hari terberatku. Mengambil keputusan untuk meninggalkannya walaupun aku tahu itu akan membuatnya sangat terluka."
"Berbulan-bulan aku merindukannya, aku merasakan sakit yang luar biasa di hatiku. Dan di situ aku tahu bahwa Tuhan memberikan karma yang setara dengan apa yang aku perbuat kepadanya. Menyakitinya adalah dosaku yang paling besar dan tak akan pernah diampuni Tuhan."
"Kau tak perlu memaafkanku, Chanyeol-ah." Yeorin benar-benar menangis. Air matanya membasahi wajah cantik dengan hati retak itu.
"Apa kau tahu bagaimana Seokjin tanpa dirimu, huh? Aku benar-benar tak mengerti dirimu. Asal kau tahu, Seokjin selalu memandangi pintu apartemennya, berharap kau membuka pintu itu dan langsung menyambar memeluknya. Tiap hari terasa sangat menyedihkan, melihatnya setiap pagi dengan mata merah, kurang tidur. Dia bahkan seperti mayat hidup." Chanyeol menatap ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Were Beautiful | Kim Seokjin [COMPLETED]
Fanfiction[SELESAI] it was.... Beautiful. And, still. ___________________ © 2020, littlepeach13