Kesepian.
Kekecewaan.
Penyesalan.
Dan, semua rasa sakit itu sering kali membuat Seokjin seolah tak ingin hidup lagi di dunia ini. Seseorang yang paling ia cinta kini hilang tak menyimpan alasan kepergiannya. Chanyeol dan Inha adalah orang yang benar-benar selalu ada di sisinya, setiap kali rasa sakit itu kembali.
Satu tahun, dan punya 365 hari yang harus dilewati Seokjin untuk terus melawan semua rasa rindu itu. Walaupun ia tetap mencintai Yeorin, namun selama itu juga ia harus terus melawan semua kenangan yang pernah mereka ukir bersama.
Entah kenapa Tuhan memberikan Seokjin kesempatan untuk lulus tes menjadi staf perusahaan yang ia impikan. Kenapa tidak saat dulu, saat ia bersama Yeorin? Seokjin benar-benar bingung akan semua ini.
Bersama Chanyeol, sekarang Seokjin sudah diterima sebagai staf Editing & Design di perusahaan yang diimpikannya. Perusahaan yang berada di pusat kota Seoul dan punya banyak sekali kesibukan, dan itulah yang membuat Seokjin juga sedikit melupakan kesedihannya.
Bagaimana dengan Yeorin? Gadis itu masih di Seoul. Tepatnya di apartemen yang sudah ia beli sendiri. Ia masih bisa melihat Seokjin tiap kali ia melewati lingkungan apartemen Seokjin, namun Seokjin tak pernah melihatnya.
Dengan kinerja yang sangat baik, Seokjin diangkat sebagai Ketua Tim E&D. Populer sekali Seokjin di kalangan staf kantornya, setiap hari ada saja surat, atau cokelat, bahkan bekal makanan yang tersimpan di ruang kerjanya.
"Park gyejangnim..." Panggil seseorang. Chanyeol dan Seokjin refleks berbalik. Gadis itu mendekat, Seokjin langsung mengenalnya. Oh, dia adalah anak intern.
"Ada apa, Kwon Intern?" Tanya Seokjin.
"MAUKAH KAU MENJADI PACARKU?" Teriak Eunha. Semua yang berada di lantai itu kini menoleh ke arahnya. Seokjin merasakan de javu.
Chanyeol menepuk jidat sendiri dan merasa bersyukur karena ia sudah menikah, jadi tak akan ada staf di sini yang melakukan itu padanya. Secara, dia juga adalah salah satu staf paling populer di kantornya.
Seokjin tersenyum, dan berkata
"Maafkan aku, Eunha-ya. Aku tak bisa menjadi kekasihmu. Aku masih mencintai pekerjaanku. Aku tak bisa menduakannya." Ucap Seokjin lalu menepuk pelan pucuk kepala Eunha.
Seokjin akhirnya berjalan menuju ruangannya, diikuti Chanyeol dibelakangnya.
"Kau benar-benar sesuatu!" Ucap Chanyeol.
"Selamat siang, hyung!" Teriak Jimin. Salah satu staf intern yang berada di departemen Seokjin. Entah kenapa ia selalu bersikap sangat kenal dan dekat dengan Seokjin dan Chanyeol.
"Selamat siang, Jeon Jimin." Balas Seokjin. Chanyeol tak membalas, hanya menatap mengadili.
"Seokjin-ah, Apa kau sudah melupakannya?" Chanyeol tiba-tiba bertanya.
"Melupakan apa, hyung?" Jimin kini penasaran.
"Anak intern tak usah tahu." Balas Chanyeol.
"Ayolah, hyung. Aku sangat penasaran." Kini Jimin mulai mendekati Chanyeol dan menggoncangkan pundak pria itu. Seokjin hanya tertawa, Chanyeol kebingungan apakah ia harus menceritakannya pada Jimin. Seokjin memberi isyarat, ceritakan saja toh Jimin tidak tahu apa-apa tentangnya.
15 menit Chanyeol bercerita dan kini Jimin mengambil tisu untuk kesekian kalinya. Ia menangis sejadi-jadinya kala mendengar Chanyeol bercerita. Seokjin sekali-kali tersenyum kecut dan merasakan hatinya kembali meneriakan kesakitan itu.
"hyung, kau tidak apa-apa, kan? Kau tak ingin bunuh diri, kan? ANDWE HYUNG!" Jimin kini menyambar memeluk Seokjin. Seokjin kini mulai risih karena maknae di tim mereka itu sangat kekanak-kanakan.
"Aku tidak akan seperti itu, tolong lepaskan aku!" Akhirnya Jimin melepas pelukannya dengan hidung melernya itu.
Jimin kembali duduk.
"hyung-ah, apakah kau masih mencintainya?" Tanya Jimin.
"Aku akan berdosa jika aku bilang aku tak mencintainya, Jimin-ah. Aku sudah berjanji untuk mencintainya selama sisa hidupku. Berat rasanya untuk mengingkari janjiku yang satu itu. Tapi, semua sudah selesai."
***
Berhari-hari dilewati dengan baik.
Yeorin kembali menjadi Yeorin yang ceria dan banyak senyum. Walaupun hatinya berbicara banyak, berdebat dengan perasaan, dan sering kali berakhir dengan kesakitan. Keputusan untuk meninggalkannya benar-benar sudah ia ambil. Itu faktanya sekarang.
"Bagaimana keadaanmu, Manajer Kang?" Tanya seorang pak tua. Pak Wonduk namanya, seorang office boy perusahaannya, dipekerjakan oleh Yeorin atas saran yang ia berikan pada pimpinannya. Pak Wonduk juga berasal dari Jeju. Pak Wonduk dan istrinya sangat baik kepada Yeorin.
"Aku baik-baik saja, ahjussi." Balas Yeorin.
Pak Wonduk melanjutkan menyapu lantai ruangan Yeorin.
"Kau sudah tak banyak menangis. Itu sudah lama berlalu." Ujar Pak Wonduk.
Yeorin mengangguk.
"Iya, itu sudah sangat lama. Dan aku masih merindukannya." Yeorin agak tersenyum kecut.
"Aku tahu alasan kau mengambil keputusan itu, Manajer Kang. Untuk kebahagiaannya. Kau benar mengambil semua keputusan itu." Pak Wonduk mencoba menyemangatinya.
"Benar. Tapi, aku benar-benar merindukannya sekarang."
"Aku tak bisa menyalahkanmu atas keputusanmu itu, Manajer Kang. Tapi lihatlah, kau begitu merindukannya sekarang."
"Aku tahu dia sekarang baik-baik saja, walaupun mungkin sesekali ia merasakan sakit bagaimana aku meninggalkannya tanpa alasan. Dan sampai sekarang ia belum tahu itu."
"Kapan kau akan memberitahunya?" Tanya Pak Wonduk, menghentikan aktivitasnya sebentar.
"Akan ada saatnya aku akan benar-benar memberitahukannya perihal itu."
Pak Wonduk menghela napas.
"Apa kau masih mencintainya?" Tanya Pak Wonduk.
Air mata Yeorin kembali turun.
"Aku akan berdosa jika aku bilang aku tak mencintainya, ahjussi. Aku sudah berjanji untuk memberikan pelukan terhangat yang bisa aku berikan padanya. Berat rasanya untuk mengingkari janjiku yang satu itu. Tapi, semua sudah selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Were Beautiful | Kim Seokjin [COMPLETED]
Fanfic[SELESAI] it was.... Beautiful. And, still. ___________________ © 2020, littlepeach13