i'm sorry

24 1 0
                                    

Tiga bulan kemudian, setelah kejadian di kantor....

Seokjin sangat lelah malam ini. Untung saja ia lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya dan bisa pulang lebih awal, jam menunjukkan jam 7. Ia akan melakukan banyak hal di apartemennya dan tak terganggu oleh pekerjaannya.

Ia masih bisa membayangkan bagaimana saat ia pulang dulu, ia langsung dipeluk Yeorin saat ia membuka pintu. Semuanya terasa indah saat-saat itu.

Saat ia membuka pintu, lampu rumahnya menyala.

"Chanyeol-ah? Inha-ya?" Panggil Seokjin.

Namun, saat ia melangkah ke dapur, tas kantornya terjatuh begitu saja saat ia melihat gadis dengan senyum paling indah sedang duduk di dekat meja makan.

"Seokjin-ah...." Yeorin langsung menyambar memeluk Seokjin. Seokjin masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Maafkan aku...." Yeorin menangis sejadi-jadinya.

"Ba-bagaimana..." Seokjin kehabisan kata-kata. Hatinya merasakan sesuatu yang sudah lama tak ia rasakan. Pelukan itu.

Yeorin melepas pelukannya. Seokjin melangkah, menarik kursi di dekat meja makan, dan masih memikirkan apa yang terjadi sebenarnya.

Yeorin juga kembali duduk, saling berlawanan dengan Seokjin. Saling menghadap.

"Aku kira kau sudah mengubah password rumah ini. Ternyata tidak." Yeorin menghapus air matanya.

"Apa kau baik-baik saja tanpaku?" Tanya Yeorin.

"Tak ada yang baik-baik saja." Jawab Seokjin, setelah mengerti dengan apa yang terjadi.

"Maafkan aku..." ucap Yeorin.

Secercah harapan itu mulai tumbuh dihati Seokjin, apakah Yeorin akan kembali ke pelukannya. 

Namun harapan itu memudar kala ia melihat cincin pernikahan yang Yeorin pakai di jari manisnya.

"Kau akan menikah..." Seokjin menatap lekat mata indah Yeorin dan pada akhirnya Takdir berkata lain untuk seluruh tatanan kisah cintanya

"Maafkan aku..." Lagi-lagi Yeorin mengucapkan itu.

"Kau adalah orang yang menerima banyak cinta dari orang lain, dan juga dariku. Aku selalu tetap mencintaimu walaupun kau tak ada di sini. Terus memikirkan kenapa kau meninggalkanku saat aku benar-benar ingin bersamamu." Ucap Seokjin tanpa ekspresi apa-apa.

"Aku si bodoh yang memberikan semua cintaku. Aku si bodoh yang selalu menunggumu datang lewat pintu itu, dan keinginan bodoh terakhirku adalah melihatmu menungguku di kursi itu. Dan hari ini keinginanku terwujud."

"Maafkan aku...." Yeorin tetap saja menjatuhkan air matanya.

"Maafkan aku sudah meninggalkanmu tanpa alasan, Seokjin-ah. Aku bahagia bisa bertemu denganmu saat itu dan hari ini, melihat wajah tenang yang selalu aku lihat tiap aku bangun pagi."

"Apakah dulu kau tak mencintaiku?" Tanya Seokjin menatap Yeorin, matanya mulai berkaca-kaca.

"Maafkan aku... Aku meninggalkanmu sebab... sebab aku tak ingin jadi beban untukmu..."

"Aku selalu mendengarmu menangis setiap malam, selalu menghela napas kala bersamaku, kau selalu menciumi kepalaku. Dan, aku merasa bersalah untuk semua itu. Aku tak ingin menjadi penyebab sedihmu, Seokjin. Aku mencintaimu, aku tak ingin melihatmu menangis lagi. Walaupun aku tahu ini menyakitkan untuk kita berdua, mungkin ini adalah jawabannya. Maafkan aku...."

"Tak ada cinta yang meninggalkan."

"Aku tahu, tapi aku tak akan jadi beban untukmu."

Seokjin tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia memang sering menghela napas kala ia bersama Yeorin, terus memikirkan bagaimana ia dan Yeorin bisa bersama selamanya, dan itu membuatnya merasa bahwa Yeorin adalah beban terberat. Namun, ia tak percaya Yeorin meninggalkannya karena hal itu.

"Kau adalah alasan kenapa aku semangat dalam hidupku. Aku akui, aku sangat menginginkanmu untuk hidup denganku. Membentuk keluarga yang bahagia sampai kita punya cicit, seperti yang aku katakan pada nenek Park. Aku mencintaimu sangat. Aku minta maaf sudah seperti itu, Yeorin-ah. Semuanya sudah terjadi, kau meninggalkanku. Aku minta maaf sudah membuat hatimu mengernyit." Ucap Seokjin.

"Menyedihkan saat melihatmu terus menangis dan memandangi pintu kala menungguku pulang. Maaf aku tak akan pernah pulang lagi. Merindukanmu adalah karma yang paling berat untukku lakukan. Aku merindukan pelukan dan ciumanmu, aku rindu bagaimana kau membisikkan kata bahwa kau mencintaiku. Aku merindukan semuanya." Balas Yeorin. Air matanya turun seiring dengan hatinya yang mengernyit kesakitan kala menyesal mengambil keputusan untuk meninggalkan Seokjin.

"Selama ini aku memang tak akan pernah bisa membawamu pulang. Aku selalu tetap ditempatku, dan aku semakin jauh di belakangmu. Kau adalah alasan mengapa aku selalu menangis tiap kali membayangkan bagaimana kau membalas pelukanku." Ucap Seokjin.

"Maafkan aku yang tak bisa terus memelukmu, Seokjin-ah. Maafkan aku."

"Jangan terus meminta maaf, Kang Yeorin. Semuanya bukan salahmu, salahku juga karena mencintaimu selama ini." Balas Seokjin.

Yeorin menangis sejadi-jadinya.

"Kau tahu kenapa Tuhan memberikan aku perasaan cinta yang amat sangat kepadamu? Karena cintaku padamu adalah hal yang abadi. Aku mencintaimu dan itu adalah alasanku tetap hidup. Aku hidup dengan bayanganmu walaupun kau tak ada di sini." Ucap Seokjin.

Yeorin melangkah mendekat, berdiri di dekat Seokjin yang mendongak menatapnya.

"Maafkan aku dan terima kasih banyak atas semua cinta yang kau berikan. Asal kau tahu, aku mencintaimu lebih banyak dari cinta yang kau berikan padaku. Jika kita akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya, biarkan aku yang mencarimu hingga ujung dunia." Ucap Yeorin.

"Aku bisa tanpamu, perlahan." Tutur Seokjin.

Yeorin benar-benar memeluk Seokjin yang sedang terduduk. Merasakan kehangatan pelukan yang diberikan Yeorin.

"Aku mencintaimu, Kang Yeorin."

Yeorin mengecup lama pucuk kepala Seokjin, Seokjin menutup matanya merasakan pelukan dan ciuman perpisahan itu.

"Aku mencintaimu, Jung Seokjin. Dan ini adalah cinta abadi yang Tuhan berikan padaku untukmu." Yeorin lalu meninggalkan Seokjin yang duduk menatap undangan berwarna merah, undangan pernikahan Yeorin.

Kang Yeorin dan Kim Taehyung.

Sesaat itu juga, hatinya mengernyit sedih. Kemudian, ia menangis sejadi-jadinya di dapur itu, cahaya lampu yang terang temaram menjadi saksi semua air mata yang jatuh dari mata indah Seokjin. Semuanya benar-benar berakhir dengan menyakitkan.

Seokjin dalam tangisnya berkata, 

"Tuhan, aku mohon lepaskan takdirku dengannya, sebelum aku mencintainya lagi."

You Were Beautiful | Kim Seokjin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang