Chapter 15

4.1K 395 20
                                    

Tiga bulan berlalu semenjak Sakura dan Mebuki merencanakan sesuatu dan selama itu pula, Sakura tidak pernah melakukan hal buruk pada Hinata.

Hal itu membuat Sai menatap heran pada Sakura yang duduk di bangkunya sambil mendengarkan musik dengan earphone.

Sakura beranjak dari duduknya, ia menoleh ke arah Sai, lalu tersenyum dan membuat Sai semakin menatapnya penuh curiga.

Sakura pergi keluar kelas dengan langkah anggunnya, ia memutuskan pergi ke toilet.

Setelah sampai ke toilet, ia masuk ke salah satu bilik dan menguncinya. Ia melepaskan earphone ya, lalu menghubungi Kaa-sannya.
"Kaa-san, selama tiga bulan ini kita sudah diam saja, aku merasa kalau Sai mulai curiga" ucap Sakura.
'Benarkah? Kalau begitu sebaikanya kita harus cepat' jawab sang Kaa-san.
"Ha'i, Kaa-san sudah dulu, ada orang yang datang" ucap Sakura saat mendengar seseorang masuk ke toilet.

Sakura mengantongi handphonenya, lalu merapikan pakaiannya. Kemudian, ia keluar dari bilik sambil melihat siapa yang datang dan ternyata orang itu adalah siswi dari kelas XII B.
"Hah~" lega Sakura, lalu ia pun segera keluar dari toilet dan kembali ke kelas.

Sakura mendudukkan dirinya di bangku dan kembali mendengarkan musik.

Sai terus melihatnya dengan penuh curiga, lalu ia menoleh pada Hinata.
"Hinata-chan, mulai sekarang berhati-hatilah" bisik Sai.

Hinata menoleh pada Sai sambil menatap heran.
"M-maksud S-Sai-kun? A-aku tidak mengerti" ucap Hinata.
"Tidak, aku hanya memperingati" ucap Sai, ia tidak mau Hinata tahu kalau ia diperintahkan Mikoto untuk menjaganya. Jika saja Hinata tahu, ia pasti akan sangat kecewa dan merasa menjadi beban bagi keluarga Uchiha.
"U-uhm, B-baiklah" ucap Hinata mengangguk dengan wajah bingungnya.
.
.
.
Naruto duduk di kursi kebesarannya, ia terlihat kacau sejak Sasuke mengatakan kalau Hinata adalah istrinya. Setiap hari pikirannya diisi dengan nama Hinata, Hinata, dan Hinata. Nama itu selalu terngiang, bahkan disaat ia makan, mandi, tidur, kerja, rapat, ia tak pernah melupakannya.

Seperti saat ini, ia melamun menatap laptopnya. Keadaannya benar-benar kacau, seperti jiwanya dibawa terbang ke antah berantah.
"Aku mencintaimu, Hime. Sangat mencintaimu" lirihnya memejamkan mata meresapi kata yang keluar dari mulutnya.
"Ku pikir aku yang pertama kali melihatmu, ternyata Teme jauh lebih unggul. Khe, bagaimana bisa kalian menikah? Bahkan.... bahkan aku tak pernah melihat Teme memakai cincin pernikahan, kau pun begitu, dan apa? Anak? Bagaimana bisa?" Racaunya frustasi. Ia kembali diam, membiarkan keheningan memenuhi ruangannya.

Selang beberapa menit, ia membuka matanya dan menegakkan tubuhnya, lalu melihat jam tangannya.
"Aku akan menunggunya di sekolah, sebentar lagi dia pulang" ucapnya setelah melihat jam yang menunjukkan pukul 13:45.

Bagaimana Naruto bisa tahu dimana Hinata bersekolah? Tentu saja ia tahu, seseorang jika sudah jatuh cinta, maka ia akan mencari tahu tentang kehidupan sang gadis. Lantas kenapa ia tidak tahu perihal Hinata menikah? Jawabannya mudah, karena Hinata dan Sasuke tidak benar-benar menikah, dan ia beranggapan kalau Sasuke menutup identitas pernikahan mereka dengan sangat teliti, hingga tidak ada yang bisa mengetahuinya.

Sesampainya di KHS, Naruto memarkirkan mobilnya di depan gerbang, lalu ia keluar dari mobilnya dan bersandar pada pintu mobil yang sudah ia tutup, ia melipat kedua tangannya menunggu bel pulang berbunyi.
.
.
.
Kurenai-sensei sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas dan siswanya menulis hal-hal penting yang mereka tangkap.
"Jadi, Kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu Epidermis, Dermis, dan Hipodermis. Ketiga lapisan tersebut memiliki fungsi yang-

Teeettt teeettt teeettt
Mendengar suara bel, Kurenai langsung menghentikan penjelasannya.
"Baiklah, untuk tugasnya kerjakan halaman 53 sampai 57" lanjut Kurenai-sensei merapikan bukunya dan pergi keluar kelas.
"Ha'i" jawab mereka serentak.
.
.
.
Naruto yang mendengar suara bel langsung menegakkan tubuhnya, matanya fokus mencari keberadaan pujaan hatinya dari lautan siswa yang keluar dari sekolah.

Para siswa yang melihat dan mengenal Naruto menatap kagum dan juga heran, untuk apa seorang Uzumaki datang ke KHS pikir mereka. Bahkan, banyak juga para siswi yang terlihat cari muka dan merapikan penampilannya saat melewati Naruto. Namun, sayangnya Naruto mengabaikan mereka.

Mata shapirenya menangkap sosok Hinata, senyum terpatri di bibirnya, namun luntur seketika saat ia melihat Hinata tertawa malu pada seorang pria yang tak dikenalnya.

Hinata melihat ke arah Naruto dan tersenyum canggung.
"Hinata-chan, aku merindukanmu" ucap Naruto merentangkan tangannya ingin memeluk Hinata, namun Sai langsung berdiri di depan Hinata, menghalangi Naruto yang ingin memeluk Hinata.
"Hei, siapa kau? Menyingkirlah" ucap Naruto kesal.
"Tidak, menjauhlah" ucap Sai menatap Naruto datar.
"Sai-kun, sudah tidak apa-apa" ucap Hinata.
"Hah~ baiklah, jangan pernah menyentuh Hinata-chan" ucap Sai memperingati, lalu ia mundur selangkah ke samping Hinata.

Saat ini sekolah sudah kosong, menyisakan mereka bertiga yang berdiri di luar gerbang.
"Hinata-chan, bagaimana kabarmu?" Tanya Naruto tersenyu.
"A-aku baik N-Naruto-kun" ucap Hinata balas tersenyum.
"Baguslah. Uhm, pria ini siapa?" Naruto menunjuk Sai.
"A-ah, d-dia Sai-kun, temanku" ucap Hinata melihat Sai.
"Tapi kenapa sikapnya seperti seorang kekasih?" Sindir Naruto.
"Hei, Anda tidak tahu apa pun Uzumaki-san" ucap Sai dingin.
"Terserah. Oh ya Hinata-chan, ada yang ingin aku tanyakan" ucap Naruto.
"A-apa N-Naruto-kun?" Tanya Hinata.
"Uhm, begini..... apa benar kau yaaahh- Naruto menggaruk pipinya yang tidak gatal, lalu berbisik -sudah menikah dengan Sasuke?" Tanya Naruto dan membuat Hinata terdiam.

Sai yang mendengar bisikan Naruto langsung paham arah tujuannya.
"Ya, dia sudah menikah dengan Uchiha Sasuke" ucap Sai menjawab Naruto.
"Hei, aku tidak bertanya padamu. Ne, Hinata-chan, kau bohong kan?" Ucap Naruto kesal pada Sai dan kembali bertanya pada Hinata.
"I-itu benar N-Naruto-kun" ucap Hinata menunduk dan membuat Naruto shock dengan jantung berdegup kencang.
"Souka?" Ucap Naruto lirih menatap Hinata penuh rasa sakit dan Hinata mengangguk sebagai jawaban.
"Dasar bodoh" ucap Sai.

Naruto mendongakkan kepalanya ke atas, mengedikkan matanya dengan cepat guna menghilangkan air mata yang sudah menumpuk, lalu ia melihat ke kiri.
"Ah, aku lupa kalau ada meeting hari ini, aku duluan ya" ucap Naruto dengan nada sedikit bergetar.

Hinata yang pada dasarnya memang polos hanya mengangguk pada Naruto dan mengucapkan selamat tinggal dan hati-hati.

Naruto segera masuk ke dalam mobilnya, lalu melakukannya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Sai dan Hinata.

Naruto tidak peduli dengan orang-orang yang memakinya karena mengebut, yang ia inginkan hanyalah menghilangkan rasa sakit di hatinya. Ia menghapus air matanya yang menetes melalui pipinya.
.
.
.
"Tadaima" ucap Hinata.
"Okaerinasai, Ken katakan okaerinasai" ucap Mikoto yang menggendong Ken.
"O..." Ken mengatakan 'o' sedikit panjang.
"O-ka-e-ri-na-sai" eja Mikoto melihat Ken dan Hinata menatap Ken dengan berbinar.
"Ocacai haahha" ucap Ken tertawa sambil menepuk tangannya.
"Ken semakin pintar" ucap Hinata mengelus kepala Ken.
"Ne, Hinata-chan, ganti pakaianmu" ucap Mikoto.
"Ha'i Kaa-san" Hinata langsung pergi ke kamar untuk mengganti pakaian.
.
.
.
Malam telah tiba, di dalam ruang kerja Mikoto, Sasuke, dan Itachi sedang berbincang serius.
"Katakan apa rencanamu?" Ucap Mikoto menatap kedua putranya serius.
"Kalian tentunya tahu kalau Ken ku titipkan pada Hinata karena aku tahu dia gadis yang mampu merawat putraku-

Praaanngg

Mereka yang ada di ruang kerja terkejut dan menoleh ke arah pintu.





























TBC

Iihh.... Apa tu? Apa tu? Suara apa tu? Macamnya ngerilah😱
Ah, dahlah, capek🤣🤣🤣
Bersambung dulu🤭🤣

My Little Baby (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang