“Sepertinya lebih baik mengagumi saja tanpa memiliki —Fahrezi Bima Laksana”
. . .
"Iya haha, Gue juga kalau jadi dia nyadar"
Kata itu terus berputar-putar ditelinga Vanya, rasanya sepertinya ekpresi seakan tidak ada apa-apanya untuk menutupi dirinya hanya sia-sia.
Maudy yang melihat Vanya sedari tadi hanya diam, mencolek pipi temannya tersebut sambil memberikan semangkuk eskrim yang ia beli bersama Laras kemarin di dekat kecamatan, beruntungnya kontrakan mereka ada kulkas- ya kulkas itu diangkut dari rumah Ezra, awalnya sempat berdebat dengan sang ibu- namun lama kelamaan ibunya menyetujui anaknya untuk membawa kulkas satu pintu mereka yang ada dirumah, dengan iming-iming agar Ezra tidak memboros dengan membeli es dari luar kontrakan- ya padahal membeli marimas sudah menjadi hobby-nya sejak KKN di desa ini ditemani oleh duta nyunda dan kaum marimasan yaitu Hanin dan Anjani.
"Kenapa, nya?" Vanya yang sadar ada seseorang memanggilnya, ia menoleh dan menampilkan wajah gusar penuh khawatir tercetak pada wajahnya, namun ia memilih untuk menggeleng demi menutupi risauan hatinya, "nggak, dy- gapapa" sambil tersenyum menatap gadis dihadapannya kini.
"Gak mau cerita?" Maudy sambil meyakinkan perempuan yang ada dihadapannya ini, sambil memegang bahunya, "gapapa kalau gak mau cerita, nanti kalau butuh teman curhat. Bilang Aku ya?" Sambil tersenyum manis menatap teman KKNnya ini, Vanya.
Vanya mengiyakan perkataan Maudy, baru saja perempuan itu ingin beranjak dari duduknya, Vanya memegang tangan gadis itu, "Mau nanya, boleh?" seketika Maudy tersenyum, akhirnya Vanya mau membuka diri untuk cerita kepadanya meskipun hanya bertanya siapa tahu nantinya terbuka betulan.
Ia pun mengangguk, "Boleh, silahkan. Aku bakal jawab sebisaku" Vanya menunduk bingung sesekali menatap wajah Maudy, "Dy. . Kalau kamu suka sama orang salah gak si kalau terlalu keliatan gitu?"
"Ya nggak juga sih Vanya, tapi kalau dia gak suka sama kamu percuma juga loh?" Maudy sambil mengelus tangan sahabatnya ini, "iyasih... Tapi Aku suka banget sama dia" lanjut Vanya.
"kamu yakin sama apa yang kamu rasakan ini?" dijawab anggukan oleh Vanya, "bukan kagum atau tertarik biasa kan?" Vanya diam tidak menjawab pertanyaan Maudy, faktanya ia sangat senang ketika melihat pria itu tersenyum dan menyapanya, ia menyukai hal tersebut, rasanya seperti mendapat loteri kalau pria itu menyapa dan mengingat namanya.
"Kok diem?" Vanya mengadahkan wajahnya ke arah Maudy, "coba sekarang dengerin Aku... Kalau kamu suka dia- kamu tuh bakal seneng selalu deket dia, kalau kamu kagum sama dia biasanya cuma sebatas karena suka senyumnya atau kebisaannya gak lebih" Vanya masih mendengarkan nasihat dari gadis dihadapannya ini, sambil mengigit bibirnya- pikirannya sekarang berputar-putar apakah sebenarnya dirinya tidak menyukai Jeffry dengan defisi suka- melainkan hanya kagum?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti Kita Cerita KKN ft. 96 Line
Teen FictionKatanya sih KKN tuh kuliah kerja ngebaper, tapi baper beneran gak ya? ©Indomeiseleraku.