23:38 - 2

12 1 0
                                    

Ruangan itu dipenuhi orang-orang yang menggunakan baju hitam. Seokjin masih memandangi foto Nenek Park yang dikelilingi bunga di depannya. Ia tak menangis, hanya saja jiwanya kosong.

"Seokjin­-ah.." Panggil Yeorin.

"Kau belum makan sejak tadi." Lanjutnya.

"Kenapa Nenek Park meninggalkanku?"

"Kenapa ia tak menepati janjinya?"

Yeorin kembali memeluk pria itu. Merasa sangat kasihan dengan Seokjin yang sangat kehilangan akan kepergian nenek Park.

"Tuhan baik dengannya, asal kau tahu itu."

Seokjin menangis lagi.

Ia hanya berharap ini adalah tangisan kesedihan untuk terakhir kalinya sebelum diganti oleh tangisan kebahagiaan.

Semoga saja.

***

Seokjin benar-benar berubah sejak hari kematian nenek Park. Ia terbiasa keluar dan pulang saat malam tiba. Yeorin malah mengkhawatirkannya akan pulang dengan keadaan mabuk, Seokjin tak pernah seperti itu selama ini.

Nenek Park sudah dikremasi sebulan yang lalu dan abu nenek Park, Seokjin yang menguraikan abu nenek Park di tempat di mana abu suami nenek Park dulu diuraikan, ia melakukannya sebab nenek Park tidak punya siapa-siapa lagi.

Jiwa Seokjin kecil sekali, ia kecewa dan sedih dengan banyak hal. Beban pikirannya berat sekali, perasaannya akibat kehilangan nenek Park, tak mendapatkan pekerjaan, dan malu pada Yeorin. Namun Yeorin tak pernah mempersalahkan itu.

Selama ia masih bersama Seokjin, semuanya akan terasa sama. Namun, Seokjin enggan berpikiran begitu, ia selalu malu jika berada di sekitar Yeorin. Seharusnya ia sudah memikirkan rencana menikahi Yeorin setelah ia mendapat pekerjaan.

Makin hari makin sedih seorang Jung Seokjin. Kematian nenek Park, tidak lulus dari lamaran pekerjaan, merasa kecewa karena semua rencananya tidak berjalan dengan mulus, dan saat dia tahu kebanyakan para pelamar di sana masuk dengan menghubungi 'orang dalam' membuat mereka masuk dengan mudah di perusahaan itu.

Kini Seokjin pulang dengan keadaan mabuk, terhuyung di pelukan Yeorin. Seokjin sangat-sangat mabuk, berbicara tak jelas.

"Seokjin-ah...." Panggil Yeorin. Melepas jaket pria itu.

"Aku akan mengambil air dulu." Namun belum sampai Yeorin melangkah, Seokjin menarik lengan gadis itu, membuatnya terjatuh di samping Seokjin, Seokjin memeluknya. Apakah benar pria itu tak mabuk?

"Yeorin-ah... Jangan tinggalkan aku..." Ucap Seokjin di alam bawa sadarnya. Ia benar-benar takut kehilangan sesosok orang yang dia cinta.

Pelukan itu semakin erat, membuat hati Yeorin juga teriris. Bagaimanapun juga ia bisa merasakan apa yang dirasakan Seokjin.

Yeorin menangkup pipi Seokjin, membawa kehangatan yang dirasakan Seokjin saat ini.

"Aku bahkan tak punya rencana untuk itu." Ucap Yeorin. Ia mendekatkan pada wajah Seokjin.

Yeorin mengecup pelan bibir Seokjin.

"Aku mencintaimu." 

You Were Beautiful | Kim Seokjin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang