23:32 - 2

14 1 0
                                    

Chanyeol dan Inha sudah pulang sejak sejam yang lalu, sudah terlalu malam dan mereka berdua beranjak pulang. Hanya tersisa lampu dapur yang masih menyala, Seokjin tak bisa tidur jadi ia mencuci piring kotor saja agar tak banyak pekerjaan yang akan Yeorin lakukan esok.

Seokjin tak bisa tidur sebab ia masih memikirkan apakah Yeorin menyembunyikan kesedihannya dibalik tertawanya tadi pagi. Ia kembali ingat apa yang dikatakan Yeorin setahun lalu: aku ingin jadikan kau yang pertama.

Seokjin kini menyelesaikan pekerjaannya, dan melangkah ke kamar Yeorin. Membuka pintu itu pelan dan terlihat Yeorin yang tertidur lelap dengan baju kaos beruangnya. Seokjin duduk dipinggir kasur Yeorin. Seokjin memanggil Yeorin. Yeorin hanya menggumam sebagai jawaban.

"Seokjin-ah, ada apa?" Tanya Yeorin, mengucek matanya.

"Apa kau sudah tidur?" Tutur Seokjin.

"Kau masih belum tidur rupanya.." Gumam Yeorin.

"Aku baru saja mencuci piring kotor."

"Suami idaman." Ujar Yeorin sambil tertawa.

"Kau mau tidur denganku?" Yeorin memberikan bagian kasurnya untuk Seokjin, Seokjin juga perlahan tidur dengan memeluk Yeorin.

"Tumben sekali kau ke sini. Ada apa?" Yeorin menatap mata Seokjin lekat.

"Aku memikirkanmu." Bisik Seokjin, masih memeluk Yeorin.

"Kenapa?"

"Takut kau merasa sedih karena hubungan kita biasa-biasa saja."

"Aku tak masalah. Seperti yang aku bilang, kemanapun kau pergi aku akan ikut. Itu juga berlaku dengan kata 'kapanpun.'" Yeorin mengeratkan pelukannya. Kini, Seokjin menatapnya lekat. Yeorin masih melihat bola mata yang kini menatapnya.

"Jadikan aku yang pertama untuk melakukannya padamu, malam ini." Bisik Seokjin, lalu menelan ludahnya. Jantungnya super berdetak dari biasanya. Yeorin menyentuh pipi Seokjin, lalu tersenyum dibalik gelapnya ruangan itu.

Seokjin mulai mendekat dan memainkan seluruh perannya.

Yeorin masih bisa melihat bekas goresan pisau preman di perut atletis Seokjin saat ia menolong Yeorin waktu itu.

"Apakah itu masih sakit?" Yeorin menyentuhnya.

"Tidak sakit lagi." Bisik Seokjin bagai menghipnotis.

"Aku mencintaimu." Bisik Seokjin lagi.

Yeorin benar-benar mencengkeram lengan Seokjin kala pria itu bergerak bersamaan dengan Yeorin. Yeorin benar-benar merasakan sakit yang luar biasa kala itu memaksa masuk.

Seokjin melihat Yeorin menangis.

"Aku akan berhenti jika itu benar-benar sakit." Bisik Seokjin. Namun, Yeorin tak membalas. Hanya kembali menaupkan bibirnya dengan bibir Seokjin agar ia tidak terlalu merasakan bagaimana sakitnya.

"Ji-Seokjin-hhh..." ucap Yeorin kala ia merasakan itu datang. Ia bergerak bersamaan dengan Seokjin.

Sampai akhirnya, Seokjin ambruk di atas Yeorin.

"Aku tahu ini pertama kalinya buatmu juga." Yeorin menepuk pelan punggung Seokjin.

Di akhir perannya, nafas mereka berdua berderu kencang, peluh membasahi mereka. Yeorin menghapus sisa air matanya, merasakan sakit yang luar biasa.

"Terimakasih." Ucap Seokjin.

Lalu, gadis itu berbisik, "Sampai kapanpun, kau masih bersamaku."

Sampai akhirnya di pagi hari, Seokjin harus melakukan semuanya sendirian. Mencuci pakaian, menyapu rumah, membuang sampah, mengepel lantai, dan pekerjaan rumah yang lain. Dia melakukan semuanya karena Yeorin tak bisa berjalan karena kejadian semalam. Seokjin mau tidak mau harus melakukannya, ia juga tak keberatan karena ia tahu itu perbuatannya. Ia melakukan semuanya dengan penuh senyuman, senang rupanya.

Keindahan itu yang Seokjin ingat sampai kapanpun. Bagaimana Yeorin membalas ciumannya atau sekedar menatap wajahnya saat merasakan bagaimana peran Seokjin melakukannya dengan sangat baik walaupun gadis itu harus menangis di awal. Semuanya Seokjin kenang sampai kapanpun.

You Were Beautiful | Kim Seokjin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang