Chapter 17

4.1K 372 15
                                    

Hinata berjalan di jalanan Konoha yang sudah sepi. Ia menenteng tas besarnya dengan kedua tangannya.
"Ini sudah jam berapa?" Tanya Hinata pada dirinya sendiri sambil melihat ke sekelilingnya.
"Hah~ kemana aku harus pergi? Mencari aparteman akan susah jika malam-malam begini" gumamnya.

Hinata berbelok ke kanan memasuki lorong, lalu Hinata berhenti menatap ke depan. Sangat disayangkan di lorong itu terdapat beberapa preman yang sedang bermain judi dan meminum minuman keras, salah satu dari mereka melihat Hinata yang berjalan sendirian.
"Hei, ada yang datang" ucap salah satu pria memegang botol minuman, sontak mereka langsung melihat ke arah belakang dan mereka langsung menghampiri Hinata.
"Hai, nona, kau mau kemana?" Tanya pria berambut cokelat.
"Apa kau mau bermain dengan kami hm?" Pria berambut abu-abu mencolek bahu Hinata.

Hinata yang mulai takut langsung melangkah mundur dengan tubuh bergetar, namun pria berambut hitam langsung merangkul Hinata.
"Lepaskan" berontak Hinata.
"Ayolah, temani kami" ucap pria berambut hitam.
"L-lepaskan" Hinata menyikut perut pria yang merangkulnya dan rangkulan pria itu langsung terlepas, Hinata yang melihat ada peluang langsung berbalik untuk kabur.
"Ah, brengsek" ucap pria itu mengusap perutnya dan langsung menangkap tangan Hinata dan memojokkannya ke dinding.
"T-tidak, lepaskan hiks.... TOLONG" Isak Hinata ketakutan.
"Menangislah, itu membuat kami semakin bergairah hahahaha lagi pula tidak ada yang mendengarmu" ucap pria berambut abu-abu.

Tangan pria berambut hitam yang menyudutkan Hinata terangkat mendekati kaos Hinata.

Dari ujung jalan, terlihat seorang pria memakai celana training hitam dengan jaket hitam yang melekat pada tubuhnya, ia juga memakai topi hitam. Ia berjalan sambil menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. Ia berjalan kemudian berhenti karena mendengar teriakan minta tolong, kakinya ia langkahkan lebih cepat ke salah satu lorong dan tadaaa ia melihat para preman sedang memojokkan seorang gadis.
"Hei, hei, hei, sedang bersenang-senang, Tuan?" Tanya pria bertopi hitam berdiri sedikit jauh dari preman-preman itu, sontak mereka termasuk Hinata menoleh ke arah pria itu.
"T-tolong hiks.... aku Tuan hiks" tangis Hinata memohon pertolongan.
"Cih, enyahlah pengganggu, atau kau ingin kami hajar, hah?" Ucap pria berambut cokelat.
"Lepaskan dia" ucap pria bertopi.
"Kau mencari masalah ternyata" ucap pria berambut abu-abu.
"Khe" pria bertopi itu mengangkat tangannya, menyentuh sayap topinya, lalu melemparnya asal, wajahnya tidak terlihat karena bayangan dinding yang menghalanginya.
"T-tolong a-aku hiks" ucap Hinata mengulurkan tangannya meminta bantua.
"Kalau kalian tidak mau melepaskannya, maka nyawa kalian hanya bertahan selama lima menit" ucap pria itu dingin.
"Cih, habisi dia" perintah pria yang memojokkan Hinata.

Kedua pria itu berjalan sambil menekan jari-jarinya hingga menimbulkan bunyi 'kretek'.
"Lebih baik kau tidak perlu ikut campur"

Wuuusshh
Tap
Pria berambut abu-abu melayangkan pukulan pada pria itu, namun dengan mudah ditangkap oleh si pria yang tak dikenal.
"Kau membuatku marah" ucapnya memutar tubuh preman itu, lalu mengunci tangannya dengan kuat hingga pria itu kesakitan, lalu ia menendang betisnya kuat hingga pria itu terjatuh dan berteriak menahan sakit.
"KIZUUU" teriak pria berambut cokelat, lalu ia berlari ke arah pria dalam bayangan itu dan melayangkan tendangan.

Wuuusshh
Tap
Bruk
Brak
Kakinya dengan mudah ditangkap, lalu membanting pria itu, merasa tak cukup, pria itu kembali memukul rahang preman itu dan membantingnya ke dinding hingga pingsan.

Pria yang memojokkan Hinata melepaskan tangannya, ia terkejut melihat kedua temannya dihajar dengan mudah, ia melangkah mundur, kemudian lari terbirit-birit.

Hinata merosot ke bawah, shock masih ia rasakan, tubuhnya kembali bergetar menangis.
"Hiks.... hiks.... A-arigatou" ucap Hinata menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Berhentilah menagis" pria itu berjalan ke arah Hinata, lalu berjongkok di depan Hinata dan mengulurkan tangannya ingin menepuk puncak kepala Hinata, namun terhenti ketika Hinata menunjukkan wajahnya.
"H-hontou ne, a-arigatou" ucap Hinata menjauhkan tangannya dari wajahnya.

Deg

"Hinata?" Ucap pria itu terkejut dengan mata membola.
"G-G-Gaara-kun?" Hinata pun tak kalah terkejutnya ketika melihat Gaara lah yang menolongnya, teman semasa kecilnya, tetangga dulu.

Pria itu Gaara yang terkejut kembali sadar dan langsung membuka jacketnya, lalu memakaikannya pada Hinata, kemudia ia menghapus jejak air mata di pipi Hinata.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Gaara.
"A-aku.... a-aku ingin mencari t-tempat tinggal" ucap Hinata.
"Tinggal di tempatku sementara waktu" ucap Gaara.
"A-ah t-tidak perlu, Gaara-kun" ucap Hinata.
"Sudahlah, ayo" ucap Gaara berdiri sambil mengambil tas Hinata, lalu mengulurkan tangannya membantu Hinata berdiri.

Hinata dan Gaara berjalan beriringan, mereka sama sekali tidak bicara hingga mereka sampai di aparteman Gaara.
"Duduklah, akan ku buatkan air minum hangat" ucap Gaara meletakkan tas Hinata di samping sofa, lalu segera ke dapur membuat minum untuk Hinata.

Hinata mendudukkan dirinya di sofa, amethystnya menjelajahi ruangan, ia kagum dengan interior aparteman Gaara, sederhana tapi tetap elegan, nyaman dan bersih.

Gaara datang sambil membawa segelas air putih hangat, ia meletakkannya ke atas meja, tepat dihadapan Hinata, lalu i a duduk di sofa single.
"Jadi, ada apa denganmu?" Tanya Gaara.
"Aku.... aku mencari tempat tinggal" ucap Hinata memainkan jarinya.
"Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu"
"Tidak"
"Kau pikir sudah berapa lama aku mengenalmu, Hinata"
"M-maaf"
"Aku tidak butuh maafmu, katakan sejujurnya"

Hinata mengangkat wajahnya, ia menghela napas pelan, lalu menceritakan segalanya pada Gaara, tah Gaara tidak akan berhenti untuk menyuruhnya jujur, lagi pula ia tahu bagaimana sifat Gaara.

Setelah menceritakan semuanya, Gaara mengepalkan tangannya kesal di atas pahanya.
"Tidurlah di kamarku, aku akan tidur di sofa" ucap Gaara.
"Ha'i, arigatou Gaara-kun" ucap Hinata.

Hinata pun masuk ke kamar Gaara sambil menenteng tasnyadan tak lupa menutup pintunya. Ia menduduki tempat tidur dan melihat isi kamar Gaara.
"Kamar Gaara-kun selalu nyaman" gumam Hinata tersenyum.

Ia membuka tasnya, mengambil handuk dan pakaian, kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Gaara berbaring di sofa dengan tangannya sebagai bantal. Ia menatap lagit-langit apartemannya, kemudian ia memejamkan matanya.

Cklek
Hinata membuka pintu kamarnya ah maksudnya kamar Gaara. Ia terlihat memegang sebuah bantal, berjalan mendekati Gaara yang tertidur di sofa panjang, namun terlihat sempit karena tubuh Gaara yang tinggi.

Hinata yang menduga Gaara sudah tidur berjalan dengan pelan, lalu ia mebungkukkan tubuhnya, tangan kanannya bergerak mengangkat kepala Gaara pelan, lalu meletakkan bantal di sofa, dengan hati-hati, ia meletakkan kepala Gaara agar tidak terbangun. Kemudian, ia kembali ke kamarnya.

Mendengar suara pintu yang tertutup, Gaara tersenyum tipis. Gaara sebenarnya belum tidur, hanya saja ketika ia mendengar Hinata membuka pintu kamar, ia enggan untuk membuka matanya. Ia begitu senang ketika Hinata memberikan bantal padanya, terutama ketika tangan Hinata mengangkat kepalanya dengan lembut.

Tangan Gaara terangkat menyentuh kepalanya, kemudia turun menyentuh pipinya. Hangat, ia tahu kalau dirinya masih mencintai sahabat masa kecilnya itu. Ia merubah gaya tidurnya menjadi ke kiri, tepat menghadap sandaran sofa, ia kembali tersenyum dengan wajah merona, tak berapa lama ia tertidur pulas.

























TBC

My Little Baby (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang