Malam yang begitu pekat membuat suasana yang gelap semakin mencekam. Angin berhembus semilir menerpa pohon yang berdiri kokoh untuk memberikan tanda-tanda kehidupan.
Seringaian keluar dari bibir cantik berpoles warna merah gelap, tangan kanannya meremas sebuah foto yang membuatnya berdecih jijik. Seolah merasa dunia mempermainkannya dengan sosok yang sama yang merenggut segala kebahagiannya.
"Kenapa?"
Ucapnya serak sembari menguatkan remasan pada foto ditangannya hingga buku-buku jarinya memutih.
"Kenapa semua harus berhubungan denganmu,?"
Wanita itu kembali tersenyum miring dan menatap langit malam yang gelap. Terus menertawakan diri karena harus merasa kehilangan untuk kedua kalinya hanya karena seseorang yang sama, orang yang bahkan tak merasa sedikitpun bersalah karena telah mengambil semua miliknya. Tidak, mungkin bahkan dia tak tau bahwa semua yang menjadi miliknya saat ini adalah hak orang lain.
Sekali lagi dia merasa kalah, melihat senyuman cerah yang dilihat dari foto ditangannya membuat hati wanita itu semakin diliputi rasa benci. Melihat bagaimana dia tersenyum membuatnya merasa bersalah pada dirinya sendiri karena wajah bahagia itu adalah sumber penderitaannya selama ini. Apakah semua adil untuknya, dibalik senyuman itu banyak hati yang tersakiti karenanya, banyak hati yang manaruh benci karenanya. Sudah cukup semua berlalu dan dirinya menderita, sudah cukup semua yang diambil darinya.
Kini saatnya semua berbalik, senyuman itu tak pantas melekat di wajah seseorang yang bahkan memberikan penderitaan bagi orang lain. Sudah cukup dia berdiam dan kini saatnya mengambil semua haknya kembali dan juga membalaskan semua rasa sakit dan penderitaan yang selama ini dialami.
"Saatnya bermain Nona Chou," Seringainya tajam dan membakar foto yang sudah kusut ditangannya.
🌼🌼🌼
Tzuyu berjalan mendekat dengan nampan di kedua tangannya. Langkahnya sempat terhenti melihat interaksi antara Ibu dan anak yang terlihat sangat canggung. Padahal niat hati Tzuyu ingin meninggalkan keduanya agar bisa berbicara dari hati ke hati dan dapat menghilangkan jarak antara keduanya, tapi melihat bagaimana Jungkook yang terkadang masih sulit mengendalikan diri, dan untuk benar-benar memastikan bahwa rencananya berhasil mau tak mau ia harus berada di antara keduanya.Berbeda dengan Tzuyu kini Jungkook hanya terus diam menatap ke sembarang arah untuk menghindari kontak mata dengan Ibunya. Sejak beberapa menit yang lalu Boo Ra memang datang ke rumah besar Jeon, tentu dengan undangan sang tuan rumah.
Ini kali pertama, sejak pertemuan terakhir keduanya yang berakhir dengan debat panjang dan Jungkook yang memilih pergi. Dan tentu saja Jungkook mau melakukannya karena Tzuyu yang menyakinkannya. Dan sekarang kemana wanita itu? Kenapa dia lama sekali, Apa mungkin dia sengaja meninggalkan mereka hanya berdua.
Tatapan Jungkook jatuh pada Tzuyu yang berdiri tak jauh darinya, sekejap pandangan mereka bertemu sebelum Tzuyu tersadar dan melanjutkan langkahnya mendekat.
"Maaf menunggu lama Ibu... " Tzuyu meletakkan dengan hati-hati minuman yang dibawanya dan beralih duduk di samping Jungkook.
"Terima kasih, Tzuyu"
"Ibu maaf aku menyuruhmu datang tiba-tiba seperti ini" Ucap Tzuyu merasa bersalah, karena tadi pagi dia menghubungi ibu mertuanya dan meminta untuk datang secara tiba tiba. Hal ini tentu inisiatifnya agar hubungan antara Ibu dan anak ini segera membaik.
Boo Ra tersenyum dan menggeleng pelan.
"Tidak Nak, seharusnya Ibu berterima kasih karena kau Ibu dapat bertemu dengan kalian lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Agreement [COMPLETED]
Fiksi PenggemarDisaat sebuah keterpaksaan menjadi sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan. Semua begitu rumit untuk bisa diungkapkan karena semua datang begitu saja bahkan tanpa menyadarinya. Namun, dikala satu persatu masalah dari masa lalu mulai ikut menghakimi, Ak...