Dua hari setelahnya. Yeorin benar-benar berubah, Seokjin tahu ia sibuk bahkan sangat sibuk. Tapi, sekarang hari sabtu dan Yeorin tak masuk kerja. Sekarang mereka berdua sedang duduk berdua di ruang tengah, namun sejak tadi hanya Seokjin yang antusias.
Yeorin hanya menatap layar handphonenya sedari tadi. Entah melihat apa, dia juga tak berbicara banyak hanya sekedar menjawab iya, tidak, sudah, belum. Hampir tidak lagi memanggil nama Seokjin.
"Yeorin-ah." Panggil Seokjin.
Yeorin tidak apa-apa.
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa." Jawab Yeorin, masih sibuk dengan handphonenya.
"Tapi kenapa‒"
"Kenapa, Jung Seokjin? Aku sudah di sini bersamamu, kau mau apalagi?!" Yeorin langsung menuju kamarnya, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Semuanya mulai berubah, semua sikap, perilaku Yeorin tak Seokjin kenali. Yeorin bahkan sering melamun di depan laptopnya. Sering makan diluar, selalu melihat handphonenya entah siapa atau apa yang dia tunggu. Sering tak pulang di rumah dan sering tak menjawab telepon Seokjin. Apakah sebegitu sibuknya seorang Kang Yeorin?
Yeorin tak memberitahukan tentang apa yang terjadi ataupun apapun yang Yeorin rasakan hingga berubah seperti ini, jikapun ditanya Yeorin hanya menjawab: aku tak pernah berubah, Seokjin-ah.
Gadis itu bahkan melupakan kebiasaannya mencium pipi Seokjin saat pergi atau kembali pulang. Seokjin merasakan semuanya kembali, bayang-bayang nenek Park meninggal membuat ia kembali bersedih.
Apakah benar Tuhan tak mengabulkan harapannya untuk tak membiarkan senyumnya?
Seokjin melangkah mendekat ke arah Yeorin yang tengah sibuk dengan laptopnya, mengetik beberapa tugas yang harus ia kerjakan. Seokjin memeluknya dari belakang, melingkarkan lengannya di leher gadis itu, menempatkan kepalanya di pundak Yeorin.
Yeorin menghela napas.
"Aku takut kau berubah." Tutur Seokjin.
"Tak ada yang berubah." Ujar Seulgi, menatap datar ke depan.
"Aku tak ingin kau pergi."
"Tidak ada yang pergi, Seokjin-ah. Berhentilah bersikap seperti anak kecil. Aku tak selalu tentangmu, aku punya yang lain untukku urus. Lihat bagaimana aku mengurus ini semuanya sendirian. Aku berusaha untuk hubungan kita, Seokjin-ah. Namun, kau terlihat santai dengan semuanya." Penjelasan Seulgi membuat hati Seokjin mengernyit.
"Ucapanmu itu seperti kau ingin pergi dariku, Yeorin-ah."
"Aku tak pernah setengah-setengah denganmu. Apa selama ini kau berfikiran begitu kepadaku?"
"Aku tak ingin kita berselisih pendapat seperti ini, Seokjin-ah. Tolong keluar dari kamarku." Balas Yeorin.
"Aku mohon, jangan jadi orang asing kepadaku."
***
Berhari-hari selalu saja sama. Di setiap malam di ruang yang gelap, Seokjin tak tertidur. Berpikir tentang kesalahan apa yang ia perbuat, tentang apa-apa saja yang membuat Yeorin berubah, namun ia tak pernah menemukan jawabannya.
Hari ini Seokjin sudah bersiap untuk tesnya yang kedua kali agar dapat diterima di perusahaan yang sejak dia impikan. Ia tak memberitahu Yeorin perihal tesnya, Yeorin juga langsung pergi tanpa memberi salam atau kecupan tadi pagi. Semua berjalan dengan tak semestinya.
Ternyata hampa sekali tak ada Yeorin yang menyemangatinya. Ia harus mendapatkan pekerjaan itu agar secepatnya bisa berdua dengan Yeorin. Seokjin sudah bersiap untuk diwawancara, semangatnya kembali membara. Para juri sudah memanggil namanya, Seperti biasa ia menjawabnya dengan sangat baik dan sangat benar. Semoga tak ada lagi yang namanya lulus dengan orang dalam.
Selesai tesnya, ia tak langsung pulang. Masih menggunakan kemeja rapinya, Ia duduk di depan toko bunga nenek Park yang sudah kusam, yang sudah tak ramai dengan bunga seperti dulu. Seokjin menghela nafasnya dalam-dalam, sudah tak ada lagi orang yang bisa mendengar ceritanya, tak ada lagi orang yang bisa membuatnya mengerti tentang arti kehidupan yang sesungguhnya.
"Seokjin-ah?" Panggil seseorang, Seokjin menoleh. Ternyata Ibunya Yeorin.
"Annyeonghaseo, eomoni." Seokjin menunduk sekejap.
"Bagaimana kabarmu dengan Yeorin? Yeorin sudah lama tak mengabariku tentang kalian berdua." Ujar Ibu Yeorin.
Seokjin bingung sekali. Kenapa Yeorin tak pernah berkunjung ke rumahnya lagi.
"Apakah Yeorin tak pernah ke rumah lagi akhir-akhir ini?" Tanya Seokjin.
"Iya. Dia bahkan tak pernah menghubungiku lagi. Ada apa kau dengannya, Seokjin-ah?" Tanya ibu Yeorin.
Seokjin terdiam, tak menjawab. Tak ingin memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kami berdua tidak ada apa-apa, bu. Semuanya berjalan lancar. Yeorin akhir-akhir ini sangat sibuk di kantornya."
"Baiklah, nak. Aku harap kalian berdua selalu bersama. Ibu balik dulu." Ibu Yeorin melangkah kembali menuju rumahnya. Yeorin benar-benar berubah, bukan karena kesibukannya, tapi karena hal lain.
Seokjin membuka pintu toko bunga nenek Park lagi. Terlihat kursi yang sering dipakai nenek Park duduk, sambil menceritakan perihal kisah cintanya dengan suaminya dulu. Seokjin duduk dikursi itu dan memikirkan apa yang sekarang terjadi.
Seharusnya ia senang karena bisa mengulang tesnya. Seharusnya ia sekarang bangga karena bisa memberitahu Yeorin perihal kesiapan pekerjaannya. Dan, ternyata sepanjang malam ia berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Were Beautiful | Kim Seokjin [COMPLETED]
Hayran Kurgu[SELESAI] it was.... Beautiful. And, still. ___________________ © 2020, littlepeach13